Berjalan, mematikan lampu yang terang- benderang lalu pergi untuk beristirahat sepanjang malam, setelah menghabiskan waktu tidak jelas, rencana gagal akibat ketahuan, uh sungguh menyebalkan, bukan? Sebenarnya tidak masalah, hanya rasa malulah yang seakan-akan membuat hilang harga dirinya.
Dia mendengus geli ketika mengingat kejadian sepulang sekolah tadi. Sungguh konyol. Buat apa mengendap-endap bak pencuri bila berujung ditangkap oleh Agni.
Tidak mau berlama-lama memikirkan kejadian yang sudah terjadi. Ke dua kelopak matanya terutup secara perlahan membiarkan terpejam dalam kegelapan.
Seiring berjalannya waktu. Hari melaju begitu cepat. Satu menit bagaikan satu detik. Baru saja gadis itu terlelap beristirahat, tapi saat ini jarum jam tengah menunjukkan pukul 24.30 dini hari.
Tidak terlihat pergerakan. Hanya terdengar deru nafas teratur. Rupanya gadis ini benar-benar tertidur pulas tanpa ada sedikit gangguan.
Ting! Ting! Ting!
Denting jam terdengar begitu nyaring di tengah kesunyian. Hening, nyenyap, dingin, dan gelap.
Brak!
Terdengar suara barang jatuh menghantam lantai, membuat gadis itu terusik lalu sedikit membuka kedua retinanya meskipun rasa kantuk belum sepenuhnya menghilang.
Saking kerasnya suara itu membuat ia bangkit untuk melihat benda apa sebenarnya yang jatuh di dalam kamar.
Tangannya meraba-raba mencari lampu tidur yang berdiri di atas nakas. Tidak berangsur lama, jemari lentiknya berhasil menemukan lampu itu hingga cahaya temaram mulai menerangi sesuatu yang ada di sana.
Perlahan dia mengumpulkan semua kesadaran, kedua bola mata menajam mengintai setiap sudut ruangan. Kosong, tidak ada satu pun benda yang jatuh.
"Mungkin seekor tikus", pikir gadis itu.
Dia membalikkan badannya melangkah pelan menuju ranjang. Belum sempat tubuh rampingnya berbaring di atas kasur empuk itu, tiba-tiba suara benda jatuh terdengar kembali bahkan lebih nyaring berdentum menghantam lantai dingin. Sontak, dia membalikkan badannya sempurna. Ke dua bola mata kembali menajam menyapu apa yang ada.
Masih sama, tidak ada apa pun di sana. Saking kesal, dia berinisiatif untuk menyalakan lampu kamar agar lebih terlihat bagaimana kondisinya sekarang.
Namun,
Clak! Clak! Clak!
Terdengar suara air menetes. Sejenak, dia berpikir, mengingat bahwa air di kamar mandi tertutup rapat mana mungkin ada air menetes begitu saja.
Wus!
Tiba-tiba tengkuk gadis itu terasa dingin. Tangan kanannya merayap untuk mengusap. Namun, bukan Tania Wulandari namanya jika harus takut dengan kejadian-kejadian tersebut.
Tanpa mau buang-buang waktu, dia segera beringsut untuk memastikan keran air di kamar mandi, tapi tiba-tiba wajahnya terasa basah membuat dirinya mengurungkan niat tersebut.
"Apakah bocor?" Dia bertanya dalam hati.
Tangannya mengusap kedua wajah yang tampak basah. Namun, bau anyir menyeruak menusuk indera penciuman. Oh, alangkah terkejutnya ketika kedua bola matanya menangkap ada darah pada kedua telapak tangannya.
Takut? Kalau boleh jujur ia sedikit takut dengan hadirnya darah secara tiba-tiba. Dia melirik ke samping kanan untuk mengambil benda pipih yang tergeletak di atas nakas.
Berhasil. Dia berhasil mengambil benda itu lalu menyalakan senter dan mengedarkan ke langit-langit kamar.
Bola matanya membulat sempurna ketika langit-langit kamarnya berubah warna menjadi merah pekat dengan bau anyir yang menyengat. Bahkan warna merah itu seakan-akan merembas lalu menetes membasahi lantai.
Dan kini lantainya penuh dengan warna merah darah. Dia tidak habis pikir.
"Ini gue yang salah lihat atau bagaimana?" Dia bermonolog sendiri dengan tubuh gemetar hebat tidak karuan.
Merasa syok dengan apa yang telah di lihat. Darah di langit-langit sana terus menetes membasahi setiap sudut kamar. Aura dingin mendadak menguar menyergap tubuh ramping yang hanya berbalutkan gaun tidur tipis. Untuk memastikan, dia berusaha beringsut mencari saklar. Namun, sayangnya sesuatu di bawah sana mencengkeram kuat kaki kanannya.
Dia terjerembab menghantam lantai saat keseimbangannya hilang kendali. Dalam keadaan meringis dia dikejutkan dengan sosok boneka manusia di bawah kasur sana. Sosok itu terlihat menyeringai, bola mata menajam menatap dendam. Bibir sedikit menyunging, perlahan boneka itu melakukan pergerakan untuk menghantam Tania. Namun, akibat benturan yang cukup keras, kepala gadis itu mendadak pening, pandangannya mulai mengabur.
"Boneka sialan!" Sempat-sempatnya dia mengumpat pelan sebelum kesadarannya menghilang.
°°°
Apa yang menimpa Cilla, Raihan dan Tania, Jesica beserta Caesar pun mengalami hal yang sama.
Mereka sama-sama dikejutkan oleh sosok boneka manusia di tengah malam dalam waktu sedikit berbeda. Meskipun tingkah boneka itu meneror dalam tindakan yang berbeda, tetap saja wujud dan rupanya sama persis dengan bentuk wujud yang menimpa mereka.
Caesar yang terlelap ditengah malam. Dia dikejutkan dengan sosok boneka manusia berjalan ke arahnya seraya membawa belati tajam untuk mengakhiri hidup caesar. Patung itu sedikit berbisik, "nyawa harus di bayar dengan nyawa!" Penuh cekatan Caesar berhasil kabur dari ancaman membahayakan.
Dia melompat dari tempat tidur lalu berlari secepat kilat seraya mendobrak pintu hingga rusak. Sungguh, hebat!
Adapun kejadian yang menimpa Jesica, tepat pada pukul 23.00 WIB dia terbangun untuk buang air kecil. Anehnya aura dingin secara tiba-tiba membelai lembut tubuhnya. Saat ia hendak berkaca, dia dikejutkan dengan sosok boneka manusia yang teramat menyeramkan. Kedua tangan patung itu terangkat untuk mencekik leher Jesica. Sontak, dia membalikkan badannya, tapi anehnya patung itu tak ada.
Dengan nafas memburu dan degup jantung bertalu-talu tak tentu. Dia hendak beringsut meninggalkan kamar mandi tersebut. Namun, sayang seribu sayang boneka itu kembali datang dan berhasil mencengkeram kepala Jesica. Alhasil, ditenggelamkannya kepala jesica pada wastafel yang ada di sana dengan air mengalir membasahi seluruh kepalanya.
Jesica terengah-engah, nafasnya saling memburu, gemuruh detak jantung terus bertalu seakan-akan nyaris melompat keluar melalui mulut.
Setengah jam lamanya, boneka itu menghilang dengan sendirinya. Dalam keadaan basah kuyup dan tubuh lemas luar biasa, Jesica ambruk tak berdaya hingga nyaris meregang nyawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gedung Kematian (END)
HororKembalinya hanya untuk meminta keadilan. Menuntut dan membalaskan semua rasa sakit, sebab setiap perbuatan harus dibalas dengan setimpal. Seperti rasa sakit harus dibayar dengan rasa sakit, penderitaan dengan penderitaan, kehancuran dengan kehancura...