26. Tragedi di Rumah Pak Ustadz

153 11 5
                                    

Sepulang sekolah mereka bergegas pulang mengganti pakaian guna bersiap-siap untuk pergi menuju rumah Pak Ustadz.

Cilla duduk di kursi luar menunggu kedatangan teman-temannya yang akan menjemput malam ini.

Bertemankan angin malam yang berembus menyisir rambut panjang bergelombang. Dia sedikit mengeratkan jaket hitamnya saat angin itu perlahan masuk ke dalam tubuhnya.

Tidak lama, sebuah mobil sedan berwarna hitam merayap mendekat ke pelataran rumah Cilla. Terlihat menurun kaca sang pengemudi hingga menyembul kepala Raihan dari dalam sana.

"Ayok, naik!"

Cilla lekas beringsut menghampiri mobil itu ikut bergabung bersama mereka.

Setelah semua siap, mobil tersebut lekas berbelok lalu melaju pelan hingga meninggalkan kediaman Cilla.

Di tengah perjalanan mereka berbincang sekadar mengisi keheningan. Sesekali tertawa kala ada humor yang menurut mereka lucu.

"Itu rumahnya, bukan?" tunjuk Caesar pada bangunan minimalis berlantai satu.

Cilla mengangguk. Setelah memakan waktu setengah jam akhirnya mereka sampai di tempat tujuan dengan selamat.

Rumah itu terletak di pinggir jalan berdekatan dengan rumah lainnya. Sehingga memudahkan mereka untuk menemukannya.

Kelimanya lantas turun dari dalam mobil. Berjalan beriringan menuju kediaman rumah Pak Ustadz.

Suasana sekitar terlihat hening tidak ada satu pun orang yang berlalu-lalang atau sekadar menongkrong menikmati nuansa malam yang bertabur bintang. Aneh memang, penduduk di sekitar nampak tidak bersosial. Mereka kerap tidak saling mengenal.

Dari pada memikirkan keadaan sekitar, mereka bergegas berjalan ke arah teras rumah yang dipenuhi dengan tanaman mawar merah.

Tidak lupa alas kaki yang menempel sedari tadi mereka lepas guna menjaga kebersihan rumah ini.

Cilla perlahan maju mendekat ke arah pintu kembar seraya mengetuk pintu sebanyak tiga kali. "Assalamu'alaikum, Pak Ustadz!"

Tidak ada jawaban dari dalam sana membuat mereka saling melempar pandang mengisyaratkan untuk memanggil satu kali lagi guna memastikan apakah sang pemilik rumah ada atau tidak ada.

"Assalamu'alaikum, Pak Ustadz," panggil Cilla kedua kalinya.

Wush!

Tiba-tiba angin berembus kencang mendorong pintu kembar hingga terbuka lebar. Cilla lantas mundur dengan tergesa merasa kaget tatkala mendapati sepasang pintu yang terbuka sendiri.

Karena penasaran mereka melangkah ke depan  memeriksa apakah ada orang di dalam sana.

Krek!

Derik pintu terdengar nyaring saat Raihan sedikit mendorongnya.

Mereka di sambut oleh cahaya lampu yang teramat terang benderang menyilaukan pandangan. Karena rasa penasaran menguasai diri masing-masing membuat mereka terus merapah ke segala arah mencari sesuatu yang ada di sana tepatnya sang pemilik rumah.

Tania sibuk menyusuri ruang TV membuat gadis itu sibuk sendiri. Seperkian detik dia dibuat terkejut oleh sosok jasad yang tergeletak dengan darah segar memenuhi anggota badan. Tidak hanya itu hewan melata berukuran kecil tengah merayap menggerogoti kulitnya. Tania menebak bahwa jasad orang itu adalah sang pemilik rumah dialah Pak Ustadz. Namun, siapa yang tega melakukan hal keji ini membuat ia kehilangan nyawa.

"Hey, kalian kemarilah!" panggil Tania pada keempat sahabatnya. Membuat mereka berjalan tergopoh-gopoh  menghampiri Tania yang berada di ruang TV seorang diri.

Gedung Kematian (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang