33 • Hai Starla

208 38 18
                                    

~ Ada hati yang terluka dalam rahasia ~

•••

Natalia berhenti bicara, matanya memindai Cinta yang terlihat berbeda. Tidak biasanya, anak gadisnya itu, terlihat sibuk sekali dengan ponsel.

Bertany-tanya, apa hal menarik yang ada di dalam sana sampai Cinta kelihatan fokus dan sesekali tersenyum?

"Cinta hapenya bisa diletakin sebentar, Bunda sedang bicara ini!" tegur Natalia.

Tidak sampai ditegur dua kali. Cinta mendongak ke arah Natalia, meletakan ponselnya di atas meja. "Iya, Bun. Maaf."

"Cinta kelihatan asyik banget. Lagi ngapain?"

"Nggak ada apa-apa, kok, Bun."

"Sekolah kamu bagaimana?" tanya Natalia ingin tahu perkembangan pendidikan yang ditempuh putrinya.

"Baik, kok, Bunda."

"Kamu kelihatan bahagia banget beberapa hari ini. Bunda jadi penasaran, alasannya."

Cinta menggeleng. "Nggak ada." Telapak tangan Cinta tiba-tiba berkeringat dingin, takut jika Natalia mengorek lebih jauh.

Suara bel terdengar. Membuat Cinta dan Natalia menoleh ke arah pintu utama.

"Bu! Ibu Sandra dan Den Arsya ada di luar." Bi Isna memberitahukan hal tersebut, sekaligus menuntun dua tamu kepada nyonya rumah.

Natalia menyambut kehadiran Sandra. Lalu, Cipika-cipiki manja layaknya sahahat lama yang bertemu. "Aaaa, Sandra. Sudah lama sekali, ya ...."

"Maaf, baru bisa mampir. Aku dan Mas Indra sibuk banget, ada masalah kecil di perusahaan." Sandra memeluk singkat Natalia.

Cinta mengekori Natalia, berdiri di belakang induknya sambil tersenyum pada Arsya.

"Tante, Arsya mau ngobrol sama Cinta, ya."

"Iya, silahkan. Biar mamamu ngobrol sama Tante." Natalia tersenyum pada Arsya.

•••

Dalam kamar Cinta yang baru direnovasi dengan wallpaper dinding langit cerah. Mata Arsya berkeliling, mengamati sekitar. Sama seperti dulu, kamar Cinta terlihat colorful dan ceria.

Canggung. Itu lah situasi yang Cinta rasakan saat berduaan dengan Arsya. Apalagi semenjak pengungkapan rasa Arsya, dan tolakan Cinta. Dua sahabat itu, menjadi tidak banyak bicara.

"Maaf Arsya, karen Cinta nggak bisa menerima perasaan kamu lebih dari sahabat." Cinta membuka suara, sampai detik ini, ia merasa bersalah pada Arsya.

"Nggak apa-apa dan gue ngerti, kok." Arsya menyahut tulus. Tatapan lembutnya pada Cinta, tidak dapat berbohong bahwa ia masih menyimpan rasa. "Tapi, lo beneran pacaran sama Daffa?"

"Iya."

Satu kata itu memberi pukulan keras. Arsya mengernyit, hatinya sakit.

"Bahkan, setelah semua yang dia lakuin ke lo?" Arsya masih tidak habis pikir alasan Cinta tetap memilih Daffa.

Cinta mengangguk cepat, tidak ragu sedikitpun.

Menarik napas, Arsya mengeluarkan kalimat yang berat untuk ia ucapkan. "Apapun keputusan lo, gue harap itu yang terbaik."

"Terima kasih, Arsya."

"Tapi, gue nggak akan tinggal diam kalau Daffa nyakitin lo lagi. Apalagi sampai buat lo nangis."

Cinta tersenyum. Menyadari sebaik apa, pria yang duduk di depannya.

"Cinta terharu banget, punya teman kayak Arsya." Cinta meraih tangan Arsya, mengusap lengan sahabatnya itu lembut. "Cuman satu yang Cinta minta. Apapun salah Daffa, jangan lagi Arsya mukulin Daffa kayak gitu."

Apa Kabar, Cinta? (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang