9

12 11 2
                                    

Roh penghapus ingatan tidak bisa menghapus ingatan indah.

Itu fakta yang menyebalkan bagi Jenika. Mengetahui Mint mengingat dengan baik apa yang terjadi di depan restoran itu. Padahal Jenika sudah yakin melihat asap abu di jaringan memori Mint. Apakah Mint memeluk erat-erat ingatan itu menjadi ingatan baik?

"Aku hanya mendengar cerita ini dari Kakakku. Teman Kakakku ini seorang psikiater. Seseorang membawa temannya atau anak atau siapapun  yang dianggap aneh dan merasa bahagia yang berlebih." Kanta mulai bercerita. Jenika ikut mendengarkan dari kursi plastik di sebelahnya, sebelumnya kursi itu diduduki Ghisa. Jenika dalam mode tak terlihat. Seperti menggunakan jubah Doraemon, ia bisa muncul atau menghilang dengan sesukanya.

Tersebutlah seorang gadis SMA. Dia menghilang tiga hari. Keluarganya mencari-cari keberadaannya. Orang tuanya melaporkan ke polisi bahwa anaknya hilang. Anak umur segitu tidak mungkin menghilang karena tersasar, dia pasti kabur. Orang tua itu tidak sadar bahwa mereka sendiri yang jadi alasan utama si gadis itu kabur.

Tiga hari kemudian, gadis itu pulang dengan sendirinya. Sesampainya di rumah dia terus-menerus tertawa. Tawanya memekakkan telinga. Bahkan dia tidak ingat namanya sendiri. Ternyata gadis itu menganggap namanya adalah kenangan buruk. Gadis itu hanya ingat jalan pulang. Juga nama adik-adiknya. Langsung saja, orang tua itu membawa anaknya ke psikiater. Psikiater melakukan tindakan hipnotis yang dianggap efektif membuat pasien berkata jujur sampai akar. Tapi hasilnya, si Gadis itu hanya bercerita kenangan baik. Ketika ditanya apa hal yang paling menyakitkan, Gadis itu hanya menjawab sambil tertawa. "Aku selalu hidup bahagia selamanya. Aku bahkan tidak pernah menangis. Hatiku bertekad agar aku membangun rumah besar untukku dan adik-adikku."

Jenika tersenyum. Dia tahu siapa si Gadis di cerita Kanta. Dia adalah Qina alias Sera.

Mint mengangguk. Mengunyah stoberi santai. Urban legend itu lumayan seru.

"Ada banyak kasus serupa. Hingga menjadi urban legend. Sepertinya aku selalu bahagia sehingga si Penghapus Kesedihan itu tidak menghapus ingatanku." Kanta sedikit bergurau.

"Atau jangan-jangan hidup bahagiamu karena kenangan burukmu sudah dihapus?"

"Bukanlah!" sergah Kanta cepat. Aku bahagia karena kamu.

Mint sudah sehat kembali. Kemarin dia hanya tranfusi trombosit saja. Dia memulai penyelidikan sepulangnya. Di mulai dari rumah Nina.

"Kenapa ngintilin aku terus sih?" Mint mendecak melihat Kanta sudah berdiri di depan indekos.

"Aku ingin ikut."

Pemandangan monoton terlihat dari jendela bus. Jalan raya dan beberapa gedung pertokoan yang sering dilihat. Kanta tidak membawa motor dari awal, berarti motor kebanggaan Bapaknya sedang dipinjam kakak perempuan Kanta. Mereka turun di depan sebuah cafe. Kanta berjalan di belakang Mint.

"Boleh kami melihat rekaman CCTV minggu lalu?" Mint bertanya pada barista yang tengah menuang kopi ke gelas.

"Kau boleh bertanya padanya." Barista itu memanggil nama pemilik kopi. Kemudian menunjuk seseorang yang sedang duduk di salah satu kursi.

Mint dan Kanta sudah berada di ruangan 2×2M² di pinggir dapur. Aroma kopi tercium kuat. Mint merasa nostalgia sewaktu ia masih bekerja paruh waktu di sebuah cafe. Layar komputer di depannya terbagi empat. Masing-masing menampilkan keadaan di halaman kafe, dapur, ruang barista, dan ruang utama cafe ini.

"Kau mau melihat rekaman tanggal berapa?" Si pria—yang tadi ditunjuk barista— itu bertanya.

25 November 2022.

Seperti pengunjung biasa, Mint dan Nina tampak tak menonjol. Pertanyaan muncul ketika Nina menunduk seperti orang ketiduran. Tampak di video, kakinya menggesek-gesek lantai. Tempo napasnya cepat. Persis orang tercekik. Mendadak semua gerakan itu hilang. Terkena serangan jantung. Nina langsung meninggal di tempat, dengan kondisi kehabisan darah. Orang jenius pun butuh waktu untuk mencerna kejadian di video di layar komputer itu. Tapi bagi paranormal, hanya beberapa detik menyadari apa yang terjadi. Mint hanya orang biasa, setelah meminta video itu ke handphone-nya, dia sama sekali tidak mengerti. Masih tidak menyadari apapun. Di perjalanan ke rumah Nina, dia masih tidak punya ide bahwa Jenika yang melakukan semua itu pada Nina, mulai dari mencekiknya, hingga menyerap energi Nina sampai habis.

Ibu Nina tampak lebih cerah dibanding seminggu lalu. Dina mempersilakan Mint dan Kanta masuk ke ruang tamu dengan sofa biru laut.

"Kamu mau lihat kamar Nina?"

Nina tidak akan dihantui ingatan itu. Nina sudah tenang. Itu yang membuat Dina cepat merelakan kepergian putri bungsunya. Kamar Nina masih sama seperti saat Nina hidup. Tidak ada perubahan. Bahkan posisi buku novel yang tengah Nina baca pun tidak berubah.

Dina membiarkan mereka melihat-lihat.

Dari banyak buku, ada buku yang tampak lusuh, kertasnya menguning, seluruh tulisan di buku ring A5 itu ditulis oleh Nina.

Halaman 1.

30 April 2012

Aku merasa gugup. Hari ini ujian nasional diadakan. Catatan dari Mint lumayan membantu. Walaupun aku harus membujuk dengan keras. Akhirnya dia menurut juga.

1 Mei 2012

Hari ini pelajaran matematika. Aku tidak terlalu menguasainya tapi untungnya Mint memberi kami bantuan dengan cara memberi tahu jawaban secara diam-diam.

2 Mei 2012

Cindy agak menyebalkan kuakui. Dia selalu saja membangga-banggakan wajahnya yang tak seberapa itu. Menyentuhnya saja tidak boleh. Tadi tanganku dihempas begitu saja hanya karena tak sengaja mengenai wajahnya sewaktu pulang sekolah tadi.

3 Mei 2012

Hari terakhir ujian nasional!

4 Mei 2012

Hari ini hanya konsultasi SMA. Ada yang mengerikan. Wajah Cindy dicakar-cakar oleh Mint. Ya ampun, aku harus senang atau kesal. Pantas saja Mint kulihat memiliki kuku yang panjang.

Juni 2012

Cindy bunuh diri. Sahabat-sahabatku berubah tidak mengenalku. Aku takut. Bahkan Mint juga tidak ingat apa-apa. Dia lulus bersyarat. Kenapa hanya aku yang ingat semua?

Mint menutup buku itu dengan jantung yang berdegup kencang. Peluh mengalir di pipi. Kemudian kakinya terasa lemas. Kepalanya sakit. Kanta berjongkok melihat keadaan Mint yang terduduk membeku di lantai. Telapak tangan Mint bergetar. Kanta menggenggam tangannya hingga getaran itu perlahan berhenti.

"Kenapa kamu begini?" Kanta bertanya.  "apa isi diary itu benar?"

"Apa aku pembunuh?" Mint berkata serak. "mataku melihat semua!"

"Apa yang kamu lihat?"

"Kejadian itu."

Revisit Memories (tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang