Awan berarak-arak mengikuti kemana manusia pergi. Menutupi sang mentari sehingga sinarnya tidak dapat menembus ke permukaan bumi. Warna kelabu menutupi langit biru, udara dingin berembus kencang menyapa seisi bumi. Terlihat pohon rindang di pelataran sekolah bergoyang ke samping kanan dan kiri. Derik ranting berirama saling bersentuhan dengan lainnya. Para manusia di dalam ruangan menatap gusar ke luar sana. Saat langit cerah berubah suram menandakan bahwa sebentar lagi bulir bening akan tumpah membasahi bumi yang terlihat kering kerontang. Dengan ditemani semangkok bakso berserta teh hangat membuat kelima anak Adam menikmati sedapnya makanan.
Hening sesaat, hanya suara sendok beradu dengan mangkuk terdengar nyaring. Mereka begitu khidmat menikmati menu makan siang.
Setelah acara makan selesai mereka disibukkan dengan berbincang ringan mengenai topik kejadian yang menimpa Cilla semalam.
"Lo, yakin itu Agni?" tanya Tania memastikan setelah mendengar kisah Cilla di malam hari.
Cilla menggedikan bahunya tidak tahu. "Entahlah."
"Tapi anehnya pas gue bangun, Agni mendadak hilang." Mata Cilla menerawang mengingat saat Agni datang tanpa diundang lalu pergi tanpa diantar.
"Kok, bisa?" Pekik mereka serempak merasa tidak percaya. Namun, tidak dengan Raihan laki-laki itu sibuk memainkan gawainya.
"Mungkin dia hantu kali," timpal Caesar seraya menyesap teh hangatnya.
"Masa, sih?" Cilla tercenung. Dia mengingat-ingat kejadian aneh semenjak hadirnya Agni.
"Dari pada kalian bingung mending tanya langsung sama orangnya," usul Jesica dengan tatapan mengarah pada Agni yang sedang berjalan menuju meja kosong.
"Gue setuju," sahut Caesar. "Dari pada kita dibuat penasaran." Caesar menatap satu-persatu temannya.
Raihan menghentikan aktivitasnya. Ia menoleh ke samping kiri lalu menatap intens ke arah Caesar.
"Kenapa Lo, Han?" Caesar merasa bingung akan sikap Raihan akhir-akhir ini.
"Lo masih gak yakin jika Agni manusia?" tanya Raihan. Menurutnya, teman-temannya ini terlalu berlebihan dan lebih percaya dengan yang namanya arwah penasaran.
Cilla mengangguk. "Jika ia arwah penasaran bagaimana?"
Raihan terkekeh sinis. "Lo masih percaya dengan yang namanya begituan?"
Cilla menatap ke arah Raihan, membuat bola matanya saling bertubrukan. "Kenapa?" Raihan mengangkat sebelah alisnya menunggu reaksi yang diberikan oleh Pricilla kepadanya.
"Gue akan pastikan bahwa Agni bukanlah manusia!" tegas Cilla bola matanya menyiratkan keyakinan atas apa yang ia ucapkan. Membuat sang empu tersenyum remeh sarat tak meyakini apa yang Cilla ucapkan dan itu hanyalah sebatas omong kosong mereka saja.
Cilla kembali menoleh ke arah belakang mencari sosok yang tadi disebut oleh Jesica. Masa bodo dengan Raihan yang tidak mempercayainya. Dia bertekad untuk membuktikan kepada laki-laki itu bahwa Agni merupakan arwah penasaran yang ingin membalaskan dendam.
Cilla melambaikan sebelah tangannya ke arah Agni seraya memanggil gadis itu.
Agni melirik ke arah Cilla lalu melangkah menghampiri mereka.
Sesampainya di sana Agni tersenyum hangat menyapa mereka.
Cilla menggeser bangku kosong di sampingnya. "Duduk di sini, Agni!"
Agni mengangguk patuh. Dia mendaratkan bokongnya seraya menyimpan satu susu kotak yang dipesannya.
Tanpa mau menunggu lama dan berbasa-basi tidak jelas hanya buang-buang waktu saja, membuat Cilla menanyakan langsung pada topik utama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gedung Kematian (END)
TerrorKembalinya hanya untuk meminta keadilan. Menuntut dan membalaskan semua rasa sakit, sebab setiap perbuatan harus dibalas dengan setimpal. Seperti rasa sakit harus dibayar dengan rasa sakit, penderitaan dengan penderitaan, kehancuran dengan kehancura...