6

19 14 0
                                    

Wajah dokter tampak serius, membuat suasana tegang beberapa menit. Kanta merasakan napasnya berat. "Hanya tranplantasi jalan satu-satunya untuk sembuh. Tidak ada gunanya mengisi angin di ban yang berlubang." Kanta tercekat. Menunggu dokter melanjutkan penjelasan, "tidak ada gunanya transfusi dimana darah itu akan cepat habis lagi. Tubuhnya tidak bisa memproduksi darah sejak umurnya delapan tahun. Awalnya transfusi empat bulan sekali, lalu dua bulan sekali, dan sekarang lima hari sekali."

"Lakukan transplantasi secepatnya jika itu harus dilakukan Dok." Kanta berkata serak.

Dokter itu mendesah berat. "Tranfusi memang memajangkan umurnya beberapa saat. Namun transplantasi bukan berarti masalah selesai. Bisa jadi setelah operasi muncul diagnosis baru, seperti leukemia atau kemungkinan gagal besar."

Kanta menatap meja putih di depannya. Mendengarkan setiap kata dari dokter itu dengan seksama.

"Sebuah keajaiban Mint bisa bertahan hingga hari ini. Saya yakin tekadnya lebih kuat mengalahkan lemah tubuhnya."

"Saya akan melakukan BMP (Bone marrow puncture) untuk hasil lebih lanjut."

Bone marrow puncture atau aspirasi sum sum tulang ini digunakan untuk mengambil sampel cairan di jaringan lunak di dalam tulang. Mint sudah beberapa kali melakukannya di tulang belakang.

Tapi setelah BMP kali ini, dokter memvonis umur Mint. Membuat perasaan Kanta sedih tak karuan.

Jika bukan karena wajah ceria Mint ketika Kanta mengajak ke mall, pasti Kanta sudah menangis sejadi-jadinya. Perkataan dokter tiga hari lalu sungguh menyiksa diri. Dokter itu seenaknya mengira sisa umur seseorang selayaknya Tuhan. Jalanan lengang. Motor warisan dari bapak melaju mulus di aspal. Dengan Mint, sahabatnya dari SMA. Kanta ingin melupakan kalimat sialan itu.

“Aku suka cuaca hari ini." Mint berkata dengan suara sedikit keras. "aku juga suka tahu yang kemarin kamu bawa."

"Memangnya kapan kamu pernah tidak menyukai tahu buatan ibuku?"

Mint berpikir. "Hmm... Saat kamu mengubahnya menjadi tahu gosong!"

Kanta tertawa. Memarkirkan motor warisan bapak ke parkiran mal.

Mint baru masuk ke lantai utama mal dan sudah dibuat tertegun dengan dress pendek biru muda yang tergantung di depan sebuah toko. Kanta sudah melangkah beberapa meter dari tempat Mint berdiri. Mint masih mematung di depan manekin dengan dress biru muda. Menyingkap kaus lengan panjangnya, tangan kuning dengan penuh bekas luka dan lebam tidak mungkin sepadan dengan dress cantik itu. Cepat-cepat Mint menutup tangannya lagi.

Kanta berbalik menyadari Mint tidak ada di belakangnya. Tapi mematung di depan manekin. Ia tidak tahu Mint suka pakaian semacam itu. Selama ini Mint hanya memakai kaus panjang atau sweater meskipun musim panas menyengat.  Seakan kulit tangannya haram terkena sinar matahari. "Ada apa dengan dress itu?" Kanta bertanya. "aku tidak pernah melihatmu memakai pakaian pendek."

Mint menggeleng. "Dress itu terlihat mencolok untukku. Aku berkulit kuning. Seperti ketumpahan kunyit."

"Pembuat dress ini tidak mengkhususkan kepada siapa dress ini boleh memakainya."

"Mendengar seorang Kanta bicara begitu membuatku merinding!" ledek Mint.

"Belilah satu. Aku yang bayar!" Kalo ini Mint bertambah merinding. Apalagi ketika Kanta memasuki toko. Menenteng tas plastik saat keluar.

Mint mengintip sedikit ke dalam plastik. "Aku akan terlihat kusam ketika memakai ini."

Kanta menggeleng. Itu tidak benar.

"Lagipula kamu baru dipecat seperti aku, bagaimana kamu menggunakan uang dengan ini?"

Kanta menoyor kepala Mint. Bahkan gadis ini tidak mengucapkan terimakasih. Mengusak pelipis kanan yang baru tertoyor handal, Mint meringis pelan. Baiklah kapan lagi sikap manis Kanta muncul lagi.

Revisit Memories (tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang