Sang surya sudah kembali ke tempat persembunyiannya. Langit pun berubah hitam, bahkan kegelapan telah menyapa bumi beserta seisinya. Untung saja sang rembulan sudah beranjak mengambil alih tugasnya.
Di sebuah kamar king size ketiga gadis tengah anteng menatap layar laptop yang menampilkan sebuah serial film terbaru drama Korea dengan judul 'The Call'. Film ini menceritakan tentang telepon teror dari masa lalu yang bisa mengubah takdir. Sungguh menarik, di dalamnya terdapat adegan-adegan yang menegangkan. Bahkan salah satu dari mereka ada yang terpekik kaget, menutup mata dan menatap datar ke depan. Siapa dia? Tania pelakunya. Gadis itu tidak bereaksi. Dia menatap datar layar laptop tanpa ada rasa takut, ngeri, dan sejenisnya.
Waktu bergulir begitu cepat, hari semakin larut, keheningan menyergap menyelimuti kamar besar yang dihuni oleh ketiga gadis perawan.
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tapi mereka masih asik melihat beberapa tayangan di laptop. Dari mulai film hantu, zombie, sejarah kelam dunia, fakta-fakta mengerikan dan film-film menegangkan lainnya.
"Udah jam sebelas," ujar Tania, rupanya gadis itu merasa bosan setelah berjam-jam melihat berbagai genre tayangan.
"Kalau mau tidur duluan aja!" seru Cilla. Dia melirik sedikit ke arah Tania lalu menatap kembali layar laptop meskipun rasa takut tidak bisa dipungkiri.
Tania tetap diam. Dia masih setia di tempatnya.
Cilla melirik kembali yang diikuti oleh Jesica. "Katanya mau tidur?" Kini Jesica yang bertanya. Tania menggeleng. Dia enggan untuk tidur lebih dulu.
Sedangkan Jesica dan Cilla masih asik menikmati beberapa film tanpa menghiraukan Tania yang begitu Arip.
Tiba-tiba Jesica beranjak dari duduknya membuat keduanya menoleh bingung. "Gue mau ke kamar mandi dulu, Ci," ucapnya lalu bergerak cepat meninggalkan mereka.
Cilla mengangguk dengan mata yang masih fokus ke depan.
Setibanya di depan pintu kamar mandi, tangan Jesica terayun untuk memutar knop pintu. Namun, tiba-tiba lampu mendadak mati.
"Loh, kok mati lampu sih?" pekik Jesica terkaget. Dia mengurungkan niatnya dan kembali kepada teman-temannya.
"Tania ... Cilla ...!" Jesica berseru memanggil kedua sahabatnya. Tangannya meraba-raba di tengah kegelapan.
Terdengar mereka menjawab panggilan dari Jesica. Hingga terlihat siluet cahaya menerangi langkah gadis itu.
"Udah buang air kecilnya?" tanya Cilla lalu mendapat gelengan dari Jesica.
"Kenapa?" Kini Tania yang bertanya.
"Aku takut, hehehe." Jesica menggaruk rambutnya yang tak gatal. Sedangkan mereka hanya mendengus mendengarkan apa yang gadis itu ucapkan.
"Dasar, penakut," ejek Cilla. Dia berjalan ke arah ranjang yang diikuti oleh keduanya.
Baru saja mereka akan merebahkan badannya yang terasa pegal akibat terlalu lama duduk tanpa ada sedikit pun pergerakan, tiba-tiba angin berembus kencang hingga menggoyangkan gorden merah yang menjuntai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gedung Kematian (END)
HorrorKembalinya hanya untuk meminta keadilan. Menuntut dan membalaskan semua rasa sakit, sebab setiap perbuatan harus dibalas dengan setimpal. Seperti rasa sakit harus dibayar dengan rasa sakit, penderitaan dengan penderitaan, kehancuran dengan kehancura...