25

10 9 0
                                    

Wishlist keenam : Bertemu Than.

Pria itu, Than. Duduk di salah satu kursi penumpang pesawat. Setelah dua bulan mengurus segala sesuatu di Finlandia, akhirnya dia bisa naik pesawat ke Indonesia hari ini. Dua bulan lalu juga dia bertemu dengan Jenika.

"Kamu harus pergi ke Indonesia." Than terkejut setengah mati melihat Jenika berada di kamar rumahnya. Dia baru pulang bekerja.

"Eh, siapa kamu?!" Than menatap penuh selidik. Gadis itu memakai dress merah marun bunga-bunga, berambut panjang coklat, dengan earphone di telinga.

"Jenika."

"Bagaimana bisa kamu di sini?" Than berbisik, takut orang tuanya mendengar suaranya.

"Mudah saja. Tapi mulai sekarang kamu harus mengurus segala sesuatu buat biar bisa pulang ke Indonesia bulan Desember."

"Tapi pekerjaanku bagaimana?" Than tidak mengerti. Dia mendaratkan bokong ke kursi kayu, berhadapan dengan Jenika.

Jenika rebahan di kasur. Santai. Tidak peduli pikiran Than yang penuh pertanyaan. "Aku bisa menjamin proyekmu selesai sebelum bulan Desember. Kamu pasti tidak akan mengabaikan Kakak-kakakmu kan?"

Jenika menghilang, menyisakan selembar kertas tertulis alamat lengkap. Than memegang kepalanya. Apa aku sekarang kena skizofrenia?

Meski prediksi Jenika kurang tepat, karena pekerjaan Than selesai saat awal Desember. Dia juga tidak percaya kemunculan Jenika tempo lalu. Namun dia tetap melakukan apa yang disuruh Jenika. Adakalanya dia harus pulang ke kampung halamannya.

Pesawat yang ditumpangi Than mendarat dengan selamat pada pukul empat sore di bandara Soekarno-Hatta. Udara panas menyengat, keringat Than menetes. Lanjut menumpang taksi, ke tempat yang Jenika bilang. Berhenti sebentar, Than masuk ke mal, membeli makanan atau apapun untuk stok beberapa hari kedepan.  Nanti dia juga akan pesan hotel, karena rumahnya berada di Jakarta Utara.

"Tunggu ya Pak," pinta Than pada sopir taksi itu. Sopir itu dengan senang hati menunggu. Karena Than akan membayarnya lebih.

Seseorang yang pertama kali ditelpon Than adalah pacarnya. Putri.

"Aku di Jakarta sekarang."

"Eh, serius? Mau aku jemput di bandara?" Suara Putri terdengar gembira.

"Gak perlu, aku lagi di mal mau beli barang buat stok. Nanti kalau dah dapat hotel, aku ke rumah kamu aja." Than berjalan mengelilingi toko baju. Dia akan menemui pacarnya setelah tujuh tahun, dia harus membawa kejutan untuknya. Terdengar suara teriak gembira dari putri.

Di seberang sana, Putri berjingkrak-jingkrak kegirangan. Menahan suara agar tidak terdengar lebay. Di kepalanya muncul niat membuat kue untuk Than. "Aku sudah gak sabar!"

Than berhenti di depan toko baju. "Okey, aku tutup dulu ya."

Sebenarnya Than sudah membeli beberapa potong baju untuk Putri dari Finlandia. Dia berhenti bukan karena tertarik pada toko itu, tapi mata coklat gelapnya menangkap seseorang yang sangat dia kenal.

"Serius kamu gak pernah nonton bioskop?" Binar bertanya dengan suar keras, Mint menyenggol sikutnya. Membuat malu saja, satu dua orang menoleh karena suara Binar.

Binar, Jenika, Mint, dan Kanta, laki-laki satu-satunya berada di mal yang sering Mint datangi untuk membeli stroberi. Di kantung kameja Mint juga tersimpan stroberi sebagai cemilan.

"Kanta, kukira kamu pernah mengajaknya nonton film. Cowok gak peka." Binar mengoceh lagi.

"Heh, aku pernah mengajaknya tahu. Bahkan saat Ghisa masih hidup wacana nonton udah ada." Kanta membela diri.

Revisit Memories (tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang