41. Akhir Semua Misteri

217 11 9
                                    

"NYAWA HARUS DIBAYAR DENGAN NYAWA!!"
Qarin & Ifrit

-

KEADILAN HARUS DITEGAKKAN DAN KEADILAN HARUS DIPERJUANGKAN, TAPI TIDAK DENGAN CARA KOTOR APALAGI BERSEKUTU DENGAN SETAN!
Yain

-

Mereka itu benar adanya
Tak terlihat
Namun, melihat

°°°°°°°°°°

  Di malam mencekam berbalutkan kebisingan, jerit tangis memekkan pendengaran, tawa bengis terdengar mengerikan. Gemuruh petir menggelegar, udara dingin menyeruak menusuk persendian, suara gesekkan pohon besar terdengar nyaring berirama dengan jeritan.

  Ditemani sang rinai yang perlahan membasahi permukaan. Semakin lama kian deras mengguyur anak Adam. Tepat di malam Jum'at Kliwon keadilan akan ditegakkan membalas semua kekejian, rasa sakit, penderitaan, penindasan dan kehancuran. Seorang gadis berkilat marah. Dia berdiri tegak  menantang derasnya hujan. Tatapan penuh dendam menukik tajam menusuk ke dalam netra mangsanya. Sesekali dia tertawa lantang menunjukkan bahwa bumi dan langit murka pada mereka. Seakan-akan alam ikut serta guna mengeksekusi para bedebah yang pernah menindas gadis lemah. Namun, kini gadis itu musnah akibat ulah mereka hingga tergantikan dengan sosok jin Qarinnya yang akan menyeret paksa mereka menuju neraka.

  "Kenapa Lo melakukan semua ini, hah?" Caesar buka suara saat dirinya diredam api membara. Dia tidak terima ketika mengetahui kebenaran bahwa selama ini mereka tengah ditipu daya.

  "Gue tahu gue salah, tapi mohon jangan lakukan itu!" Jesica memelas berurai air mata.

 Qarin Agni tetap bergeming. Tidak ada rasa iba terbesit di hatinya. Rasa dendam berhasil mengambil alih kebenaran sejak awal dia menawarkan sebuah perjanjian untuk membalas semua rasa sakit yang Agni rasakan semasa hidupnya.

  "Maafkan kami, Agni!" Raihan menatap lekat ke arah manik matanya. Dia tidak peduli terhadap sosok yang menatapnya penuh amarah, baik itu Agni atau pun Qarinnya, yang jelas  dia  memohon penuh harap agar Agni tidak melakukan pembalasannya.

  Agni tidak akan berubah pikiran, sekalipun mereka menangis darah, memaki dengan kata-kata kotor Agni tidak peduli. Sebab yang dia butuhkan saat ini adalah 'KEADILAN'.

  "MAAF, MAAF KATAMU!" hardik Qarin, mewakili rasa sakit yang Agni rasakan. Kali ini dia buka suara merasa kesal dengan perkataan mereka yang berkata seperti itu.

  Apa mereka tidak berpikir seberapa kejamnya perbuatan mereka di masa lalu. Menghardik, menyiksa dan membunuh. Apakah pantas perbuatan itu dimaafkan? Apakah pantas mereka diberikan belas kasih?

  "KALIAN PIKIR DENGAN APA YANG KALIAN LAKUKAN SELAMA INI PANTAS UNTUK DIMAAFKAN?" Qarin menatap satu persatu mengutarakan semua luka dan derita Agni.

Mereka bergeming. Tidak ada satu pun yang berani membuka suara. Semuanya dibuat tertunduk malu.

  "MIKIR!" Tangan Agni menunjuk ke arah dahinya.

  "SUDAH BERAPA KALI KALIAN MEMBUAT LUKA?"

  "SUDAH BERAPA KALI KALIAN MENYIKSA?"

  "ADAKAH SEDIKIT RASA IBA DI HATI KALIAN SAAT AGNI KESAKITAN?"

  "ADAKAH RASA KHAWATIR DI SAAT AGNI SENDIRI DI DALAM GUDANG?"

   "ADAKAH RASA BERSALAH SETELAH KALIAN MEMBUNUHNYA?"

  "PERNAHKAH KALIAN BERPIKIR UNTUK MEMINTA MAAF SEDARI AWAL?"

Gedung Kematian (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang