Jerk!!

185 33 0
                                    

Jinan sudah menunggu di depan ruang operasi dimana Yuna berada, sementara Ninda sudah di pindahkan ke ruang rawat setelah luka-lukanya si obati. Teman-teman Jinan sudah membagi diri ada yang menemaninya dan ada juga yang menemani Nanda di ruangan adiknya.

"Mas gimana keadaan mantu mama?" Tanya ibunya saat baru saja tiba bersama dengan orang tua Yuna. Namun Jinan hanya terus diam menatap pintu operasi membuat Hema berinisiatif menjawab.

"Yuna lagi di operasi tante, janinnya harus di koret karena udah gugur" jawab Hema membuat ibu Yuna dan Jinan langsung meluruh ke lantai. Adik Jinan yang sejak tadi mengekor orang tuanya pun ikut menangis.

"Kenapa bisa gini ja? Siapa yang jahatin adik kamu?" Tanya ibunnya pada Januar yang duduk di sampingnya.

Hema menatap prihatin keluarga di depannya, terlebih Jinan yang benar-benar terpukul karena di hari yang sama dia mengetahui kehamilan istrinya di hari itu juga dia harus kehilangan calon bayinya.

"Yuna bareng Ninda kan? Gimana keadaan dia?" Tanya ayah Yuna "dia udah di ruang rawat om, setelah luka-lukanya di bersihin dan keluarganya nunggu dia sadar om" jawab Hema.

"Gimana pelakunya?"
"Udah di urusin sama pengacara Charliee om" sikap ayah Yuna terlihat lebih tenang dari yang lainnya. Pada saat semua sudah menunggu dengan cemas lampu ruangan operasi pun mati dan tak lama dokter keluar dari ruangan.

"Sebentar lagi kami akan memindahkan ibu Ayuna ke ruang rawat" ucapnya pada Jinan
"Gimana keadaan istri saya dokter?"
"Sekarang keadaan ibu Ayuna sudah stabil, tapi kami masih harus memeriksakan sejauh mana obat itu menyebar di tubuhnya agar kami bisa mengetahui efek samping apa yang akan terjadi nantinya" Jawab dokter tersebut.

"Kalo begitu saya permisi dulu pak buk" pamit dokter itu lalu pergi. Tak lama setelah kepergian dokter pintu ruangan kembali terbuka dan menampilkan Yuna dengan berbagai alat medis di tubuhnya. Beberapa perawat membawanya menuju ruangan dimana Ninda berada dan semua orang mengikutinya.

*****
Rendy dan Hema saat ini sedang duduk di meja kantin Rumah sakit, keduanya sengaja keluar dan memberikan keluarga Ninda dan Yuna waktu.

"Ren Charliee knp gak ikut?"
"Gatau, dia maksa buat jagain Ninda"
"Gak biasanya dia kayak gitu"

"Dia ngerasa bersalah, seandainya dia gak makeout sama sama cewek tadi dan baca chat Ninda lebih awal pasti kejadiannya gak separah ini" jelas Rendy

"Hah? Maksudnya?"

"Si Ninda kirim lokasi ke Charliee sektar jam 4 sore tapi karna dia lagi main sama cewek Charliee baru baca pesannya jam 8" jelas Rendy lagi

"Wah gak kebayang traumanya Ninda gimana" ujar Hema diangguki Rendy "tadi waktu bangun dia langsung ngamuk sampe dibius sama dokter" katanya.

"Ninda sempet sadar?" Tanya Hema
"Parah sih, pengacara Charliee tadi bawa cctv yang ternyata ada di rumah itu si Jimmie emang psyco sih" jelas Rendy "separah itu?" Rendy mengangguk.

"Bayangin si Ninda di seret di pukul di tendang di tampar anjir gak sampe situ si Jimmie ngelecehin dia yang emang separah itu" Jelas Rendy lagi membuat Hema bergidik ngeri.

"Ren kita pamit pulang aja kali ya?"
"Yaudah ayo, besok lo juga harus masuk kantor kan" katanya lalu berjalan menuju ruangan.

"Loh Ja kok lo diluar?" Tanya Hema yang melihat Januar di luar bersama Charliee, Nanda dan Manda.

"Yuna udah sadar, tapi kayaknya dia ada masalah sama Jinan" jawabnya "om sama tante?" Tanya Rendy

"Gue suruh balik kasian mereka perlu istirahat"
"Ninda gimana?"
"Masih tidur" jawab Manda "Kalo gitu gue sama Hema pamit dulu yaa, besok kita kesini lagi" pamitnya dan diangguki Januar.

"Char lo gamau balik?"
"Duluan aja, gue masih mau disini" katanya kemudian Hema dan Rendy pun berlalu.

Saat semuanya menunggu di luar tiba-tiba suara gaduh di dalam ruangan Ninda terdengar dan mengalihkan perhatian mereka. Charliee yang paling dekat dengan pintu  mengintip di celah kaca dan langsung membukanya saat melihat Ninda sudah memegang serpihan kaca yang di dapatnya dari memecahkan gelas.

Gadis itu baru saja sadar berusaha untuk mengakhiri hidupnya dengan mengiris pergelangan tangannya menggunakan serpihan kaca. Charliee yang berlari menghampiri gadis itu membuat Nanda dan lainnya kaget dan menyusul.

"Nin jangan gini" katanya sambil terus menahan tangan Ninda agar tidak melukai dirinya sendiri. Nanda yang ikut masuk pun membantu Charliee mengambil serpihan kaca dari tangan Ninda. Gadis itu terus meronta minta di lepaskan membuat Charliee sedikit kewalahan.

"Pergi kalian! Aku mau mati!" Ucapnya sambil terus meronta. Sementara Charliee terus menahan Ninda, Manda berlari memanggil perawat.

"Gak! Nin jangan gini" ucap Charliee lagi
"Aku udah hancur, aku mau mati" katanya lagi dengan suara paraunya air matanya terus menetes membuat Nanda semakin sakit melihat keadaan adiknya.

"Lo gak sendiri Nin, ada gue" ucap Charliee lalu mencoba mendekap Ninda "Gue bakal selalu ada buat lo, lo gak akan sendiri" ucapan Charliee perlahan-lahan membuat Ninda tenang napasnya yang semula memburu perlahan-lahan mulai teratur yang tersisa hanya isakan tangisnya saja.

Jinan yang baru saja keluar dari kamar Yuna pun masuk ke kamar Ninda dan melihat apa yang terjadi namun belum lama Ninda tenang gadis itu kembali meronta dan mengumpat.

"Kamu jahat! Kamu jahat sama Yuna AaAaaaa, pergi kamu !" Teriaknya sambil menunjuk Jinan, lelaki itu yang bingung dengan keadaan yang terjadi pun hanya diam membuat Januar menarik Jinan untuk keluar.

"Hei Nin dia Jinan, dia bukan orang jahat" ucap Charliee "Dia jahat Jinan jahat hikss" katanya dengan air mata yang terus mengalir membuat Charliee menghela napas dan kembali mendekap Ninda.

"Oke oke sekarang kamu tenang" ucapnya sambil mengusap pelan punggung Ninda dan gadis itu pun kembali tenang. Tak lama perawat datang dan menyuntikkan obat bius di infus milik Ninda dan menyebabkan gadis itu tertidur di dekapan Charliee. Saat Ninda sudah benar-benar terlelap Charliee pun mengangkat tubuh Ninda dan di baringkannya di atas kasur. Charliee merapikan selimut gadis itu dan memberi satu kecupan di keningnya sebelum meninggalkan ruangan Ninda.

Perlakuan Charliee tidak lepas dari pandangan Nanda. Lelaki itu tidak mengatakan apa-apa dan hanya memperhatikan saja sampai Charliee keluar dia pun mendekat ke arah adiknya.

"Maafin kakak Nin, kakak udah gagal jagain kamu" ucapnya membuat Manda yang berdiri di samping berusaha memberi kekuatan pada kekasihnya.

Diluar sudah ada Januar dan Jinan yang terus memandang ke arah ruangan Ninda, lelaki itu bingung kenapa Ninda mengatainya jahat padahal setaunya dia tidak melakukan kesalahan apa-apa.

"Lo sebenernya ada masalah apa sih?" Tanya Januar pada Jinan namun lelaki itu hanya menggeleng tak mengerti.

"Tadi pas Yuna bangun dia juga bilang lo pasti seneng sama kejadian ini" ucap Januar "sekarang Ninda ngatain lo jahat sama Yuna" sambungnya membuat Jinan kembali berpikir kesalahan apa yang telah dia lakukan.

"Gue gatau Ja, tadi Yuna cuma bilang gue gak mau punya anak dari dia makanya gue seneng kalo yuna keguguran" jelasnya "padahal gue sama sekali gak pernah ngomong kalo gue gamau punya anak"

"Gak mungkin yuna bisa ngomong gitu tanpa sebeb Ji" kata Januar membuat Jinan semakin frustasi.

"Dari cctv di rumah itu ada momen dimana Jimmie nunjukin sesuatu dari Hpnya ke Yuna sama Ninda dan setelah itu Yuna nangis, gue yakin penyebabnya pasti Jimmie kenapa dua cewek itu benci sama lo" ucap Charliee "gue udah suruh pengacara gue buat cari hp itu biar kita bisa tau apa yang diliat ninda sama yuna" katanya lagi membuat Jinan menatap Charliee sambil menggumankan terimakasih. Ketiga lelaki itu duduk dengan pikirannya masing masing sementara Nanda dan Manda tetap di dalam menjaga Ninda.

*****
Lunalim_

De JavuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang