02 • Bujuk Rayu

349 64 95
                                    

~ Aku ingin bahagia, dan salah satu caranya adalah berada di sisimu ~

•••

"Kamu bicara apa, Cinta?!" Suara Natalia---bundanya meninggi. Benar-benar terkejut dengan permintaan sang putri yang tidak biasa.

"Please, Bun ... Cinta udah 18 tahun, loh. Udah dewasa," pinta Cinta dengan wajah memelas.

"Bagi Bunda, kamu masih putri kecil yang berharga," ujar Natalia, masih bisa fokus dengan beberapa data yang sedang ia kerjakan di laptop.

"Bun, Cinta beneran mau masuk SMA!" pinta Cinta serius.

"Kamu kan, sudah home schooling. Kurang apa lagi, kalau kamu merasa fasilitasnya kurang, tinggal bilang, bunda bakal sediain semuanya."

"Bunda, ishhh!" Gadis yang sedang duduk di samping Natalia, menatap sang bunda kesal. Ini adalah kali pertama, permintaannya tidak langsung dituruti dan disetujui sang bunda.

"Cinta mau punya teman! Home schooling nggak asik, nggak ada temannya. Bunda nggak ngelihat kalau Cinta di rumah aja, nggak bergaul sama siapapun ...."

"Kan ada Bu Chelsea, Bu Yurina, Bu Rahel ---"

"Itu tutornya Cinta, bukan teman." Cinta memotong ucapan Natalia tanpa rasa takut. Sebelum-sebelumnya ia adalah gadis penurut yang tidak pernah memberontak seperti sekarang.

Natalia menutup laptop yang berada di pangkuannya. Pekerjaannya belum selesai tapi, akan ia selesaikan nanti. Sebagai seorang single parent, dan seorang bussiness woman yang sukses. Prioritas utama Natalia, tentu saja adalah putri semata wayangnya.

Natalia meraih tangan Cinta dan mengelusnya lembut. Berharap sang putri dapat mengerti. Bahwa apa yang Natalia lakukan sejauh ini, adalah yang terbaik untuk Cinta.

"Kamu punya kok teman," kilah Natalia mencoba meyakinkan Cinta.

"Siapa?" tanya Cinta terpancing.

"Arsya." Natalia menjawab mantap.

"Ishhh, Arsya mah bukan teman Cinta, Bun. Dia itu, kan, anaknya teman Bunda!" decak Cinta makin kesal. Seperti yang ia duga, permintaannya kali ini akan sulit terealisasikan. Tapi, Cinta tidak akan menyerah.

"Tapi, kan, kalian juga temenan ...."

"Nggak juga! Pleasee lah, Bun," rengek Cinta sambil menarik-narik kemeja yang Natalia kenakan.

"Sekali nggak, tetap nggak. Bunda nggak mau, kamu kenapa-kenapa!"

"Bunda ... Cinta bisa jaga diri, loh. I promise, Bun ... believe me kali ini aja," pinta Cinta belum menyerah.

"No!" Natalia menolak permintaan Cinta yakin.

•••

"Good morning Bundaku sayang ...." Cinta menyapa Natalia yang nampak sudah rapi dengan pakaian formal yang dikenakan wanita berusia 45 tahun itu.

Sementara Cinta yang masih mengenakan piyama tidur, ia berjalan berat menuju meja makan. Sesekali gadis cantik itu menguap, tanda ia masih mengantuk.

"Apa lagi?" tanya Natalia terdengar ketus. Namun, perlakuannya berkata sebaliknya. Ia menarik bangku untuk sang putri, menuangkan air mineral, bahkan menghidangkan salad dan sereal di mangkuk keramik bergambar awan, kesukaan putrinya.

"Bunda, Cinta mau masuk SMA ...."

"Itu lagi, itu lagi. Bunda mumet dengarnya, sudah lima harian kamu bahas itu aja." Ia menyelipkan beberapa helai anak rambut milik Cinta ke telinga. "Kalau minta yang lain bakal Bunda kabulin, kecuali yang itu .... Kalau kamu mau, Bunda bisa ngambil cuti, kita jalan-jalan ke Paris. Waktu itu, kamu pernah bilang kangen ke Disneyland, kan?"

Apa Kabar, Cinta? (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang