43. Kamu dan Kenangan

1K 241 12
                                    

Hulla, Deers, gimana persiapan Agustusan? Semoga masih betah ya. Jangan lupakan vote n komennya😘
Lagundi mulmed cucok banget sama part ini menurutku.

💕💕💕
3 Juli 1945

Yuuto tersentak saat mendengar kabar bahwa dokter Achmad akan dieksekusi pancung. Bulan Januari lalu, pria bijaksana itu mengakui tuduhan sabotase yang berakhir dengan pelepasan tahanan dari Eijkman yang lain. Termasuk Yudha dan Yuuto yang lebih dulu ditahan. Sayangnya, akibat Yudha ingin melarikan petinggi laboratorium biomolekuler itu, dan berakhir dengan kegagalan, akhirnya hukumannya dipercepat.

Yuuto pun cepat-cepat pergi ke markas Kempetai begitu mendapat kabar dari Yoji untuk mengkonfirmasi kebenarannya.

"Otousan, benarkah kabar dari Yoji-kun?"

Kolonel Kagami menggeram keras. "Jangan memanggilnya seperti itu. Bagaimanapun Nishimura-Chui adalah atasanmu!"

"Otousan, jawab aku!" Yuuto tak sabar.

"Kagami-shoi, untuk apa kamu ikut campur dengan masalah ini? Masalah ini sudah berakhir dengan jatuhnya hukuman pada Achmad-sensei." Kolonel Kagami berusaha bersikap profesional menghadapi Yuuto dengan menggunakan panggilan formal.

Yuuto menggeleng. "Otousan ... apakah benar hukumannya pancung?"

Kolonel Kagami berdeham. Dia kembali menekuri pekerjaannya. Namun, mendapati Yuuto masih ada di hadapannya, Kolonel Kagami terpaksa meletakkan penanya. "Eksekusi sudah dilaksanakan. Jasadnya sudah dibawa pergi. Jangan berani-beraninya kamu membawa jasad pemberontak ke kamp untuk dikremasi atau dikuburkan! Sudah cukup Otousan menutupi kebodohanmu dengan membawa jasad suami Menik."

"Otou-"

"Kembalilah bekerja, Yuu-chan. Kita harus lebih giat bekerja karena negara kita sedang tidak baik-baik saja. Amerika sudah hampir menguasai Jepang. BPUPKI sebentar lagi akan sidang untuk mempersiapkan kemerdekaan negara ini."

Jakun Yuuto naik turun. Dia tahu kenyataan itu. Jepang kalah, hatinya pun akan patah. Nasibnya setelah ini tidak akan tahu. Dan, seperti Yudha, dia mungkin akan melepaskan perempuan yang bersemayam di hatinya.

"Hai!" Tanpa banyak bicara, Yuuto berbalik dengan lesu. Namun, ketika dia hendak membuka daun pintu, suara Kolonel Kagami kembali terdengar.

"Yuu-chan, manfaatkan waktumu dengan Menik sebaik-baiknya sebelum kalian berpisah. Setelah ini, tidak akan yang tahu dengan nasib keluarga Kagami. Jangan katakan cinta ... atau kamu akan melukainya."

Tangan yang menggenggam gagang pintu mengerat. Mata sipitnya terasa panas. "Otousan, apakah Otousan malu mempunyai putra lemah seperti aku? Jujur, aku takut dengan kabar kekalahan Nippon. Aku takut kehilangan Menik."

Embusan napas kasar terdengar dari lelaki paruh baya itu. "Otousan, bangga denganmu. Kamu memang tidak seperti moyang kita yang hidup dengan membunuh musuh. Tapi, kamu justru memilih menjadi dokter yang bisa menyelamatkan nyawa. Karena kamu berbeda, Otousan berusaha melindungi dengan segala cara," kata Kolonel Kagami dengan suara bergetar.

Yuuto masih menatap nanar punggung tangannya yang pembuluh darahnya semakin menonjol. Dia tidak berani menoleh ke belakang. Baru kali ini, dia mendengar nada Kolonel Kagami begitu rapuh dan nelangsa.

"Arigatou, Otousan ...." Dan, sesudahnya, Yuuto pergi meninggalkan sang ayah sendiri di ruangannya.

***

Beberapa hari ini, nafsu makan Yuuto kembali menurun. Asam lambung yang tercetus karena stress yang berlebih membuatnya selalu ingin memuntahkan isinya. Terlebih sudah dua hari inu, dia tidak pulang karena mencari jenazah dokter Achmad yang sengaja disembunyikan di daerah Ancol.

Menik (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang