69

176 30 31
                                    

"Huh? Ada apa dengan kalian?"

Seorang pria berambut hitam mengenakan topi jeraminya menatap heran keteman-temanya. Kenapa mereka semua tidak memiliki semangat sama sekali.

"Luffy, apa kau tidak tau?"

"Tau apa?"

Nami dan Usop saling memandang dan menggelengkan kepala mereka. "Tidak ada, kita harus cepat menuju pulau manusia ikan!"

"Benar! Ayo semuanya!!"

Nami tersenyum kaku. Kedua tanganya berada dibelakang sambil menggenggam kristal yang sudah tergeletak diatas lantai dari 2 tahun yang lalu.

"Pstt, bagaimana kalau dia bertanya soal bola komunikasi itu?" Usop bertanya kepada Nami dengan berbisik.

"Semoga saja ti–"

"Oh! Nami, aku ingin menghubungi [Name]!"

Dua orang itu langsung membeku. Bukan Usop dan Nami saja, melainkan semua kru mugiwara.

"Nanti!!!" Nami mengatakanya dengan nada lumayan tinggi. Luffy tidak mengerti dan hanya menaikkan sebelah alisnya.

"Kau bodoh ya?! Dibawah laut pasti banyak monster laut. Jadi fokus saja dengan pulau manusia ikan terlebih dahulu!"

"Tapikan aku ingin menghubunginya sebentar" Luffy memanyunkan bibirnya sebal.

"Luffy, aku tau kau sangat merindukan [Name]. Tapi tunggu sampai urusan pulau manusia ikan selesai ya?" Usop ikut membantu untuk membujuk Luffy.

"Kenapa sik?? Sebentar aja kok"

"Tetap tidak! Tahan sebentar" Nami mengatakanya dengan tegas. Luffy menaikkan sebelah alis, pria itu sedikit jengkel dan berakhir merajuk.

Kalau Luffy tau, pasti bakalan repot. Mending urusan pulau manusia ikan beres terlebih dahulu baru mereka ngatakan soal berita pulau Fertwona kepada Luffy.

'Apa dia benar-benar tidak mengetahui kabar itu?' batin Robim menatap Luffy dari belakang.

'Alat komunikasinya pecah, pasti ini kabar buruk' batin Chopper mulai berpikir negatif.

'semoga bukan buruk' batin Nami mulai menatap kristal yang berada diatas telapak tanganya. Tapi kenapa seperti tidak asing?

'Dari mana asal kristal ini muncul? Aku tidak tau dengan pasti, tapi....INI TERLIHAT SANGAT MAHAL!'

———

"Aku khawatir dengan mereka bertiga" Fena memegang wajahnya. Ia setiap harisnya selalu gelisah memikirkan keadaan [Name], Yasasinu dan Medusa.

"Mereka pasti baik-baik saja. Mereka bukanlah orang bodoh yang dengan mudah dikalahkan" Ucap Hamur sambil melipat kedua tanganya.

Selama 2 tahun ini Hamur tumbuh jauh lebih dewasa dari pada bocah seusianya. Bahkan lebih dewasa Hamur dibandingkan Fena, tidak habis thingking.

"Yang dikatakan Hamur benar, mereka pasti baik-baik saja" Lanjut Yamika yang sedang duduk diatas batu besar.

Fena sedang berdiri membelakangi batu tersebut. Punggungnya menempel dengan batu tersebut, gadis itu menghela nafas panjang.

"Yasasinu sudah memikirkanya dari awal, dia sudah tau ini bakalan terjadi maka dari itu dia percaya bahwa Toya dapat menemukan terlebih dahulu pulau pendaratan" Ucap Gomura memegang dagunya.

"Benar" Lanjut Yamika sambil membunyikan jentikan jarinya.

"Semuanya! ada yang ingin kami bertiga sampaikan" Burung api itu mendarat diatas batu bundar yang jauh lebih rendang dari pada yang diduduki oleh Yamika, Phoenix menatap kearah teman-teman [Name].

•NAVY BLUE GIRL• | one piece x reader Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang