3. Dua Kejadian Yang Menimpa

395 32 88
                                    

"Raihan!"

Raihan yang dibuat takut sedari awal, akhirnya ia berteriak kencang dengan tubuh yang gemetar. "Aaaaaa ... Setan!"

Bruk!

Tubuhnya menabrak sepasang pintu kembar. Ia membalikkan badannya dengan tangan terangkat untuk menarik pegangan pintu. Namun, rupanya takdir buruk tengah memihak kepadanya. Sepasang pintu tersebut terkunci dengan sendirinya membuat Raihan kalut sekaligus takut di waktu yang bersamaan.

Tubuhnya yang gemetar bermandikan keringat, membuat dirinya harap-harap takut untuk menoleh ke belakang. Ia takut sosok tersebut menerkamnya lalu mencekik lehernya. Raihan masih ingin hidup. Dia belum siap untuk mati.

Bola lampu masih berkedip seakan-akan enggan untuk berhenti. Raihan memberanikan diri untuk menoleh kebelakang, rupanya sosok tersebut menghilang entah kemana. Sedikit lega, membuat Raihan mengembuskan nafasnya kasar. "Syukurlah."

Raihan tidak peduli dengan bola lampu yang berkedip asalkan sosok menyeramkan itu pergi dari tempat ini.

Tubuh Raihan menyender pada sepasang pintu tersebut. Jantungnya masih bergemuruh tak beraturan. "Tenang!  tenang!" Raihan mengembuskan napasnya berulang kali, menetralkan rasa takut, gelisah juga kepanikan.

Baru saja ia bernapas lega, tiba-tiba suara keras kembali mengagetkan Raihan. Saat laki-laki itu menoleh ke samping kanan, dia dikejutkan oleh sosok yang menyerupai Agni tengah merangkak ke arahnya. Sosok itu mendongak menatap penuh dendam ke arah Raihan dengan wajah tanpa rupa. Ia menyeringai dengan bibir tertarik ke arah yang berlawanan.

"Raihan!" serunya dengan suara penuh ancaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Raihan!" serunya dengan suara penuh ancaman.

"Aaaaaaa .... se-se-setan!" teriak Raihan tergagap. Tubuhnya ambruk pada dinginnya lantai saat melihat dan mendengar suara yang berasal dari sosok tersebut.

°°°

Cilla pergi  lebih dulu meninggalkan ke dua sahabatnya yang masih berada di kantin bersama Caesar. Dia tampak mengabaikan mereka, bahkan seakan-akan tuli ketika mereka berteriak memanggil namanya.

Cilla berjalan begitu cepat. Ia tak sabar untuk menemui Agni dan berbicara empat mata bersama gadis itu. 

Kaki jenjangnya berhenti tepat di sebuah kelas XII Bahasa 1.  Saat memasuki ruangan kelas, ia dikejutkan dengan suasana kelas yang begitu sunyi. Tidak ada siapapun di sana bahkan  Agni pun entah pergi ke mana. Rencananya untuk berbicara kepada gadis itu harus gagal begitu saja. 

Ada sedikit keganjalan di dalam perasannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ada sedikit keganjalan di dalam perasannya. Bahkan keanehan saat mendapati kelas yang teramat sunyi padahal sepuluh menit lagi bel masuk akan segera berbunyi. Biasanya lima menit atau sepuluh menit sebelum bel berbunyi semua siswa sudah duduk dengan rapi menunggu bel masuk meskipun mulutnya berkicau tiada henti.

Untuk menghilangkan pikiran dan perasaan buruk yang mulai menguasai dirinya. Dia berjalan untuk menemui kedua sahabatnya kembali. Cilla  menyesali telah meninggalkan mereka dikantin. Tadinya, ia ingin bertemu dengan Agni, tapi rupanya gadis yang akan ditemuinya tampak tidak ada di dalam kelas.

Cilla berjalan gontai untuk keluar. Akan tetapi entah dorongan dari mana pintu kelas tersebut tertutup dengan sendirinya. Mungkin angin, pikir gadis itu. Ia terus berpikir positif untuk menghilangkan keanehan yang tengah menimpa.

Tangan Cilla mulai terangkat untuk menarik pegangan pintu. Namun, pintu tersebut tidak bisa dibuka dan rupanya terkunci dari luar.

"Buka, woyyy!" Cilla berteriak. Ia mengira ada seseorang yang jahil menguncinya dari dalam.

"Sumpah gak lucu, tahu. Sebentar lagi masuk!" Cilla terus berteriak menggedor-gedor pintunya.

"Kenapa?" Terdengar suara lembut seperti berbisik di daun telinganya. Membuat tubuh Cilla menegang. Dengan cepat, Cilla membalikkan kepalanya untuk mencari tahu dari mana suara itu berasal.

Alangkah terkejutnya, ketika Cilla mendapati sosok bayangan hitam yang menyerupai Agni tengah duduk manis di tempat duduknya. Ia tersenyum dengan mimik wajah yang menakutkan. "Hai, Cilla!" Dia melambaikan tangannya seraya memperlihatkan deretan giginya yang putih bersih. Namun, ada sesuatu pada wajah Agni, tapi Cilla merasa tidak yakin. Mungkin dia salah lihat. Akan tetapi, Cilla tidaklah salah lihat, ketika ia terus mengucek ke dua bola matanya untuk memastikan benar atau tidak. Dan benar saja, wajah cantik Agni mendadak berubah menjadi wajah tanpa rupa. Hanya darah segar yang mengotori wajahnya, serta salah satu bola matanya yang keluar dan mengantung menghalangi wajahnya.

Perlahan Cilla melangkah mundur untuk menjauh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perlahan Cilla melangkah mundur untuk menjauh. Dia terus menggelengkan kepalanya. Dia berharap ini hanyalah mimpi. Jika ini mimpi, tolong bangunkan Cilla agar ia terhindar dari sosok yang menyeramkan ini.

"Gak, gak mungkin," ucap Cilla tergagap. Ia terus menggelengkan kepalanya tidak percaya. Pasalnya sejak tadi di kelas ini tidak ada satu pun orang atau makhluk lainnya. Namun, saat ini, tiba-tiba dia didatangi sosok menyeramkan yang entah sejak kapan duduk manis menatap kearahnya.

Perlahan, wajah yang di banjiri oleh darah tersebut sedikit retak, dan membelah. Sehingga memperlihatkan organ dalam yang berada di bagian kepalanya.

Cilla yang melihat perubahan pada wajah sosok tersebut hanya mampu menelan salivanya dengan susah payah. Ingin rasanya ia berteriak, tapi tidak mampu. Atau sekadar untuk berlari pun rasanya begitu sulit. Di bawah kakinya seperti ada magnet yang membuat kedua kaki Cilla sulit untuk melangkah.

"Nyawa harus dibayar dengan nyawa!" ucap sosok Agni yang sudah sepenuhnya berubah tanpa rupa.

Gedung Kematian (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang