Haloo Deers, yang nungguin Menik n Yuuto ada nggak nih? Silakan kasih vote n komen sebuanyak-banyaknya biar bisa apdet daily😆. Semoga terhibur yak😍
***
Janji Yuuto pada Menik digenapi malam itu juga. Dia pergi ke rumah Ito-sensei, untuk mendapatkan mobil yang dia pinjamkan kepada Ito-sensei untuk pergi ke daerah Tangerang, guna mengambil sampel vaksin yang tersisa setelah ada laporan kipi (kejadian ikutan pasca imunisasi).
"Kamu yakin pergi malam ini, Letnan Kagami?" tanya Ito-sensei sambil mengembalikan kunci mobil.
"Iya. Kondisinya kurang bagus, walau sepertinya penyakitnya belum terlalu parah." Yuuto menerima kunci yang diberikan oleh Ito-sensei.
"Sensei, bisakah Yudha-sensei menemaniku?" tanya Yuuto pada lelaki pribumi berbadan tegap itu.
"Baik!" sahut Yudha mantap.
Akhirnya, Yuuto dan Yudha pergi kembali ke rumah Lela. Di situ ada Menik yang masih menemani Lela.
"La, lu di sini saja." Menik membetulkan letak kerudungnya.
"Mpok ...." Mata Lela berkaca-kaca.
"Lu pulang ke rumah aye sama Mang Udin. Besok kagak usah jualan dulu." Keputusannya tidak berjualan sudah dipikirkan dengan matang, mengingat gosip yang masih hangat beredar. Kalau seperti ini, lebih baik untuk sementara dia hanya menerima pesanan dari Sendenbu.
Lela semakin terisak. Dia memeluk Menik dengan erat. Menik mengelus punggung gadis yang sudah dianggapnya seperti adik sendiri.
"Oh, ya, ini duit belanja. Besok siapin bahan buat bikin pecel Madiun. Kangkung, kembang turi, kecambah, kacang panjang. Bikin telur ceplok 60 biji. Lu goreng kacang juga. Entar sambel sama peyeknya aye yang bikin." Menik mengambil kantung dari dalam kutangnya. Sekilas dia melihat Yuuto yang memandangnya.
"Mpok, titip enyak Lela, ya?" Lela mengusap matanya, sambil menerima uang dari Menik dengan tangan yang satu.
Menik mengangguk dan akhirnya masuk ke dalam mobil yang akan membawa mereka di daerah perkebunan di Tjisaroea, Bogor.
"Menik-san, ini." Yuuto menyodorkan sapu tangan bermotif kotak-kotak merah.
Alis Menik mengerut. "A ... pa ini?"
"Sapu tangan. Pakai ini. Penularan TBC melalui udara. Ini ... untuk melindungi Menik-san."
Menik melirik ke arah Yudha. Melihat anggukan Yudha, dia lalu menerima sapu tangan itu. Dia lalu mencoba mengenakan sendiri, tetapi tiba-tiba Yuuto sudah ada di belakangnya.
"Aku bantu." Yuuto mengambil ujung sapu tangan yang dilipat segitiga.
Menik spontan melepasnya. Saat jarinya bersentuhan dengan jari Yuuto, degupan seketika menggila. Dadanya naik turun, digedor jantung yang bergemuruh.
"Sudah." Yuuto tersenyum lalu memutar badan Menik. "Kalau seperti ini, kamu akan aman."
Akhirnya mereka membantu Mak Ipeh masuk ke dalam mobil. Pemberangkatan kali ini, Menik duduk di kabin belakang, dengan bahu memangku kepala Mak Ipeh. Sementara Yuuto yang menyetir, dan Yudha berada di sebelah depan kiri, sesekali menoleh untuk melihat kondisi Mak Ipeh.
Perjalanan terasa berat dan berliku. Mereka melalui jalan menanjak yang masih berbatu dan kadang berlumpur karena terguyur hujan. Hanya penerangan dari dua lampu mobil yang memandu jalan yang sunyi.
Dari belakang, Menik melihat jalan di depan mereka begitu kelam dan suram. Pandangannya juga kabur karena kaca depan yang berembun. Padahal, Yudha sudah sering mengelapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menik (Completed)
Historische Romane19 Oktober 2022 --> short list The Wattys Award 2022 genre historical fiction 19 Nov 2022 --> Winner The Wattys Award 2022 genre historical fiction Di awal tahun 1944, hari bahagia Menik lenyap, saat dia melihat suaminya dijatuhi hukuman mati di alu...