10 • Pelukan Dingin

243 49 28
                                    

~ Bisakah ... aku berhenti saja ~

•••

Tubuh gadis itu meringkuk di tempat tidur. Nampak malas, ia tengah menunggu alarm kedua berbunyi, untuk benar-benar bangun seratus persen.

Cinta merasa perutnya begah. Dengan rasa tidak nyaman di leher dan bagian punggung atas.

Wake up, good morning!

Mendengar bunyi alarm lucu itu, Cinta menyakinkan niat. Hari ini, semangatnya menurun. Cinta tidak seceria biasanya.

Setelah mandi dan bersiap, Cinta membawa tote bag yang menjadi tasnya hari ini. Gadis dengan tinggi badan 162 cm itu, berjalan lambat menuju meja makan. Menarik bangku di depan Natalia yang terlihat sibuk dengan tabletnya. Sementara, Bi Isna nampak sibuk menyiapkan sarapan.

Natalia mematikan tabletnya. Tidak biasanya meja makan yang ditempati ibu dan anak itu sesenyap ini.

"Cinta ada masalah?"

Mendengar hal itu. Cinta menggeleng cepat. "Nggak ada, Bun."

"Bunda khawatir, kamu nggak biasanya sependiam ini." Natalia memasan wajah cemas. Tatapan Natalia berhenti pada piring di depan Cinta. "Kenapa nggak dimakan sarapannya?"

"Cinta nggak lapar, Bun." Cinta sengaja berbohong, tidak ingin membuat sang bunda khawatir. Sebenarnya, Cinta hanya merasa tidak nafsu makan pagi ini.

Natalia menatap curiga. "Bunda nggak mau kamu nggak sarapan dan berangkat sekolah dengan perut kosong."

Cinta menghela napas panjang. Padahal ia baru bangun tidur sejam yang lalu. Tapi, kenapa tubuhnya terasa lelah sekali. "Kalau lapar, Cinta bisa sarapan di kantin, Bunda."

Natalia terlihat masih curiga dengan Cinta. Melihat itu, Cinta berusaha untuk memperlihatkan senyum baik-baik saja. Dengan cepat Cinta menutup smartwatch yang berada di tangan kiri, dengan telapak tangan kanannya.

"Baiklah, Bunda percaya sama kamu."

***

"Maaf telat, Bu." Daffa bergegas masuk ke dalam kelas. Beruntung pelajaran juga belum dimulai, sehingga ia masih diberi kesempatan untuk masuk.

Daffa memang memilih jalan memutar agar terlambat datang ke sekolah. Ia melakukan hal senekat itu, untuk menghindari Cinta.

Saat Daffa berjalan menuju kursinya, ia menatap ke pojok paling ujung di ruangan, tempat terbelakang yang dihuni oleh gadis paling aneh di kelasnya.

Semua orang setuju, jika Cinta aneh dan susah diajak bergaul. Meski tidak mengenal dekat siapa Cinta, tapi sebagai ketua kelas Daffa sering mengamati murid baru di kelasnya itu.

Gadis itu kadang terlihat murung dan kesepian, kadang terlihat ceria tanpa alasan. Cara bergaul Cinta juga terlihat aneh, sehingga sampai detik ini Daffa tidak pernah melihat Cinta berbicara atau berteman dengan siapa pun di kelas.

Cinta lebih dominan diam, dan menatap Daffa intens. Dan, Daffa tidak suka itu.

Daffa tidak suka bagaimana cara Cinta diam dan selalu terlihat mengawasi gerak-geriknya.

"Telat lagi lo!" ptotes Rendy.

"Biasalah," jawab Daffa. Ia duduk di kursinya, mengeluarkan buku-buku pelajaran untuk memulai harinya di sekolah.

Sekali lagi, Daffa melirik Cinta. Masih dalam posisi yang sama ...  gadis berambut hitam itu, terlihat menatap ke luar jendela dengan posisi kepala tergeletak di atas meja.

"Bisa-bisanya dia tidur sepagi ini," decak Daffa pelan.

***

Cinta membuka mata, menemukan seisi kelas telah kosong. Cinta mengambil ponsel dan melihat jam yang tertera di layar kunci ponselnya.

Apa Kabar, Cinta? (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang