~ Jika, ini adalah lembaran baru, maukah kamu jadi bagian pertama yang aku tulis? ~
•••
Udara dingin dan bau khas obat-obatan, menyeruak indra penciuman gadis yang sedang terbaring di hospital bed.
Perlahan namun pasti, kelopak mata indah itu terbuka. Wajahnya masih terlihat linglung, mengetahui tempat ia berada sekarang.
Sorot matanya berpindah, pada seseorang yang sedang menggenggam tangannya erat. Terlihat tidur dalam posisi duduk, dilihat dengan mata telanjang saja. Ia sudah tahu, bahwa tertidur seperti itu sangat tidak nyaman.
"Cinta, sudah bangun?!" Natalia yang baru saja masuk ke dalam ruang rawat inap sang putri. Menyadari bahwa kesadaran sang putri telah kembali.
"Iya," jawab Cinta pelan dibalik ventilator yang ia kenakan.
Pandangan Cinta beralih pada Daffa yang terbangun karena kehadiran Natalia.
"Akhirnya, kamu sadar. Aku khawatir banget, loh!" Daffa mengusap kening Cunta kemudisn naik ke rambut, ia memandang Cinta lekat.
Cinta mengangguk, masih cukup berat untuk berbicara banyak. Ia pun masih dalam upaya mengumpulkan kesadarannya total.
Natalia mendekat pada hospital bed tempat Cinta berbaring. Ia melirik Daffa tajam.
"Kamu sudah jagain Cinta semalaman. Kamu bisa keluar dulu untuk cari sarapan, Daffa."
Daffa menoleh ke arah Natalia.
"Kalau kamu tetap mau di sini, saya sudah bawakan sarapan untuk kamu. Tetap di sini, sama Cinta sampai Bi Isna datang."
•••
Semenjak Cinta masuk rumah sakit hari itu. Daffa jadi super posessif pada sang pacar.
Cinta pun bingung, karena ke-bucinan sang pacar jelas sudah tidak tertolong lagi.
"Mau aku gendong?"
Dengen gelengan cepat Cinta menolak. Ia tidak mau jadi tontonan orang banyak hanya karena heels 5 senti sepatunya tiba-tiba lepas.
"Kalau gitu, tunggu di sini. Aku beliin yang baru!"
"Cinta ikut."
"Nggak, aku nggak mau kamu nyeker."
"Ishh, nggak apa-apa Daffa."
"Atau kalau mau, kamu pakai sepatu aku aja?" usul Daffa sambil menatap sepatunya lekat. Meski kebesaran, tapi setidaknya lebih baik dari pada hanya bertelanjang kaki.
"Nggak usah, Daffa!" tolak Cinta cepat, sebelum Daffa benar-benar melepas sepatunya.
"Kalau gitu, lo tunggu di sini!!"
"Daffaaa!"
Cinta tidak berkutik, menunggu Daffa kembali, manik Cinta melebar menatap penjuru mall sembari bertanya di mana pria itu, dan kenapa tidak kunjung kembali?
Di tengah keramaian, orang-orang yang berlalu lalang. Akhirnya, berhasil, Cinta menemukan Daffa yang berlari kecil ke arahnya. Bibir berbentuk love itu, melengkukan senyum.
"Lama nungguinnya?"
"Nggak kok, Daffa."
Mendengar jawaban itu, Daffa ikut tersenyum. Tanpa permisi, ia berjongkok di depan Cinta. Melihat perlakuan Daffa, tubuh Cinta membeku.
Daffa melepaskan heels berwanra ungu itu, lalu memasangkan Cinta sepatu yang barusan ia beli.
Pas sekali, senyum Daffa mengambang bangga. "Cantik." Daffa mendongak, meminta pendapat sang pacar. "Kamu suka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Kabar, Cinta? (COMPLETED)
FanfictionSeperti semesta yang mempertemukan dua insan berbeda, menyatu dalam langit dan hangatnya mentari. Apa semuanya dapat berubah, jika Daffa tidak bertemu Cinta hari itu? Dunia Cinta berubah jadi lebih menarik, sejak pertemuannya dengan pria menawan be...