Epilog

20 11 0
                                    

"Aku mau ke Rumah Teduh, kamu pasti datang kan?"

Dengan handphone yang tertempel di telinga, Kanta memandangi lukisan rel kereta. Kemudian menjawab.

"Iya. Ibu Lila menanyai kamu terus."

Suara itu sangat mirip dengan suara Mint, membuat Kanta bernostalgia.

"Besok aku baru berangkat, hari ini ada jadwal pemotretan." Di seberang sana, Lint sibuk membolak-balik halaman jadwal yang disusun managernya. "Besok jadwal aku kosong."

"Iya iya." Kanta mematikan telepon sepihak. Kembali terpaku di depan lukisan rel kereta api. Dia masih memakai almamater biru tua; baru pulang dari kampus.

Setiap melihat lukisan ini, Kanta selalu mengingat Mint. Ah salah, setiap kegiatannya, Kanta selalu mengingat Mint. Dia ingin sekali pamer ke sahabatnya kalau dia diterima di universitas Diponegoro. Pasti Mint akan mengatainya tukang pamer.

Kanta juga ingin memberitahu ayahnya di surga, dia sudah kuliah sekarang. Apa yang akan ayah katakan ya?

Tiga tahun setelah kepergian Mint, Kanta les private, ikut seleksi masuk universitas, diterima perjuangan panjang, Kanta tinggal di kontrakan dekat Rumah Teduh, membantu Ibu Panti disela kegiatan kuliahnya. Setidaknya kesibukan seperti ini, Kanta tidak akan terlalu larut dalam kesedihan.

Kembaran Mint, Lintang Mezzo melanjutkan kariernya menjadi desainer dan model.

Than, membangun perusahaan start up di bidang teknologi bersama Papanya di kota.

Kanta masih berdiri, tangannya menggenggam kertas lusuh. Tidak terasa air matanya menetes tanpa izin.

Kanta merindukan Mint.

Revisit Memories (tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang