~ Caramu pergi, bukan lagi ilusi ~
•••
"Gue dengar Cinta bikin masalah lagi kemarin." Ujang mencocol bakwan udang pada sisa kuah mie ayam miliknya yang berada di atas meja.
Suasana kantin terlihat penuh melebihi hari biasa. Cuaca dingin akibat hujan yang turun sedari pagi, membuat perut orang-orang sepertinya mudah lapar.
"Hm," deham Daffa pelan.
Rendy meletakan ponselnya di atas meja. "Gita, di Jakarta Daf?"
"Udah pulang kemarin."
"Kok lo nggak bilang apa-apa sama gue, sih!" kesal Rendy. Ia selalu berbagi informasi penting dengan Daffa. Tapi, Daffa tidak demikian padanya.
"Lo nggak tanya! Lagian cinta lo berdua udah padam serta kandas. Bukannya, lo juga pernah bilang ... nggak mau tahu lagi apapun urusan Gita?"
Rendy kicep. Daffa terlihat masih ingat jelas dengan perkataannya beberapa tahun silam itu. "Gita sama Ghani?" tanya Rendy mengalihkan topik. Ia tidak mau disudutkan dengan pembahasan mantan pacarnya itu.
"Iya, sama Ghani. Lo masih komunikasi, 'kan sama Ghani? Heran gue, kok dia nggak ngasih tahu lo, ya. Kalau dia sama Gita ada di Jakarta."
"Lo pikir Ghani mau ngabarin gue. Biar apa, biar gue ketemu sama adiknya?"
"Iyasih, lo sama Gita dulu putus nggak baik-baik, kan?"
"Karena ALDFEN lebih tepatnya."
Mendengar nama yang agak sensitif dan sudah lama tidak terdengar itu, membuat Daffa dan Rendy saling berpandangan satu sama lain.
Ujang yang tidak mengerti pembahasan dua orang itu. Merasa terasingkan.
"Ada Amelda!" kata Ujang caper.
"Mana? Mana?" tanya Rendy menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri, untuk menemukam sosok yang dimaksud Ujang. "Lo bohongin gue, ya?"
"Maksud gue ada Amelda, di kelasnya," ralat Ujang memberi tahu Rendy. Lalu beralih, menatap wajah Daffa yang sedari tadi celingak-celinguk. Seperti ikut mencari sosok Amelda juga. "Btw, so sweet banget, deh. Waktu lo dansa sama Amelda di birthday party gue, Daf."
"Setuju gue! Say thank you to Ujang, kalau lo jadian sama Amelda. Gue memberi restu."
Daffa menoleh ke arah Rendy, agak sinis. "Idih, siapa lo? Bokap gue? Sok banget ngasih restu."
Mengabaikan semua sahutan Rendy, Daffa memperhatikan sekitar. Ia mencoba mencari juru kunci satu-satunya, yaitu Arsya.
Ada yang ingin Daffa tanyakan, mengenai alasan ketidakhadiran Cinta hari ini.
•••
Jam istirahat kedua.
Menjadi waktu Daffa untuk menemui seseorang. Sebelumnya, Daffa tidak berhasil untuk menemukan Arsya meski sudah mencari ke mana-mana, bahkan ruang OSIS sekali pun.
Berkat Hani, Daffa mengetahui markas atau lebih tepatnya, tempat Arsya bersemayam.
Masuk ke dalam ruang UKS, Hani yang sedang berjaga menyambut Daffa dengan senyuman ramah.
Tidak berlama-lama, Arsya langsung mengenali siluet seseorang yang tengah rebahan di ranjang UKS.
Menyibak gorden tipis pembatas itu. Daffa diam sesaat, melihat Arsya tengah berbaring dengan dengan lengan kanan yang menutupi separuh wajahnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/309407628-288-k94098.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Kabar, Cinta? (COMPLETED)
FanfictionSeperti semesta yang mempertemukan dua insan berbeda, menyatu dalam langit dan hangatnya mentari. Apa semuanya dapat berubah, jika Daffa tidak bertemu Cinta hari itu? Dunia Cinta berubah jadi lebih menarik, sejak pertemuannya dengan pria menawan be...