Kanta menanam mawar putih di rumah. Ada beberapa pot yang sudah berbunga banyak. Salah satunya dia beri untuk Mint.
Mint tidak setelaten Kanta dalam merawat mawar putih yang ia taruh di halaman kos layu daunnya. Jenika duduk memeluk lutut di sebelah pot bunga itu, di hari Ghisa dimakamkan. Menatap bunga itu dengan mata kirinya. Suara di earphone terus berputar sembari ia melamun di depan bunga mawar putih itu.
Dulu saat ia menikah, suaminya memberi buket mawar putih, saat hari valentine juga. Saat mengandung bayi, suaminya itu memberi buket bunga mawar putih. Di saat-saat membahagiakan, suaminya selalu memberi bunga mawar putih. Meski hanya setangkai.
Ketika dirinya tertidur selamanya, suaminya masih setia memberikan buket mawar putih diatas makamnya.
Jenika awalnya merasa mawar putih tidak terlalu spesial. Karena seseorang yang dicintainya yang selalu memberikan bunga mawar putih, bunga itu menjadi selalu spesial. Jenika malah selalu menunggu dia datang sambil memberi bunga mawar putih. Meski sekarang hanya bisa datang ke makamnya.
"Kenapa selalu mawar putih, Lian?" tanya Jenika saat itu. Melihat suaminya memberi buket mawar putih di hari ulang tahunnya.
Lian berpikir sejenak, "Hmm, karena suka saja."
"Tidak ada alasan lain?"
"Karena mawar putih itu, lambang perdamaian dan kesetiaan. Warnanya juga melambangkan kesucian dan ketulusan."
Aishh, mengingat hal itu Jenika ingin hidup lagi.
Tangannya mengelus kelopak bunga itu lembut. Kenapa Mint sangat tidak peka? Alasan Kanta memberi satu pot bunga mawar putih karena pria itu menyukainya.
Jenika duduk di teras indekos sampai sebuah mobil bewarna hitam datang. Itu Mint, Kanta dan Binar.
Setelah turun dari mobil orang, Mint mematung, menatap Jenika. Seperti pertama kali bertemu, Mint seperti menatap masa lalu.
♪
Ada tiga pengasuh di rumah teduh, meski begitu, mereka sangat telaten mengurus belasan anak-anak. Yang paling Mint sayang adalah Bu Cut Riska, beliau memiliki sifat lembut dan tidak pernah marah. Jika anak-anak bersikap nakal, dia hanya menegur lewat gerakan mata, maka anak-anak akan langsung diam.
Yang kedua, seorang suster gereja yang mengabdikan sisa umur untuk menjaga kesucian diri, Bunda Anas yang hidup sebatang kara memilih membangun panti asuhan bersama dengan kedua sahabatnya.
Ibu Lila namanya, yang mengantar Mint ke rumah teduh. Wajah oriental dengan alis yang berkerut jika sedang marah. Dia galak, pecinta kebersihan ini pengatur jadwal piket rumah teduh. Jika ada yang melanggar, perutmu tidak akan terisi makanan sampai malam.
Mint terkena masalah di sekolah menjelang kelulusannya. Bu Lila marah padanya. Dengan tubuh gemetar, Mint menyerahkan surat cinta dari BK yang tadinya ingin diberikan untuk Bu Riska. Sialnya seorang penghuni panti menemukan surat itu di bawah ranjang saat menyapu, lalu mengadu ke Bu Lila.
“Apa yang kamu lakukan, Mint? Berniat membunuh orang‽" Bu Lila bertanya dengan nada keras. Meski ini di ruangan tertutup, Mint yakin dibalik pintu ada anak-anak sialan yang menguping.
Mint berdiri dengan kepala menunduk. "Aku–"
"Berani menjawab?!" Bu Lila kemudian mendaratkan pantatnya ke kursi putar di belakangnya. "kamu seharusnya tahu diri Mint. Keluarganya menjadi donatur rutin di panti asuhan ini, anak-anak makan apa kalau tidak ada bantuan dari mereka?"
Mungkin Mint terlalu egois. Bagaimana dia hanya memikirkan dirinya sendiri? Padahal berkat keluarga Cindy, anak-anak itu bisa makan tiga kali sehari dan pakaian layak. Ya Tuhan. Apa yang telah dilakukan dirinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Revisit Memories (tamat)
Mystery / ThrillerIa, gadis penghapus kesedihan. Akan datang pada jiwa kesedihan dan menghapus semua ingatan burukmu. Namun gadis itu tidak menyadari tindakannya membuatnya sulit kembali dengan tenang, karena tujuan sebenarnya tak kunjung terwujud. Perlahan, gadis it...