~ Jika hujan reda apa yang akan terjadi? ~
•••
Hujan.
Daffa tersenyum menatap keluar jendela serta pada tanaman-tanaman peninggalan mama yang terkena guyuran air hujan. Dan, masih ia rawat sampai sekarang.
Suara bel membuat Daffa bertanya-tanya siapa yang datang. Ia membuka pintu dan menemukan gadis dengan rambut sebahu yang tergerai tersenyum polos.
Daffa tersenyum sinis. Cinta benar-benar datang saat Daffa hanya mengatakan candaan.
"Pipi Daffa kenapa?"
Pertanyaan itu, membuat Daffa dengan cepat menutup pipinya dengan sebelah tangan.
"Nggak kenapa-kenapa?"
"Masa sih, nggak kenapa-kenapa? Lalu kenapa berdarah dan kenapa merah?"
Itulah salah satu alasan Daffa tidak suka dengan Cinta. Gadis itu selalu ingin tahu dan menyampuri urusannya. "Jangan banyak tanya!"
"Oke, Daffa." Tanpa ijin Cinta langsung menyenolong masuk, tanpa dipersilahkan tuan rumah.
Daffa makin dibuat heran saat Cinta tiba-tiba duduk di sofa.
"Nih," kata Daffa masih berbaik hati. Lagipula, Cinta sudah jauh-jauh datang. Teh hangat sepertinya cukup untuk membayarnya.
"Makasih, Daffa." Cinta terlihat senang, ia langsung mencoba teh buatan Daffa dengan antusias. "Wahh, teh buatan Daffa enak banget. Teh paling enak yang pernah Cinta coba."
"Lebay lo! Gue juga beli di mini market itu, teh."
"Mungkin, Daffa buatnya pakai Cinta kali?"
"Bacot." Daffa bergerak beberapa meter ke depan, meraih handuk lalu melemparkannya pada Cinta. "Keringin rambut lo."
Cinta mengangguk cepat. Rambut bagian atasnya memang basah, karena ia berlari menerobos hujan pada saat keluar taksi menuju rumah Daffa.
Hanya ada satu sofa panjang di rumah Daffa. Mau tidak mau, Daffa harus berbagi dengan Cinta.
"Lain kali, lo jangan langsung datang kalau ada yang nyuruh lo kayak tadi."
"Kenapa?"
"Bahaya."
"Daffa khawatir sama Cinta?" tanya Cinta dengan mata berbinar terang.
"Nggak jadi, deh." Daffa menarik kembali ucapannya.
"Cinta boleh nonton, nggak?" tanya Cinta mencoba basa-basi. Tidak serius ingin menonton.
"Mending lo pulang!" kata Daffa sengaja mengusir.
"Masih hujan, Daffa." Berlindung di balik hujan yang menjadi alasan. Cinta berharap hujan berhenti besok saja.
"Yaudah, serah lo!"
Cinta tersenyum. Saat hendak mengambil remote, Cinta tidak sengaja mengenai tas selempangnya hingga terjatuh dan membuat isinya berhamburan di lantai, termasuk dompet kecil Cinta, alat make up, ponsel dan obat-obatan.
Daffa membantu membereskan. Memungut benda-benda itu.
"Kenapa banyak banget bawa obat?" tanya Daffa penasaran.
"Ehmmm, itu ... ini multivitamin."
"Oke." Daffa selesai membantu Cinta memungut barang-barang dari tas ajaib doraemon perempuan yang dapat menampung apa saja.
Melihat Cinta fokus nonton kartun di sampingnya. Daffa diam-diam mengamati gadis berwajah pucat itu.
Pantas saja, Cinta punya banyak obat multi vitamin. Melihat tubuh ramping dan wajah pucat bersih itu. Daffa tahu, bahwa Cinta adalah tipe gadis yang selalu dimanjakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Kabar, Cinta? (COMPLETED)
FanfictionSeperti semesta yang mempertemukan dua insan berbeda, menyatu dalam langit dan hangatnya mentari. Apa semuanya dapat berubah, jika Daffa tidak bertemu Cinta hari itu? Dunia Cinta berubah jadi lebih menarik, sejak pertemuannya dengan pria menawan be...