Suasana ruang tengan rumah Yuna sungguh menegangkan. Yuna sudah sibuk mengobati luka di wajah Jinan yang saat ini sedang terbaring lemah di sofa. Empat orang laki-laki yang merupakan teman Jinan pun ikut duduk disana memperhatikan Yuna dan Jinan bergantian.
"Kak Jaja itu kenapa sih?" Tanya Yuna sebal sembari terus mengobati Jinan yang sesekali meringis merasakan perih.
"Untung ibu lagi ke luar kota" Ucapnya lagi karena kakaknya tak kunjung membuka suara. "Kak Jaja masih mau diem gini?" Tanyanya sambil menatap kakaknya sementara yang di tatap masih saja diam.
"Ck gak punya hati emang" katanya lagi kemudian kembali fokus pada luka Jinan. Gadis itu dengan telaten mengobati wajah tampan di depannya sambil sesekali meniup-niup berharap rasa perihnya berkurang.
"Kak Ji nginep aja disini, besok pagi baru pulang" Ucap Yuna setelah selesai mengobati Jinan dan membereskan P3k kembali ke dalam kotaknya. Mendengar ucapan adiknya membuat Januar yang sejak tadi diam pun menatap Yuna tidak setuju.
"Gak dia harus pulang!!"
"Kak Jaja apaan sih!" Sergah Yuna marah "Kalo di jalan kak Ji kenapa-napa gimana? Buat bangun aja udah susah" katanya lagi sementara Jinan masih tetap berbaring di sofa tanpa berniat untuk melerai perdebatan kakak beradik."Aku yang anterin dia, gak ada nginep-nginep"
"Gak! Aku gak percaya sama kak jaja udah ya kak aku gak mau debat, Kak Ji tetep nginep dan aku bakal telpon ibu buat izin" Jelas Yuna membuat Januar kembali ingin membantah tapi Jinan sudah berusaha bangun dan duduk pelan-pelan. Membuat Yuna yang sejak tadi menatap Januar tajam pun kembali menatap Jinan."Gak usah bangun kak, pasti badannya nyeri semua" ucapnya lalu mencoba menuntun Jinan kembali berbaring.
"Udah Yun aku gak papa kok" katanya setelah berhasil duduk di sofa dengan sempurna.
"Kak Ji..." rajuknya membuat lelaki itu tersenyum tipis sambil menahan perih di bibirnya. "Serius aku gak papa, nanti aku bakal nebeng sama Charlie mobilku biar di tinggal disini" ucapnya membuat Yuna terus menatapnya khawatir.
"Ck ngeyel banget sih" Ucap Yuna sebal dan masih terus memberikan tatapan tajam pada kakaknya. Melihat tingkah Yuna membuat Jinan benar-benar gemas tapi dia menahan dirinya untuk tidak mendekap Yuna karena dia masih sangat menyayangi wajah tampannya.
"Yaudah kalo gitu kita pulang sekarang aja deh" Ucap Hema mengajak teman-temannya untuk pulang. Rendy yang sudah siap sejak tadi pun sudah mulai berdiri bersamaan dengan Charliee yang menciba membantu Jinan berjalan. Tapi Yuna menahannya dan mengambil alih Jinan dari Charliee.
Keempat lelaki itu berjalan di depan sementara jinan dan yuna berjalan di belakang. Yuna menuntun Jinan perlahan-lahan berusaha agar lelaki itu tidak merasakan nyeri yang menyiksa.
"Kamu kalo marah serem yaa" ucap Jinan namun Yuna hanya mendengus mendengarnya. "Jangan marah sama Januar dia gak salah" sambungnya lagi membuat langkah yuna berhenti.
"Gak salah gimana? Kak Ji sampe bonyok begini lo" katanya sebal "Kakak juga kenapa gak ngelawan sih, kenapa gak di buat bonyok aja tuh kak jaja" omelnya membuat Jinan tersenyum gemas.
"Jaja gak salah Yun, aku pantes di tonjok" ucap Jinan "ck kan kakak gak maksa aku, jadi kak Ji gak salah dong" ucap Yuna lagi "tetep aja di mata seorang kakak itu salah" balas lelaki itu lagi.
"Udah yaa gak baik musuhan sama sodara lama-lama" katanya dan Yuna hanya berdeham sebagai jawaban. Keduanya sudah sampai di depan mobil Charliee, Jinan sudah masuk ke dalam bersama pemilik mobil tanpa menunggu terlalu lama mobil itu berjalan membelah jalanan malam yang penuh dengan kilauan lampu.
Setelah teman-temannya pulang menyisakan dua saudara yang masih saling menatap tajam. Tanpa kata Yuna langsung meninggalkan kakaknya dan masuk ke kamarnya.
*****
Keesokan harinya Jinan sudah berada di depan rumah Yuna. Dia berniat mengambil mobilnya sekalian membawa titipan mamanya untuk ibu Yuna. Lelaki itu memencet bell rumah Yuna kemudian terdengar suara dari dalam merespon. Tak lama pintu terbuka menampilkan wanita paru baya dengan senyum indah di wajahnya yang perlahan memudar."Astagfirullah Ji itu mukanya kenapa bonyok gitu?" Tanya Ibu Yuna khawatir membuat Jinan hanya bisa tersenyum canggung.
"Aduhh sini sini masuk dulu" ucapnya mengajak Jina menuju ke ruang tengah. "Ini kamu kok bisa gini?" Tanya ibu Yuna lagi "Biasa tante, anak cowo" jawabnya sambil terus memasang senyum manisnya.
"Kamu aneh-aneh banget sih udah gede gini masih aja berantem" omel ibu Yuna, Januar yang baru saja turun melihat sahabatnya sedang berbicara dengan ibunya pun ikut bergabung.
"Ja kamu ada pas Jinan berantem?" Tanya ibunya dan januar hanya berdeham sebagai jawaban " terus kenapa gak di bantuin? Sampai bonyok gini loh" ucap ibunya lagi sambil mengusap pelan beberapa lebam dan luka di wajah Jinan.
"Gimana mau bantuin sih bu, wong dia yang bonyokin" ucap seseorang yang baru saja turun lalu mendekat ke arah tiga orang yang sedang duduk bersama.
"Kalian berantem?" Tanya ibunya Januar hanya diam tidak menjawab dan sesekali melirik Yuna sengit karena telah cepu ke ibunya.
"Maklum tante anak cowo berantem" jawab Jinan seadanya membuat Yuna berdecih "kalo berantem tuh saling tonjok kali bukannya di tonjokin" ucap Yuna lagi membuat ibunya menatap anak lelakinya.
"Januar?" Lelaki itu mendongak menatap ibunya dia sadar ketika sang ibu memanggilnya seperti itu artinya Januar harus menjelaskan semuanya.
"Maaf bu, Jaja emosi" ibunya menghela napas lelah menatap anak lelakinya "yang bonyok Jinandra loh bukan ibu" ucap ibunya membuat Januar menatap Jinan "Maaf Ji" ucapnya lagi dan Jinan hanya membalas dengan senyuman.
"Jadi Jinan kesini mau ketemu Yuna atau Jaja?" Tanya ibu Yuna "gak tante, aku kesini mau ambil mobil yang di tinggalin semalem, sekalian bawain titipan mama buat tante" jawabnya lalu memberikan bingkisan yang di bawanya kepada ibu Yuna.
"Oalah kirain mau jalan sama Yuna"
"Kemarin udah ki tante, lagian Jinan harus ke restoran dulu buat cek keadaan disana" ucap Jinan dengan senyum manisnya."Yaudah tante masuk dulu deh kalo gitu salam buat mamamu yaa bilangin makasih" setelah mengucapkan itu ibu Yuna pun masuk meninggalkan para anak muda disana.
"Kakak udah mau pergi?" Tanya Yuna dan Jinan hanya mengangguk "Yaudah yok ku antar keluar" katanya kemudian keduanya berdiri.
"Pergi dulu Ja" pamitnya lalu berjalan keluar bersama Yuna, Januar hanya berdeham tanpa menoleh.
"Aku pergi dulu yaa" ucapnya pada Yuna yang saat ini menatapnya khawatir. "Kamu kenapa?" Tanya Jinan namun gadis itu hanya menggeleng lalu mengusap pelan wajah Jinan.
"Ini masih sakit?" Tanyanya
"Masih"
"Beneran? Kak Ji istirahat aja dulu gak usah ke resto dulu" katanya "Tapi setelah kamu usap-usap kayak gini sakit ilang" balas Jinan membuat Yuna membolakan matanya dan menarik tangannya dari wajah Jinan."Apaan sih kak" mendengar itu membuat Jinan gemas pada Yuna "udah ya aku pergi dulu" pamitnya lalu mengusap pelan puncak kepala Yuna sebelum dia masuk ke mobilnya dan meninggalkan gadis itu dengan wajah memerah karena perlakuan Jinan.
"Itu senyum gak usah lebar-lebar, tu mulut robek tau rasa" ucap Januar yang baru saja keluar dengan membawa helm nya dan bersiap keluar.
"Iri bilang boss!!" Ucap Yuna kemudian meninggalkan kakaknya masuk ke dalam rumah.
"Yuna udah Jatuh cinta sama Jinan, semoga perasaannya cepet di balas" ucap Januar penuh harap. Lelaki itu benar-benar mempercayakan adiknya pada sahabatnya itu.
*****
Lunalim_