0003

692 110 10
                                    

Mata lentik milik Lee Felix mulai mengerjap, keningnya pun tampak mengerut, perlahan-lahan kelopak mata itu mulai terbuka.

Sebuah jemari tampak menutupi di ambang penglihatan-nya.

"Apakah aku telah tiada?" Batin si anak tujuh belas tahun ini.

Jemari itu terlihat begitu besar, mungkin karena efek pandangannya yang meremang.

Felix mulai memberanikan diri  menggerakkan tangan mungilnya untuk menyentuh jemari diambang matanya itu.

Setelah seperkian detik ia menggeser jemari tersebut, kedua manik Lee Felix membola sempurna.


"AAAAAAAAAAAAAA!!!!"


Felix menjerit, menghempaskan jemari itu begitu saja, ia bahkan berusaha meringkus diri.

"We, we, we~?" Selain terkejut Sang pemilik jemari menjadi gusar, kenapa pemuda dengan bintik-bintik bintang di wajahnya itu menjadi seperti ini.

"Yak!! Apa yang kau lakukan padanya?!" Seorang pemuda lain datang dan berbicara pada seorang pemuda lain, yang jemarinya baru saja di hempas dengan kasar oleh anak tujuh belas tahun tersebut.

Tetapi sayangnya, anak remaja itu bukannya menjadi tenang, ia semakin menjerit histeris dengan kedatangan pemuda lain tersebut.

"AAAAAAAAA!!! WE!! WE!!! WE!!!!!!!"

"KENAPA AKU MASIH HIDUP!!"

"KENAPA KALIAN LAGI!!!"

"AKU MOHON!!! AKU MOHON!!!!!! TOLONG BIARKAN AKU PERGI!!!"

Sungguh, anak tujuh belas tahun ini menjerit prustasi, ia bahkan meremat surainya sendiri begitu keras.

"Apa yang kalian perbuat padanya?" Ujar seorang pria yang juga datang kedalam kamar ini.

Tentu saja dia, dia pemuda yang lebih dulu berada disana menjadi begitu sangat cemas.

"Aku tidak melakukan apapun, dia lebih dulu disini" Ujar si surai blonde, sembari menunjuk kearah pemuda lain yang sedikit lebih pendek darinya.

"Aku hanya menggunakan jemariku untuk menghalangi anak sinar matahari, agar tak menyakiti tidurnya" Si yang lebih pendek berusaha menjelaskan sembari ingin mempraktekkan apa yang ia lakukan sebelum anak itu terbangun.

Tetapi sayangnya saat pemuda itu mendekati anak remaja tersebut, anaknya semakin histeris, bahkan sekarang ia menangis.

"Sungguh daddu aku tak melakukan apapun~"

"Kalian lihat sendiri kan?, aku bahkan belum menyentuhnya, dia semakin histeris" Pemuda bersurai dongker itu berusaha membela diri, enak aja dia mau salahin padahal niatnya baik.

"Ada apa?" Seorang pria lain muncul di balik seseorang yang di panggil daddu oleh si surai dongker.

Saat kedatangan pria itu, suara jeritan anak remaja ini perlahan memudar, hanya terdengar tarikan nafas yang bercampur dengan isakan.

Pria itu semakin mendekati anak remaja tersebut, kedua manik lentik Felix seolah tak ingin terlepas dari pandangan seorang pria yang sekarang telah terduduk di hadapannya.

Felix ingat, pria ini yang ia jatuhi tubuhnya semalam.

"Tenanglah.. Tenang" Ujar pria itu sembari membawa tubuh mungil anak ini tenggelam pada dekapannya.

Kedua pemuda .. yakni, si surai blonde dan si black blue atau dongker itu, mendelik tidak percaya melihatnya.

"Bisa-bisanya tu bocah Tiba-tiba kicep" inner keduanya serasa menjerit, mereka tidak melakukan apa-apa, tetapi mendapatkan tatapan intimadasi dari Sang daddu.

"Aish jeongmal!" Si blonde mendengus kesal, ia melangkah diikuti si dongker.

Keduanya pergi meninggalkan kamar tersebut sebelum mendapatkan tatapan yang lebih mengerikan dari pria lain yang sedang menenangkan anak remaja tersebut.

"Kau tak apa?" Tanya pria lain yang di sebut daddu.

Felix sedikit mendongak untuk melihat pria tersebut.

"Chris" Yang di panggil chris seolah mengerti, tak lain ialah pria yang berhasil memenangkan Lee felix.

Pria di hadapan Felix itu sudah akan beranjak, namun sayangnya terhenti karena si kecil menahannya.

"Apa kau bekerja sama dengannya?" Chris mengerutkan kening, tak mengerti dengan apa yang dibicarakan oleh si kecil.

Chris tahu, anak ini begitu sangat ketakutan, bahkan suaranya pun bergetar.

Namun untuk menenangkan anak tujuh belas tahun yang ia anggap berusaha bunuh diri semalam itu, Chris pun menggelengkan kepalanya.

Tapi sayangnya jawaban-nya itu sepertinya tak memuaskan anak tersebut, aliran jernih kembali lolos.

Felix kembali menangis, namun kali ini tanpa teriakan dan jeritan histeris seperti tadi.

"Seungmin-ah" Yang di panggil seolah mengerti. Dia adalah yang disebut daddu oleh pemuda bersurai dongker tadi.

Sementara Felix mulai beranjak dari tempatnya, ia berjalan, mengelilingi dan memperhatikan sekeliling tanpa satu katapun.

Seungmin adalah dokter psikolog, mendengar apa yang diceritakan oleh Chris padanya saat membawa pulang anak tujuh belas tahun ini semalam, Dan melihat tingkah laku anak itu pagi ini.

Seungmin bisa memastikan bahwa kesehatan mental anak ini sedang tidak baik-baik saja.

Felix terlihat seperti orang ling-lung, bahkan orang lain mungkin bisa menilai bahwa anak itu telah kehilangan kewarasannya.

"Dad" Ini si blonde yang memanggil  dengan bersbisik pada Chris.

"daddy!" Karena tak mendapatkan sautan ia akhirnya meninggikan suaranya.

"Ssssstt hyunjiiiiiiiiiiin" Chris menekankan nadanya.

Sementara si blonde yang ternyata bernama hyunjin itu mengerucutkan bibirnya.

Ya...

Penyebab kenapa Felix histeris adalah kehadiran hyunjin dan satu lagi si surai dongker tak lain yaitu Sang adik dari hyunjin yang bernama jeongin.

"Tidak!! Aku tidak mungkin bermimpi" Itu felix.

Sejak tadi seluruh perhatian orang-orang yang berada disini ter-arah padanya.

Anak itu terus berjalan mengelilingi seluruh rumah, ia bahkan keluar lalu kembali masuk lagi, namun tak ada yang berusaha untuk mencegah.

Karena seungmin berkata untuk membiarkan apapun yang anak itu lakukan, tentu saja seungmin sedang melakukan pekerjaannya.

What's Wrong [ Chanlix ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang