Seorang gadis berdiri di dalam lift sambil mengetuk perlahan ujunh sepatunya pada lantai lift. Gadis itu saat ini berada di salah satu gedung apartement mewah untuk memenuhi panggilan dari seseorang.
Ting
Lift terbuka dan dia berjalan menuju pintu paling ujung lalu menekan passcode dan membuka pintunya. Sepi yang ia rasakan ketika masuk ke salah satu unit apartment. Gadis itu berjalan masuk ke arah kamar dan ia menemukan seorang lelaki tengah berdiri santai di balkon dengan rokok di tangannya.
Menyadari ada yang datang lelaki itupun membuang puntung rokoknya setelah mematikan apinya lalu berbalik dan menghampiri gadis yang saat ini berdiri tak jauh dari pintu kamarnya.
"Kenapa lama?"
"Tadi saya di rumah sakit nemenin adik saya kontrol, saya harus anterin dia pulang dulu baru kesini" jawab Karin pelan gadis itu sadar jika orang di depannya ini sedang menahan emosi dan bisa menjadi malapetaka untuknya jika emosinya diluapkan padanya.
"Kamu tau kan saya tidak suka menunggu?" Karin mengangguk tanpa menatap orang di depannya membuat lelaki itu meraih kasar dagu Karin agar mendongak menatapnya.
Januar lelaki yang benar-benar berbeda, tidak banyak yang tahu kepribadiannya yang saat ini terlihat.
" tau kesalahan kamu apa?" Tanya Januar "Saya beneran minta maaf pak, saya gak bisa tinggalin adik saya sendirian" Jawab karin membuat cengkraman di dagunya semakin kuat membuatnya merintih tertahan. Melihat Karin yang kesakitan tidak membuat Januar kasihan lelaki itu malah semakin menyiksa gadis di depannya.
Tangannya yang bebas saat ini sibuk membuka sabuk celananya. Dengan paksa dia mendorong Karin agar berlutut di depannya. Karin yang mengerti keinginan Januar pun langsung bergerak.
"Jangan cuma di pegang! Masukin mulut kamu!" Perintahnya, dengan perlahan Karin mengikuti perintah Januar namun lelaki itu dengan kasar mendorong pinggulnya membuat Karin tersedak hingga mengeluarkan air mata.
"Gak becus kamu!" Katanya lalu menarik Karin berdiri dan melemparnya ke arah ranjang. Dengan paksa Januar mengangkat rok milik karin dan mendorong masuk miliknya tanpa pemanasan sehingga meninggalkan rasa perih di inti tubuh karin.
"Saya bayar kamu mahal buat puasin saya!" Ucapnya sambil terus mendorong pinggulnya semakin dalam masuk ke inti tubuh Karin.
"Beraninya kamu cerita ke teman-teman saya, dan buat mereka paksa saya nikahin kamu" katanya lagi sementara karin hanya mendesah pasrah tanpa bisa melawan. Januar merobek paksa baju Karin dan meremas keras dada gadis itu.
"Kamu mau naik kasta dari Jal*ng jadi istri?" Tanya Januar namun tak ada jawaban yang di dapat membuatnya semakin marah.
Plak
Satu tamparan di pipi Karin membuat air matanya jatuh begitu saja karena rasa perih yang dia rasakan di beberapa titik tubuhnya.
"Jawab Sialan!"
"Saya gak pernah cerita ke siapapun pak"
Plak
Satu tamparan lagi di layangkan januar tanpa menghentikan gerakan di pinggulnya membuat Karin benar benar ingin mati rasanya.
"Kita gak lagi kuliah karin"
"Akhh aku gak pernha cherita ke siapapun Janu" ucapnya terbata karena rasa perih dan nikmat yang di rasakannya akibat ulah Januar. Mendengar jawaban Karin dengan suara serak seksinya membuat Januar semakin panas dan hasratnya semakin meningkat. Lelaki itu benar-benar menggauli Karin tanpa ampun. Banyak tanda kemerahan yang di tinggalkannya mulai dari leher hingga dekat selangkangannya. Karin benar-benar dibuat remuk oleh januar.