5

23 15 7
                                    

Kilat blitz hampir membutakan mata Lint. Menampilkan banyak pose dalam hitungan menit. Menampilkan senyum artifisial dan lekuk tubuh ramping yang dibalut kaus pendek bermerk dan celana jeans diatas lutut. Sepatu sneaker putih kesukaan Lint dipakai di pemotretan. Lint merasa senang hati ini. Gadis di sebelahnya juga ikut memadukan setiap pose.

Spesial hari terakhir pemotretan majalah 30 Day's Mix Match Lint. Pihak agensi menyarankan agar Lint collab dengan model salah satu produk make up. Sarah namanya. Disebut-sebut sebagai brand ambassador profesional sekaligus content creator terkenal.

Cih, spesial dari mana?

Menurut Lint, Sarah adalah model amatiran. Beberapa kali melakukan kesalahan pose. Bahkan Sarah menginjak sepatu sneaker putih Lint.

"Sudah kubilang aku tidak mau collab sama anak baru!" bentak Lint kesal.

Sarah menunduk. Rada bergetar kaget karena bentakan Lint. "Ma-maaf. Kita bisa mengulangi pemotretannya."

Sarah berharap banyak saat diberi kesempatan bisa collab dengan model idolanya. Lint memasang wajah sinis. "Gak! Ini spesial hari terakhir majalahku. Baju ke sembilan yang kupakai. Aku tak mau ada yang merusak ke-spesial-an itu hanya karena model amatiran kayak kamu."

Para kru tidak ada pilihan lain. Selain menuruti keinginan modelnya. Mengganti pakaian ke sepuluh kali. Berganti tema lebih vintage untuk halaman terakhir yang spesial. Juga mengganti model, meski dari brand make up yang sama. Setidaknya lebih baik daripada Sarah.

Lint suka dengan shirtwaist merah ruby yang sudah ia kenakan di tubuh rampingnya. Ia juga suka sepatu flat bewarna serupa di kaki jenjangnya. Hanya satu yang tidak ia suka.

Make up dari brand sponsornya. Tidak cocok untuk wajahnya. Baru memakai BB cream saja wajah Lint sudah berasa panas. Wajah Sarah tertempel di kemasan make up itu. Jika pemotretan ini sudah selesai, ia akan cepat-cepat menghapusnya.

Pukul sembilan malam pemotretan sudah selesai. Perasaan lega sekaligus puas mencuat. Akhirnya selama 30 hari. Kontraknya dengan majalah 'Beauty-Full' sudah berakhir. Sebelum pulang para 'sepuh' pendiri Beauty-Full mengajak Lint dinner di restoran. Meski awalnya Lint menolak karena tidak terbiasa makan malam, tapi para sepuh itu memaksa.

Baik, lagipula ini sebuah kehormatan.

Senopati, Kebayoran Baru memang gudangnya tempat restoran mewah. Le Quartier. Nama restoran ini. Baru melangkah saja sudah disuguhi aroma sedap dari masakan khas Prancis.

Interior dari restoran ini sendiripun kental dengan suasana dengan suasana Eropanya. Dengan furniture kayu yang disusun secara cantik, lampu gantung chandilier mini yang bergantung di seriap meja. Hingga suasananya sedikit temaram membuat makan malam di restoran ini layaknya makan malam di Prancis. Lint suka dengan keseluruhan restoran ini.

Lint menatap ragu pada makanan di depannya. Bukan dia yang memesan, tapi pilihan dari para sepuh sendiri. Beep bourguigno. Daging sapi Prancis yang direbus dengan anggur merah dan makanan penutup berupa creme brulee. Bagaimana jika berat badannya bertambah? Bagaimana jika lemak sapi ini berpindah semua ke tubuh rampingnya? Memikirkannya saja, Lint bergetar.

Lint penderita anorexia. Terobsesi dengan berat badan. Lint tidak menyadari penyakit mentalnya itu. Menatap para sepuh yang menunggunya makan, Lint akhirnya menyuap satu potong daging.

Enak. Lint berusaha menghilangkan pikiran tentang berat badan. Tolonglah barang sejam. Lalu tersenyum pada para sepuh yang tertawa. "Rasa daging di sini memang tak perlu diragukan lagi!"

Setelah makan, managernya menghilang sesaat dan muncul lagi membawa satu botol wine putih. Botol itu sudah terbuka. Sang manager meletakkan botol itu di sebelah Lint.

Revisit Memories (tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang