16. Sebuah Rencana

173 12 2
                                    

Akibat kejadian semalam, mereka bertiga tidak dapat tidur dengan nyaman. Rasa takut kian menghantui
Ditambah sebuah teror berupa kalimat ancaman membuat nyawa mereka seakan terancam.

Entah benar atau hanya menakuti saja, tapi teror semalam mampu membuat hati mereka tidak karuan. Pikiran-pikiran negatif berkeliaran, bahkan kejadian masa lalu kembali menyerbu.

Duduk termangu memikirkan jalan keluar guna menyelesaikan berbagai permasalahan yang menimpa mereka berharap ada titik terang. Namun, sayang segala permasalahan yang berkecamuk di dalam kepala membuat mereka kesulitan mencari akal.

Hening, hanya itu yang menemani pagi ini. Tidak ada tawa, ungkapan selamat pagi, saling tegur sapa, hanya diam menyendiri tanpa peduli satu sama lain.

Akan tetapi, sebuah ide berilian yang keluar dari kepala seorang gadis cantik berambut pendek berhasil memecahkan keheningan.

"Gue punya ide." Dia melirik satu per satu sahabatnya. Mereka terlihat sedikit lega dengan apa yang telah tertangkap oleh indera pendengaran.

"Apa?" tanya Cilla seraya memicingkan ke dua matanya.

Gadis berambut pendek itu terlihat menyeringai membuat mereka penasaran.

"Tadi gak sengaja gue buka google," ucapnya terjeda. Dia menghirup udara sebanyak-banyaknya untuk melanjutkan kembali kalimatnya.

"Nah gue iseng nyari-nyari seorang para normal yang bisa nanganin tentang hal-hal aneh," ucapnya penuh antusias.

"Kebetulan gue nemu salah satu situs yang nunjukin bahwa di sebuah kampung harimau kota Bandung terdapat seseorang yang ahli dalam hal seperti itu."

Keduanya menatap gadis itu yang tak lain adalah Tania dengan wajah tidak percaya.

"Lo, serius?" tanya Jesica meyakinkan.

Tania mengangguk yakin seratus persen. Namun, Jesica dan Cilla memandang khawatir dan 'tak yakin.

"Kenapa?" Tania merasa heran tatkala kedua sahabatnya seakan-akan meragukan.

Cilla dan Jesica saling melempar pandang. Keduanya sama-sama diam. Berpikir sejenak untuk menimbang-nimbang.

"Aku ragu, Ta," jujur Jesica dengan wajah lesu yang diangguki oleh Cilla pertanda bahwa dia pun merasakan hal yang sama.

Helaan nafas panjang terdengar dari bibir merah muda alami milik Tania. Gadis itu berpikir kembali bagaimana caranya untuk meyakinkan kedua Sahabatnya?

"Dari pada bingung kita diskusi aja sama Caesar dan Raihan," pungkas Tania akhirnya. Mau tidak mau mereka mengangguk mengiyakan meskipun keadaan hatinya sedikit khawatir.

°°°

Cakrawala terlihat suram. Sang Bagaskara yang terbentang terhalang oleh gumpalan awan berwarna kelabu. Dersik bayu menggoyangkan beberapa pohon berjejeran di halaman cafe terbesar letaknya di kota Bandung. Rupanya sang rinai akan kembali menyapa seisi bumi terlihat kilatan petir saling menyambar satu sama lain.

Setiap anak Adam berlalu-lalang memasuki sebuah gedung besar yang menjulang. Menikmati hangatnya secangkir kopi serta minuman lainnya. Hanya sekadar menongkrong, berbincang santai, atau melakukan hal lainnya guna menghabiskan sisa waktu yang 'tak terpakai.

 Hanya sekadar menongkrong, berbincang santai, atau melakukan hal lainnya guna menghabiskan sisa waktu yang 'tak terpakai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Anggap saja ini cafenya, ya, frend. Wkwk)


Lima anak manusia tengah duduk melingkar di dalam sana seraya disuguhi secangkir kopi mocacino. Mereka tengah berbincang serius. Kentara dahi mereka berkerut berpikir. Tiga wanita dara berparas cantik jelita tengah menunggu persetujuan dari dua pemuda perjaka. Setelah menceritakan maksud dan tujuan serta alasan mereka berkumpul dadakan, seorang gadis atas nama Tania Wulandari memaparkan serinci mungkin mengenai ide berilian yang pernah ia kemukakan bersama kedua sahabatnya.

Kedua pejaka itu terlihat berpikir. Menimbang-nimbang perihal mana yang harus diambil.

Setelah cukup lama berpikir, sosok pemuda rupawan atas nama Caesar Abadi Pratama mengemukakan pendapatnya, " gue setuju. Sebab agar kita tahu kenapa tiba-tiba bisa ada hal mistis yang menimpa kita."

Sedikit senang tatkala ide briliannya mendapatkan kesepakatan meskipun dari satu orang.

"Tapi, kok gue ragu, ya." Sama halnya dengan Cilla dan Jesica. Raihan merasa bahwa rencana itu bukanlah rencana yang tepat. Justru ia sempat berpikir bagaimana jika mereka beneran pergi ke sana, tapi hanya ada sesuatu kejadian tak terduga. Raihan takut jika akan terjadi sesuatu yang menimpa mereka.

"Sama," ucap Cilla dan Jesica kompak.

Tania hanya mampu menutar bola matanya. Hal apa lagi yang harus ia lakukan agar sahabatnya ini mau menyetujui rencananya.

Oke, Tania. Kamu Merupakan sosok gadis jenius dalam membuat ide gila, bukan? Ayo, berpikir! Rencana apa agar mereka bisa mau menerima rencanamu itu.

"Jangan kelamaan mikir, kalian mau diteror terus?" ketus Caesar. Jujur, laki-laki ini merasa kesal dengan mereka. Katanya mau hidup tenang, tapi tidak mau berusaha serta mencoba sebuah rencana.

"Semalam saja kita diteror dalam kejadian yang sama, bukan?" Merasa gemas dengan mereka yang masih berpikir keras. Oh ayolah ini bersangkut paut dengan nyawa bukan harta. Kalau perihal harta Caesar tidak masalah dan tak akan sekesal ini.

"Baiklah, aku setuju." Terdengar nada keraguan di balik suara Jesica. Harus bagaimana lagi, kejadian itu membuat hidupnya seperti diambang kematian.

"Nah gitu, dong." Tania tersenyum senang. Dua orang sudah berada di pihaknya. Ini demi kehidupan kita, bukan masing-masing orang. Apa salahnya mencoba dan mencari tahu benar atau tidak. Jika hanya menebak tanpa ada bukti mana bisa tahu.

"Kalau kalian masih kebanyakan mikir, kita bertiga yang akan pergi ke sana," pungkas Caesar mantap. Membuat Jesica dan Tania membulat sempurna.

Saling melirik satu sama lain, akhirnya Cilla dan Raihan mengangguk. Meskipun hatinya terasa berat, sebab ia merasakan ada keganjalan. Begitu pun dengan Cilla. Insting gadis itu sedikit kuat. Dia merasa  pirasat buruk tengah  menyerbu dirinya.

"Bagus. Kalau begitu kita kumpul di rumah Cilla pada pukul 7 pagi. Untuk alamat nanti Tania yang kirim," jelas Caesar.

Mereka hanya mampu mengangguk mengiyakan.

Terpaksa tidak terpaksa, mereka harus pergi esok pagi ke sebuah kampung harimau yang terletak di kabupaten Bandung tepatnya kecamatan leuwi bodas. Meskipun tidak tahu akan seperti apa tempat yang mereka tuju. Sebuah pedesaan kah, hutan, pegunungan, perkotaan, dan persawahan.

Intinya mereka harus banyak berdoa agar selamat di sepanjang perjalanan.

Gedung Kematian (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang