27

14 10 0
                                    

"Mana kertas polaroidnya?" Hanna menagih janji. Kanta bosan mendengarnya, dia kelupaan membeli saat di luar.

"Nanti barangnya datang tiga hari lagi." Kanta tentu saja bohong.

Hanna mencubit pinggang Kanta hingga adiknya itu mengaduh. "Kalau gitu uangnya aja."

"Nih." Kanta mengambil uang yang dia selipkan di antara buku-buku. Dia kembali melanjutkan pekerjaannya, menyusun lemari buku.

Masalah selesai. Tapi sebenarnya Hanna belum puas, kan dia ingin kertas polaroid, bukan uang. Kalau uang di tangan dirinya malah tergiur membeli barang lain. Hanna pergi ke kamarnya. Kanta masih menyusun buku-buku ke rak. Ada buku yang sudah mulai menguning, itu novel yang dia tulis bertahun-tahun lalu.

Yang dia janjikan untuk Mint. Namun Kanta tidak berani memberikannya. Karena novel itu ditutup dengan sad ending.

Kanta mengacak rambutnya. Menyesal kenapa harus sad ending? Bagaimana cara mengubah akhir cerita yang ditulis ini?

Dalam novel itu, diceritakan dua orang yang saling mencintai tapi tidak akan bisa bersatu. Si main laid tidak bisa bersatu dengan heroin karena cerita itu berlatar dunia yang sedang diserang virus-virus menular. Heroin yang sebatang kara itu terinfeksi. Manusia yang pernah terinfeksi virus tidak akan bisa benar-benar sembuh. Akan selalu menular ke orang lain. Heroin itu diikat di rumah sakit.

Kanta menjatuhkan buku itu. Fiksi ilmiah yang dia tulis benar-benar mengerikan. Secara tidak langsung, heroin itu dibuat persis seperti Mint, cara berpakaiannya, cara bicaranya, cara senyumnya menjadi inspirasi Kanta saat menulis.

Novel itu ditulis saat SMA. Selesai dalam lima tahun. Setelah itu dia tidak ingin menulis lagi.

Dia pergi ke indekos Mint dengan food kontainer besar di tangan.

Than menyipit. Cahaya matahari yang menyengat menembus matanya. Semalam dia tidak cukup tidur. Memikirkan bahwa selama ini Papanya yang membuatnya dikeluarkan dari sekolah. Saat kelas 10 dia terkena masalah karena mengungkap kejahatan teman sekelasnya. Tadinya Putri yang akan dikeluarkan, tapi Than mengajukan diri. Lebih baik dia yang dikeluarkan, kemudian Than melanjutkan pendidikan di Finlandia.

Papanya kepala sekolah yang serakah itu.

Dia saudara tiri teman sekelasnya. Yang musuh utama Putri.

Than mengacak-acak rambut. Frustrasi. Lebih baik dia mandi dan bersiap ke rumah Putri. Karena nanti siang, dia akan pergi foto keluarga menuruti permintaan Mint.

"Ya ampun, pagi-pagi sudah datang aja." Emak Kos sedang membereskan ruang tengah. Kanta cengengesan menaruh kotak tahu itu di meja dapur.

"Mint mana?"

Emak Kos menatap ke atas. "Di kamar, Mak panggil aja ya."

"Oke."

"Tapi sebentar, kemarin siang Bapaknya Mint datang tiba-tiba," Enak Kos berujar pelan.

"Eh?"

"Beneran, ternyata selama ini Bapaknya hidup enak sama keluarga barunya. Kasian Mint. Padahal dia bisa aja hidup enak sama Bapaknya itu, tapi malah terlantar."

Emak Kos menghentikan ceritanya melihat Kanta diam tak menanggapinya, barangkali dia terlalu bingung mau memberi komentar apa.

Hari ini jadwal Mint berkunjung ke toko bunga. Semalam Mint juga sudah mengirim pesan singkat padanya, minta diantarkan.

Mint berjalan pelan turun tangga. Memperbaiki posisi kacamatanya, tapi kenapa penglihatannya tetap buram? Apa minusnya bertambah?

Kanta terkesiap melihat Mint memakai dress biru muda. Cantik sekali.

Revisit Memories (tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang