Selamat berhari Minggu! Buat yang lagi rebahan atau santai, Dee mau kasih lanjutan ceritanya Menik n Yuuto. Moga terhibur. Jangan lupa ramaikan yak!***
"Yuuto-kun …."
Menik bergumam, tak percaya dia memanggil Yuuto dengan nama kecilnya. Apalagi sebuah pelukan erat menjadi penanda perpisahan mereka malam itu.
"Mpok …."
Panggilan Lela membuat lamunan Menik buyar. Dia tercenung dengan sapu tangan yang diarahkan Lela padanya.
"Ini sapu tangan Dokter Kagami, kan?" tanya Lela.
Menik mengambil saputangan lusuh yang terkena lumpur itu. "Sepertinya semalam, Tuan Dokter buang di bawah pohon cabai. Lela cuci apa bagaimana? Sayang dibuang."
"Ehm, lu taruh di kamar saja. Biar aye yang cuci sendiri." Menik lalu kembali mengelap piring yang akan digunakan untuk menyajikan dagangan ketopraknya nanti siang.
Lela melakukan titah Menik, lalu keluar dari kamar itu. Dia lalu mengelap meja, memastikan tempat makan mereka bersih walau berada di tempat sederhana.
"Mpok …." Panggilan Lela kembali terdengar. Menik hanya berdeham, masih fokus dengan pekerjaannya. "Lela kemarin kagak sengaja dengar Mpok panggil nama Tuan Dokter …."
Gerakan mengusap Menik terhenti. Wajahnya seketika memerah.
"Apa … Mpok sudah jadi kekasihnya Tuan Dokter?"
"Hush! Lu bilang apa sih, La? Ngawur!" Menik memelotot, dia berharap tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka.
"Jujur, Lela senang sekaligus khawatir." Lela mengembuskan napas panjang. "Senang karena bersama Tuan Dokter, nyawa Mpok yang dibawa pergi Bang Ripto seolah kembali. Tapi juga khawatir karena Mpok mencintai … penjajah bangsa kita."
Susah payah Menik menelan ludah. Dia tak menyangka, Lela berpikir sejauh itu. Mencintai? Sepertinya Menik tidak akan segila itu dengan membuka hati untuk laki-laki itu … apalagi itu seorang penjajah yang membuat bangsanya menderita. Tapi … kenapa setiap malam dia gelisah, dan tidurnya selalu dibayangi senyum Yuuto?
"Jangan ngomong sembarangan! Kalau ada yang dengar, nanti bisa salah paham!"
"Habis … Lela kagak rela Mpok dibilang lacur sama Mpok Minah. Walau Tuan Dokter baik dan kelihatan cinta sama Mpok, tapi orang-orang yang kagak suka bakal semakin nyinyir." Lela berkata tulus.
"La … lu kagak usah mikir itu. Mpok bisa jaga diri. Lagian biar saja orang ngomong apa, yang penting Mpok kagak lakukan apa yang mereka bilang."
"Lela kagak suka dengarnya, Mpok. Hari ini saja Mpok Minah sudah ngata-ngatain aye supaya keluar dari rumah ini, biar kagak jadi … ah, Lela kagak rela! Bagi Lela, Mpok itu penyelamat Lela … Tuan Dokter juga …." Lela meremas kain lapnya untuk meredam kejengkelan yang dia pendam.
Menik meletakkan piring dan kain, lalu mendatangi Lela. Perempuan itu memeluk Lela yang sudah dia anggap adik sendiri.
"Terima kasih, La. Cukup satu orang yang percaya sama aye … aye sudah senang."
***
Di sisi lain … di siang hari yang terik, Yuuto sudah berjalan beriringan bersama Ito-sensei dan Yudha di lorong markas Kempetai yang terasa dingin karena aura yang mencekam seolah ingin membeku nalar. Karena kejadian ikutan pasca imunisasi itu didengar Yudha, maka dokter pribumi itu bersedia dimintai tolong Yuuto untuk membantu mengevaluasi kondisi para romusha Klender yang mempunyai gejala ringan. Kini, Yuuto kembali didera rasa bersalah.Langkah mereka terhenti, saat seorang tentara Kempetai memasuki ruangan untuk memberi tahu kedatangan mereka.
"Yudha-sensei, maaf kalau menyeret anda ke dalam masalah kami." Yuuto membungkuk dalam. Sorot matanya tersirat kekhawatiran. Dia cemas kejadian yang lalu berulang lagi. Karena inisiatifnya, nyawa manusia tak bersalah melayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menik (Completed)
Historical Fiction19 Oktober 2022 --> short list The Wattys Award 2022 genre historical fiction 19 Nov 2022 --> Winner The Wattys Award 2022 genre historical fiction Di awal tahun 1944, hari bahagia Menik lenyap, saat dia melihat suaminya dijatuhi hukuman mati di alu...