~ Time to say good bye ~
•••
"Nih!" Arsya menyodorkan satu bungkus roti yang ia beli dari kantin. Mengambil posisi duduk di sebelah Cinta yang terlihat lesu.
"Terima kasih, Arsya." Cinta menerima pemberian Arsya, membuka bungkusan plastik, lalu memakan roti selai kacang itu perlahan.
"Gue kira lo kambuh lagi, karena nggak jadi datang ke rumah gue kemarin."
Cinta menggeleng. "Nggak kok, Arsya. Cinta baik-baik, aja."
"Jangan bilang kemarin dan lo begini karena Daffa?" tebak Arsya asal.
Cinta menoleh ke arah Arsya, menatap sahabatnya itu lekat. Tidak memberi jawaban apapun.
Meski begitu, Arsya sudah tahu jawabannya.
"Jadi, dugaan gue benar, kan? Lo begini karena dia."
Cinta menarik napas panjang. Bukannya memberi solusi, Cinta malah merasa Arsya menyudutkan dirinya.
"Cinta nggak mau ngebahas itu sekarang, Arsya."
"Daffa itu red flag, nggak cocok sama lo!"
Mata Cinta yang tadinya sendu berubah sinis, ia tidak suka cara Arsya berbicara sekarang.
"Arsya. Cinta lagi nggak mau ngomongin itu sekarang." Sekali lagi Cinta memberi tahu Arsya. Mengingat lukanya tidak kunjung sembuh. Cinta takut, jika ia mendengar hal-hal buruk tentang Daffa. Dan, lebih terluka lagi.
Arsya menarik lengan Cinta perlahan, mengarahkan kepala gadis itu untuk bersandar di bahunya. Cinta tidak bereaksi apa-apa, ia menurut sambil memejamkan mata.
Membiarkan lengannya dipijat sukarela oleh sang sahabat.
"Cinta, apapun pilihan lo. Jangan sampai terluka apalagi sampai menyakiti diri sendiri."
"Iya, Arsya."
"Cinta memang kadang membutakan seseorang, bahkan cinta kadang bisa membodohi. Jangan terpedaya dengan itu. Karena, sebagai pemilik diri, lo punya satu, bahkan ribuan pilihan untuk bisa tersenyum dan bahagia."
Mendengarkan ucapan tersirat Arsya itu, Cinta membuka kelopak mata lalu menatap langit yang membentang luas. Dari kursi taman panjang yang mereka berdua duduki, Cinta menatap Arsya yang menggenggam tanganya erat.
"Kalau lo butuh gue, lo bisa bilang! Karena, gue akan selalu ada buat lo." Arsya menambahkan.
Cinta menarik tangan dan kepalanya, menggeser posisi duduk, agar memberi ruang kosong antara ia dan Arsya.
"Terima kasih rotinya Arsya, Cinta mau ke kelas dulu!" Usai mengucapkan kalimat itu, Cinta langsung pergi dengan cepat meninggalkan taman depan.
•••
"Cinta!" teriak Aria heboh sendiri. Matanya melotot lebar, dengan cepat ia memungut benda pipih yang jatuh ke lantai keramik kelas.
"Maafin Cinta, Aria. Cinta nggak sengaja." Cinta berucap, benar-benar merasa bersalah atas ketidaksengajaan yang ia sebabkan.
Cinta yang bergegas masuk kelas dan tidak melihat-lihat sekitar. Ia menabrak tubuh Aria yang tengah berjalan sambil bermain ponsel dengan tidak sengaja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Kabar, Cinta? (COMPLETED)
FanfictionSeperti semesta yang mempertemukan dua insan berbeda, menyatu dalam langit dan hangatnya mentari. Apa semuanya dapat berubah, jika Daffa tidak bertemu Cinta hari itu? Dunia Cinta berubah jadi lebih menarik, sejak pertemuannya dengan pria menawan be...