Ryuji Bintang Sahara

167 22 0
                                    

Ryuji Bintang Sahara

Nama Indah yang sudah sejak lama disiapkan untuk calon bayinya harus di ukir di atas batu Nisan yang sudah tertancap kokoh di atas gunsukan tanah yang baru saja menutupi lubang dimana anaknya di semayamkan.

Bayi kecil yang bahkan belum melihat dunia itu sudah harus Jinan ikhlaskan untuk kembali ke pangkuan Tuhan yang pasti lebih sayang padanya. Isak tangis dari orang tua Yuna dan Jinan juga keluarganya yang lain pun mulai mereda. Satu persatu dari mereka pun verlalu dan meninggalkan makam bayi itu bersama Jinan.

"Balik Ji, Yuna butuh elo sekarang" ucap Nanda
"Duluan aja, gue disini sebentar lagi" katanya lalu kembali mengusap nisan di depannya. Mengerti dengan keinginan temannya Nanda pun pergi dan menuju ke rumah sakit karena Ninda yang masih shock juga masih di rawat di sana.

"Papa ada salah ya sama kamu? Sampe kamu gak mau temuin papa dan lebih pilih pergi?" Tanya Jinan lelki itu bermonolog seakan nisan di depannya bisa menjawanya.

"Kalo mama bangun pasti dia sedih banget" jinan mengusap air matanya lalu menegakkan tubuhnya.

"Maafin papa ya gak bisa lama, Mama kamu sekarang butuh papa kalo dia sadar papa janji bakan bawa mama kamu kesini" Ucapnya lalu berdiri "Papa pulang dulu yaa" katanya lalu pergi dari pemakaman dan berjalan ke arah mobilnya menuju ke rumah sakit.

Di ruangan yuna sudah ada Januar Karin dan para orang tua serta adik-adik Jinan. Saat Jinan masuk Hana yang duduk di kursi samping Yuna pun berdiri dan membiarkan kakaknya duduk di sana.

"Karin kamu belum makan nak sejak kemarin, kamu ke kantin aja dulu sama Hana dan Hani" ucap Mama Jinan namun karin membalasnya dengan senyum canggung

"Gak papa tante"
"Kamu udah pucet gitu lo nak, makan dulu sekalian sama Jaja" suruh mama Jinan lagi Jaja yang mendengar penuturan itu pun menatap Karin yang memang terlihat begitu pucat hal itu membuatnya sedikit khawatir dan menatap gadis itu agar mengikuti perinta mama Jinan.

"Ayo mbak, kita makan di kantin" ajak Hana karena melihat tatapan Januar pun membuat Karin menyerah dan mengikuti langkah kedua adik Jinan untuk keluar dari ruangan.

Bruk

Suara benturan keras mengagetkan semua orang dan langsung keluar dari ruangan Januar melihat Karin yang sudah terkapar di lantai dengan Hana dan Hani berusaha membangunkannya khawatir. Januar langsung mengangkat Karin dan membawanya ke UGD diikuti anak kembar juga ibunya.

Januar dan ibunya beserta Hana dan Hani menunggu dengan tidak sabar ketika dokter memeriksakan keadaan Karin. Sehingga saat dokter selesai mereka langsung menyerbu dokter dengan pertanyaan.

"Gimana keadaannya dok?"

"Anda suaminya?" Pertanyaan dokter membungkam Januar sehingga ibunya pun maju untuk berbicara.

"Saya ibunya dok"
"Ohh baik jadi Karin sekarang hanya kelelahan, dia juga terlambat makan sehingga semua energinya terkuras terlebih dia sekarang sedang hamil nuda jadi hal seperti ini lumrah terjadi"  penjelasan dojter membuat Januar menegang.

"Ha-hamil dok?"
"Iyaa saya saran Karin di rawat beberapa hari disini untuk memulihkan keadaannya, jika setuju saya akan arahkan perawat untuk membawanya ke kamar" ujar dokter Januar masih diam membuat ibunya menghela napas lalu mengangguk pada dokter.

"Siapin aja dok kamarnya, biarin anak saya di rawat dulu" katanya dokter itupun mengangguk lalu pergi meninggalkan Januar dan Ibunya. Melihat keadaan itu si kembar pun langsung masuk ke bilik dimana Karin berada karna keduanya tahu akan ada perdebatan yang terjadi itulah keduanya memilih menghindar.

"Ulah kamu Ja?" Tanya ibunya namun Jaja masih diam "Ja ibu tanya kamu loh"

"Maafin Jaja bu" hanya itu yang bisa dia ucapkan "ayah kamu bisa habisin kamu Ja, ibu gak bisa belain ibu kecewa sama kamu" ucap ibu jaja dan ikut masuk menghampiri Karin.

Januar mengusap kasar wajahnya dan berjalan keluar untuk mengurus administrasi Karin untuk rawat inap. Setelah selesai akhirnya Karin sudah bisa di pindahkan di kamar tepat di samping Yuna hal itu membuat Jinan dan lainnya penasaran.

"Sampe harus di rawat Ja?" Tanya Jinan namun tak ada tanggapan membuat lelaki itu menatap mertuanya yang juga ikut mengantar Karin ke UGD.

"Bu, emang parah sampe harus di rawat?"
"Iyaa, dia butuh perawatan seenggaknya dua hari Karin telat makan jadinya gini" jawab ibunya lalu masuk ke dalam ruangan Yuna.

Kedua adiknya pun terlihat tak biasa sehingga Jinan menahan mereka yang ingin masuk.

"Karin kenapa?" Hana pun berjinjit untuk membisikkan sesuatu pada Jinan dan membuat lelaki itu menatap Januar tak percaya tapi Jinan tetap diam tak mengatakan apa-apa.

"Kalian masuk gih, jagain Mbak Yuna" ucapnya lalu kedua adiknya pun masuk. Disana tersisa jinan januar hema dan rendy karena yang lainnya masih di ruangan Ninda. Tak ada yang mau berbicara semuanya diam sambil menatap kasihan pada gadis yang saat ini terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit.

Karena merasa tidak akan ada keributan akhirnya Jinan memutuskan keluar dan kembali ke kamar istrinya namun tiba-tiba ayah mertuanya masuk dengan wajah dingin dan langsung menghampiri Januar dan memberikannya tamparan keras.

Ibu mertuanya yang menyusul pun berusaha meraih dan menenangkan suaminya yang di penuhi dengan amarah.

"Ayah udah, ini rumah sakit kasian Karin kalo kebangun karena keributan ini" ucap Ibu mertuanya namun suaminya tidak mendengar dan tetap menyerang Januar.

Satu pukulan melayang bebas di wajah tampan Januar membuat lelaki itu tersungkur hingga membentur ranjang Karin membuat perempuan itu terbangun. Ayah januar kembali menarik kerah bajunya dan menghajar habis Januar sampai suara isak tangis terdengar dan membuatnya berhenti.

"Sayang kamu gak papa?" Tanya ibu Jaja pada Karin yang menangis "Berhenti om hikss, ini bukan sepenuhnya kesalahan Januar" ucapnya sambil terisak membuat ibu januar langsung memeluk gadis itu. Januar dengan susah payah bergerak mendekat ke arah ranjang Karin.

"Jangan coba mendekat kamu!" Suara lantang ayahnya menghentikan pergerakannya. Dengan napas memburu dan mata yang berkilat marah ayah Jaja membuat suasana kamar menjadi tegang.

"Siapa yang ajarin kamu kurang ajar sama perempuan hah!"

"Bisa bisa nya kamu jadikan Karin sebagai Jalang yang tidak berharga. Apa pernah saya ajari kamu begitu?" Bentak ayah Januar marah membuat Karin takut.

"Seenaknya menebar benih, kamu tau kesialan adik kamu itu akibat ulah kotor kamu hah?" Mendengar itu tangis Januar pecah dia benar-benar menyesali perbuatan yang bahkan terkadang di luar kendalinya.

"Kamu mau kejadian Yera sepuluh tahun lalu terulang?" Tanya ayahnya "kamu mau Karin juga ngelakuin apa yg Yera lakuin?"

"Wajah hancurmu itu tidak sebandong dengan sakit yang di rasa Karin" Ucap ayahnya lalu menendang keras Januar hingga kembali tersungkur ke lantai.

"Selesaikan ini jangan saya saya buat kamu gak bisa ketemu Karin dan anaknya" ucap ayahnya final lalu keluar dari sana. Hema yang berdiri paling dekat dengan Januar pun membantu lelaki itu bangun.

"Panggilin dokter Ren" pinta Hema
"Gak usah"
"Bu, kasih aku ngomong sama Karin" pintanya namun saat ibunya ingin keluar Karin menahan perempuan itu takut dengan Januar. Dia takut akan menjadi sasak amukan lelaki itu.

"Gak papa sayang, Kalo Jaja macem-macem mama sama yang lainnya ada di luar" setelahnya akhirnya Karin melepaskan Ibu Jaja sehingga menyisakan dirinya dan januar di ruangan itu.

*****
Lunalim_

De JavuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang