7. Penasaran

411 19 0
                                    

Sorak-sorai kesenangan bergemuruh di setiap ruangan. Ketika lonceng pulang berbunyi kencang. Mereka berhamburan keluar, bergegas pulang untuk bersantai dan menenangkan pikiran.

Bagi yang aktif mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler terpaksa harus berkumpul sesuai jadwal dan perintah sang ketua. Atau bagi siswa yang merasa nyaman dengan lingkungan sekolah, dia akan menghabiskan waktunya di sana. Entah hanya sekadar berbincang ringan dengan teman sebaya, mengerjakan tugas tambahan, bermain game, makan dan membaca buku.

Baru Lima menit, suasana sekolah SMAN 1 BANDUNG UTARA nampak sepi, hanya segelintir orang berlalu menjalankan aktivitasnya.

Seraya mengamati keadaan lingkungan sekolah, seorang gadis berparas cantik dengan mata hitam legam menyipit mengintai seseorang. Tangan putih bersihnya mengaduk minuman tai tea yang berdiri mengembun di atas meja.

Salah satu dari mereka berdecak kesal. Dia terlihat bosan. Tubuh sedikit pendeknya beranjak berdiri. Dia berjalan ke sana ke mari seraya menanti seseorang yang tidak pasti, menurutnya.

Keduanya tidak sengaja menatap ke arah gadis dengan rambut sedikit agak pendek. Seakan-akan terganggu, gadis dengan rambut bergelombang  melemparkan sedotan ke arah dia.

"Eh, Ci, Lo apa-apan, sih?" Dia terperanjat kaget ketika sedotan itu tepat mengenai keningnya.

Sang empu hanya mendengus kesal. Tatapannya kembali menyipit mengintai.

Ketika tidak ada balasan, gadis itu kembali duduk. Perasaannya benar-benar terasa membosankan. Berapa lama lagi dia akan menunggu seseorang.

"Kenapa?" Gadis dengan rambut dikucir kuda itu bertanya kepada sahabatnya. Ketika ia menyadari bahwa sahabatnya ini terlihat nampak bosan.

Dia menggeleng kesal.

"Sabar, ya!" Seakan-akan faham, gadis itu mengusap lengannya seraya menatap lembut ke arahnya.

Dia hanya mengangguk mengiyakan tanpa mau membalas dengan perkataan.

Sepasang pria tampan berbadan kekar tengah berjalan beriringan menghampiri ke tiga gadis yang tengah menunggu kedatangannya.

Tanpa memperdulikan sosok gadis ber-nametag Tania Wulandari, ke duanya bergegas duduk.

"Sorry, lama," ucap Pria tampan atas nama Caesar Abadi Pratama.

"No problem," balas Pricilla  enteng.

Namun, tidak bagi Tania. Gadis itu beranjak berdiri dengan ke dua tangan bertengger di atas pinggangnya.

"Kalian berdua ngapain aja, hah? Udah setengah jam gue nungguin!" Sungutnya.

Keempatnya menatap ke arah Tania. Membuat Cilla tersadar rupanya gadis ini sedari tadi merasa bosan akibat menunggu Caesar dan Raihan.

"Udah tahu gue paling gak suka nunggu!" gerutunya.

"Untung saja, target kita belum pulang." Sedikit reda setelah meluapkan segala kekesalannya. Tania mendaratkan kembali pantatnya, meskipun wajahnya nampak ditekuk.

"Sorry-sorry," balas Caesar dan Raihan bersamaan.

"Tadi ada sedikit urusan," elak Raihan.

Tania merasa malas menanggapi mereka. Setiap ada perjanjian, pasti mereka selalu saja terlambat dengan seribu alasan yang tidak pernah habisnya.

Biang keladinya adalah Caesar. Ya, laki-laki menyebalkan yang lambat layaknya siput. Entah apa yang laki-laki ini lakukan, sepertinya dia merasa senang membuat seseorang  menunggu dirinya.

Pertengkaran ketiganya membuat Cilla muak. Dia memutar bola matanya kesal. Tidak sengaja target yang ditunggunya tengah berjalan menuju gerbang sekolah.

Gedung Kematian (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang