37. Pelarian

1K 242 24
                                    

Kuy, temani Menik lari. Semoga kalian terhibur. Buat yang nggak sabar Agustus datang, tenang ... seminggu lagi tanggal satu Agustus datang😆 Jangan lupa jejak cinta kalian yak.

💕💕💕

Menik berlari dengan air mata berderai. Hatinya nyeri mendapati Yuuto berusaha menciumnya paksa. Dia juga kecewa dengan dirinya sendiri karena jatuh cinta dengan orang yang sudah mencelakakan suaminya.

Sungguh, Menik malu! Dia merasa seperti perempuan murahan yang dengan mudahnya terjerat dalam bujuk rayu.

Akan lebih baik Menik tidak tahu kenyataan itu. Setidaknya dia bisa hidup dengan tenang dan bekerja sebagai juru masak di keluarga Kagami yang kini seperti rumahnya selama beberapa bulan untuk menyambung hidup. Nyatanya, semua hancur karena kedatangan Joko siang tadi yang menyamar sebagai penjual ikan langganan mereka.

Jelas Menik terkejut saat tahu yang menjadi penjual ikan adalah Joko, ketika lelaki itu membuka caping dan menyeringai padanya, siang tadi.

"Bang Jo—"

Joko segera membungkam mulut Menik. Bola matanya bergerak ke kanan dan ke kiri, sambil berdesis. "Menik, aku datang menjemputmu."

Menik masih memelotot. Wajahnya hanya terlihat separuh karena tangan berbau ikan Joko menempel di mulutnya. Dia lalu menurunkan tangan Joko. "Menjemput?"

"Iya. Cukup sudah kamu bekerja di sini! Orang menganggap kamu antek Jepang. Gundik anak Kagami!"

Telinga Menik memerah mendengar perkataan Joko. "Aku di sini bekerja. Yang penting aku bisa mengirim uang ke kampung, bagiku sudah cukup."

Joko tersenyum miring. "Ah, jadi dia membelimu dengan uang? Membuaimu dengan materi untuk menutupi kenyataan."

Alis Menik mengernyit. "Apa maksudnya?"

"Kamu tahu, Menik … Yuuto Kagami adalah orang yang bertanggung jawab karena telah menjadikanmu janda! Dia … dia yang telah membunuh Mas Ripto!" Suara Joko berbisik tapi masih Menik dengar. Lelaki itu lalu duduk di dingklik, di antara dua bakul yang tadi dia pikul.

"Apa maksudnya?" Menik mengernyit karena mencium ketidakberesan ucapan Joko.

"Maksudnya adalah … kamu telah diperdaya Yuuto. Dia telah membunuh Mas Ripto dan menjadikannya sebagai kelinci percobaan." Joko bersikap seperti biasa, seolah dia betul-betul tukang ikan. Dia mengambil satu ikan pilihan Menik dan membersihkan isinya sebelum meletakkan pada bakul anyaman bambu.

"Tidak mungkin! Sensei tidak akan berlaku seperti itu!"

"Tanya saja orang di sini apakah dia masuk ke dalam unit 731? Asal kamu tahu, unit 731 adalah unit yang berisi dokter dan ilmuwan gila seperti Yuuto Kagami. Dia melakukan vaksinasi yang tercemar sehingga menewaskan banyak romusha. Kamu masih mau dengan orang gila seperti itu, Menik?"

Kata-kata Joko tadi siang kembali terngiang di kepala Menik. Sekuat tenaga dia lari dan jantungnya berdentum kencang, tetap saja tidak bisa menghapus gaungan ucapan Joko yang melunturkan kepercayaannya pada Yuuto.

Awalnya Menik tidak mempercayai semuanya. Namun, ketika dia teringat guci di atas meja itu, Menik merasa Yuuto ada hubungannya dengan Ripto. Dia kemudian merasa bahwa memang kematian Ripto berhubungan erat dengan Yuuto.

Lalu apa isi guci itu? Kenapa Yuuto menyimpan guci dengan tanggal lahir dan tanggal kematian Ripto?

Namun, otak Menik tak bisa menangkap sekaligus semua informasi yang didapat, karena fokusnya sekarang adalah lari secepat mungkin menuju ke rumah Joko dengan selamat tanpa tertangkap. Mengingat akhir-akhir ini banyak sekali tentara yang berkeliling dan mengadakan penjagaan.

Menik (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang