4. Menagih Janji

2.3K 380 51
                                    

Deers, berhubungan ada masukan soal cast Yuuto, akhirnya aku memutuskan buat make Ryusei Yokohama, biar bau Jepunnya kentel gitu. Sebenarnya aku awalnya milih Kanta Sato. Dicover udah pake dia juga. Tapi, setelah browsing2 dan dia ngga ada stok foto di internet pake kimono, akhirnya aku pake Ryusei. Sebenarnya cast cuman pemanis, yes. Silakan kembangkan imajinasi kalian masing-masing. Oh,ya, jangan lupa voment yak. Selamat membaca😘

***

Seperti janjinya pada Kolonel Kagami, Yuuto akhirnya pergi ke kawasan elite di daerah Menteng yang sudah ada sejak zaman pemerintah Hindia Belanda. Dia sudah menyanggupi untuk menginap di situ.

"Genkidesuka (bagaimana kabarmu)?" tanya Kolonel Kagami pada Yuuto saat mereka makan malam di rumah.

Malam itu, koki asal Jepang yang merupakan tentara berpangkat kopral memasak masakan rumahan atas permintaan Kolonel Kagami. Ada enam wadah yang tersaji di depannya. Semangkuk nasi di sebelah kiri, sop miso di kanan. Piring panjang untuk menyajikan seekor ikan kukus yang menghadap ke kiri diletakkan di atas mangkok sup dan tiga mangkok lain berisi dua makanan pendamping dan acar.

Yuuto mendesah, menatap masakan yang cukup mewah digelar di meja ruang makan kediaman Kagami. Dia teringat orang-orang kerja paksa yang badannya hanya tulang dibalut kulit. Belum anak-anak kampung pinggiran yang perutnya buncit karena kurang gizi.

Kolonel Kagami berdeham hingga mengaburkan lamunan Yuuto.

"Ore wa daijobudesu (Saya baik-baik saja)," jawabnya singkat setelah menyeruput sop miso.

"Kamu ... terlihat kurus."

Yuuto tersenyum simpul. Dia mengambil sumpit kemudian mengangkat mangkok nasi. "Menurutku biasa saja."

"Kenapa kamu tidak tinggal di sini? Di sini makananmu terjamin. Sayangnya Kolonel Kagami belum bisa mengusahakan untuk memindahkan kamu ke dinas kesehatan kota. Pemerintah masih meminta kamu untuk membantu di kamp Klender."

Gerakan menjepit makanan Yuuto terhenti. Dia menurunkan tangan hingga pergelangannya menumpu pinggiran meja. "Alangkah lebih baik, kalau Kolonel Kagami bisa mengusahakan aku mundur dari unit 731. Aku bisa bekerja di manapun. Membuat klinik mungkin?"

Dentuman keras diiringi denting mangkok yang bergetar terdengar di sela makan malam ayah anak itu. "Kenapa kamu tidak bisa seperti onichanmu! Karier Yukihiro sekarang sangat cemerlang karena mengikuti perintah Kolonel Kagami. Sekarang dia sudah menjadi rikugun tai-i di jajaran angkatan darat."

Yuuto mendengkus. Kolonel Kagami selalu seperti itu. Kolonel Kagami sering membandingkan Yuuto dengan Yukihiro, onichannya. Padahal bila ditilik lebih jauh, nilai akademisnya di sekolah jauh lebih bagus dibanding Yukihiro. Kolonel Kagami selalu membanggakan kakaknya karena Yukihiro menuruti titah Kolonel Kagami untuk melanjutkan sekolah di Rikugun Shikan Gakoo di Tokyo.

"Gomen nasai." Yuuto sedikit membungkuk. "Aku ... tidak seperti yang Kolonel Kagami inginkan. Tapi, aku tidak menyesal sudah menjadi dokter."

Kolonel Kagami menatap tajam putranya. "Kalau tidak menyesal, lakukan tugasmu dengan baik! Jangan mempermalukan Kolonel Kagami!"

Selalu saja seperti ini! Setiap kali bercakap, akan berujung rutukan di hati Yuuto. Tak hanya itu, asam lambungnya pun juga akan menggerojok seolah ingin menipiskan nalarnya.

***

Pulang ke rumah di Menteng bukannya membuat hati Yuuto ringan tetapi justru membebani. Sebelum berangkat kerja pagi ini, Yuuto kembali diingatkan Kolonel Kagami.

"Ingat, Yuu-chan. Kolonel Kagami sangat berharap kepadamu. Penelitian vaksin tetanus itu sangat penting untuk kepentingan perang kita. Jangan menjadi pemberontak!"

Menik (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang