~~ • Epilog : White Dress

514 39 11
                                    

~ Dia secerah matahari saat itu, membuatku mudah mengenalinya ~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~ Dia secerah matahari saat itu, membuatku mudah mengenalinya ~

•••

Empat tahun lalu.

Pria itu menangis sejadi-jadinya, menyalahkan keadaan, menyalahkan diri sendiri, sang ayah dan bahkan wanita muda yang telah merawat sang ibu semasa hidup.

Bisa dibilang, Daffa menyalahkan semua orang yang terlibat dalam hidup Bulan, mamanya.

Daffa ditarik keluar saat mengamuk dan menyebabkan kerusuhan ketika mengetahui bahwa Bulan tidak lagi bernapas di dunia ini.

"Baru kali ini, aku melihat laki-laki menangis." Daffa menoleh pada seorang gadis bertubuh kurus yang tiba-tiba duduk di sebelahnya. Bersikap sok akrab tanpa alasan.

"Cewek aneh," kesal Daffa, ia mengusap air mata. Menatap sinis pada gadis berpakaian pasien itu, persis seperti pakaian yang sering Bulan kenakan.

"Padahal, orang selalu bilang aku ini cewek cantik."

"Bacot banget."

"Jangan gitu, ih, kasar. Kita nggak tahu di masa depan, mungkin aja kamu bakal jatuh cinta sama aku."

"Ngelawak lo?"

"Nggak, sih. Garing ya?"

Daffa tidak kuat lagi dengan gadis penuh omong kosong itu. Ia bangkit dan beranjak pergi, namun gadis itu malah lengan baju Daffa berani.

"Aku nggak tahu, apa masalah yang sedang kamu hadapi. Aku cuman berusaha menghibur, dan maaf kalau tadi aku menyinggung kamu." Gadis itu berkata tulus.

"Lepasin!" Daffa menepis kasar gadis itu. "Iya, gue terima maaf lo."

"Terima kasih."

"Nama lo siapa?" Entahlah, pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut Daffa.

"Cinta, bukan menggoda atau bercanda. Tapi, emang benar Cinta."

Daffa terkekeh, ia tidak ingin menuduh macam-macam. Tapi, baiklah. Akan ia ingat.

Saat Daffa ingin memperkenalkan dirinya balik.

Gadis bernama Cinta itu berlari dan pergi, karena panggilan dari sang bunda.

•••

Dua tahun kemudian.

Daffa mendapat pesan dari sang papa untuk menjenguk mama tirinya di rumah sakit.

Dengan seragam sekolah yang ia kenakan, Daffa berdiri di depan jalan sambil bertumpu pada gagang payung putih yang ia pegang.

"Males banget," kata Daffa. Selalu tidak suka dengan Kamila, mama tirinya.

Dari kejauhan, Daffa melihat gadis yang terlihat mencolok dengan dress putih yang berkibar senada dengan rambut hitam legamnya.

"Cantik banget," puji Daffa meski hanya melihat gadis itu dari sisi samping. "Gue harus dapetin nomer hape dia, biar bisa dipamerin buat Rendy dan Ujang."

Niat pendekatan itu sirna, saat air hujan mulai berjatuhan. Dengan cepat, Daffa membuka payung yang sedang ia pegang.

Tapi, pandangan Daffa masih terpusat pada gadis itu. Netranya melebar, saat gadis yang mendekati tipe idealnya itu, jatuh dan ambruk ke tanah.

"Mbak, nggak apa-apa?" tanya Daffa spontan. Panggilan 'Mbak' sudah biasa, ia tujukan pada perempuan asing yang sering kali ia jumpai.

Daffa merasa terbang, tiba-tiba saja ia berlari dan sudah berdiri di hadapan gadis itu sambil mengulurkan tangannya, peduli.

"Mbak, nggak apa-apa, kan?" ulang Daffa.

Gadis itu mengangguk lemah, memberi jawaban tanpa suara.

"Mbak ngapain di sini sendirian?" tanya Daffa kembali bertanya. Gadis itu tidak menjawab dan perlahan bangkit dengan memegang tangan Daffa.

Saat benar-benar berdiri, gadis pemilik bibir 'love' itu menoleh dan matanya bertatapan dengan pupil terang Daffa yang mempesona.

Saat bertatapan dengan gadis itu, suara hujan terasa mengecil. Dan, yang Daffa dengar hanya suara dari debaran jantungnya yang tidak karuan.

"Dia, Cinta!" ucap Daffa dalam hati mengenali.

Cinta lebih dulu membuang muka, menatap payung yang Daffa pegang dan memayungi mereka berdua, lalu berpindah pada dress putih yang terlihat senada.

Melihat tingkah polos dan lugu Cinta, Daffa mengulum senyum gemas.

"Apa gue sedang jatuh cinta dengan gadis cantik ini?"

•••

The end

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.

HAI, AKHIRNYA SAYA BERHASIL MENYELESAIKAN CERITA APA KABAR, CINTA?

SEMOGA PUAS DAN SUKA, OH YA. BOLEH MINTA REVIEW PEMBACA NGGAK, SIH?

KALAU BERKENAN BOLEH KASIH YA, TULIS DI KOMENTAR SAJA.

MUNGKIN, AKAN ADA EXTRA PART, MUNGKIN JUGA TIDAK. JADI, TETAP STAY TUNED.

KARENA BANYAK BANGET YANG BELUM TERJAWAB. SALAH SATUNYA, KENAPA JEREMY BRANDON HALIM ITU DIPANGGIL UJANG, KAN?

MUNGKIN, AKAN SAYA JELASKAN DI EXTRA PART. TAPI, UNTUK SAAT INI. CERITA BERAKHIR DI SINI!

BYE-BYEEE.

DON'T FORGET TO COMMENT AND VOTE, SHARE IT TO YOUR FRIENDS, IF YOU LIKE THIS STORY.

Apa Kabar, Cinta? (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang