04 • Teman Lama

271 50 33
                                    

~ Aku hanya aku, yang mengerti~

•••

"Eh, maaf," ujar Cinta merasa bersalah.

"Tunggu ... tunggu .... Gue kayak kenal deh sama, lo." Pria yang tadinya berada di posisi berbaring itu, segera duduk menghadap ke arah Cinta.

Meneliti dengan seksama wajah cinta dari atas sampai bawah.

"Kamu kenal aku?" Cinta bingung. Ia merasa tidak mengenali pria itu.

"Lo Cinta, kan?" tebak pria itu yakin.

"Kok, kamu bisa tahu ...." Dengan mulut setengah menganga, Cinta membulatkan mata kaget. "Kamu, siapa?!"

"Ini gue, Arsya."

"Arsya?" Cinta mengucek mata, tidak percaya. "Seriusan Arsya? Kacamata kamu yang tebal banget itu mana?"

Arsya menatap Cinta hangat. Gadis yang sudah lama tidak ia temui itu adalah teman masa kecilnya. "Gue operasi lasik dua tahun lalu. Tante Natalia, apa kabar?"

"Aku sampai nggak ngenalin kamu, loh, Sya." Cinta manggut-manggut. Sebenarnya, ia masih tidak mempercayai pria di depannya itu adalah Arsya. Laki-laki memang cepat glow up dan tinggi, pria itu berubah hampir 180% dari ingatan Cinta. "Ya, nggak gimana-gimana. Keadaan bunda baik, sama aja kayak dulu."

"Lo udah nggak home schooling lagi, Cin?" Melihat Cinta yang entah sejak kapan menjadi siswa Smartly seperti dirinya, Arsya jadi penasaran kenapa gadis yang sudah bertahun-tahun sekolah di rumah itu, malah memutuskan untuk pergi ke sekolah normal.

"Udah enggak," jawab Cinta singkat. Ia tersenyum senang, sambil menepuk kedua pundaknya. "Aku pakai seragam dan sudah jadi murid SMA."

"Sejak kapan pindah dan kok, nggak ngabarin, sih?"

"Baru-baru aja, Bunda udah bilang ke Tante Sandra kayaknya." Cinta bergerak untuk turun dari ranjang.

Arsya meluruskan kaki, selonjoran. Melirik ke arah Cinta yang mencoba bangkit dengan perlahan. "Sini, biar gue bantu!"

Cinta menggeleng dan menepis pelan tangan Arsya saat pria itu menawarkan bantuan. "Aku bisa sendiri, kok." Cinta menolak bantuan Arsya.

Baru beberapa langkah, Cinta teringat pesan bundanya. Ia menoleh dengan tatapan penuh permintaan. "Sya, kalau misal suatu saat Bunda tanya aku di sekolah kayak gimana. Tolong jangan kasih tahu, dan laporin ke dia .... Apalagi, kalau dia sampai tahu aku ada di UKS."

"Dari dulu rahasia lo aman sama gue."

"Emang pernah, aku main rahasia-rahasiaan gitu sama kamu?"

"Bukan pernah lagi, sering malah. Jangan khawatir gue ngerti, kok." Setelah mengucapkan kalimat itu, Arsya tersenyum tipis. "Cinta, kalau lo perlu atau butuh apa-apa, tinggal kasih tahu gue. Kebetulan gue Ketua OSIS di sini ...."

Cinta tidak merespon. Ia hanya berbalik singkat sambil mengacungkan jempol, lalu melanjutkan langkahnya.

••••

Pandangan seluruh kelas tertuju pada gadis berseragam olahraga yang sedang mengetuk pintu.

Bu Lili menoleh ke arah Cinta. "Masuk!"

"Terima kasih, Bu." Dengan kepala menunduk Cinta berjalan menuju tempat duduknya. Baru beberapa menit di kelas, Cinta sudah merasa menyesal karena tidak berlama-lama di UKS saja.

Materi yang dijelaskan Bu Lili benar-benar sulit dicerna oleh otak bodoh Cinta. Andai ada gambar yang bisa melukiskan, mungkin semua orang bisa melihat ada sebuah tanda tanya besar di otak gadis cantik itu.

Apa Kabar, Cinta? (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang