Its Bad News

136 22 0
                                    

Di dalam apartemen mewah milik Januar kini Karin berdiri dengan rambut tang di tarik keras oleh lelaki di hadapannya. Akhir-akhir ini emosi Januar memang sering tersulut bahkan di kampus dia memberi hukuman pada beberapa mahasiswanya yang memang menurutkya menyebalkan.

Amarah Januar semakin menjadi ketika dia mengetahui Rendy lah yang mengantarkannya ke sini. Sejak tadi hanya tamparan dan jambakan yang ia terima. Bahkan lebam diwajahnya  yang belum sepenuhnya hilang kembali membengkak dan memerah.

"Kamu memang tidak pernah mau menurut Karin" ucapnya lalu mendorong Karin hingga terjerembab di atas sofa kepalanya di dororng kuat membuat rasa perih di sekitar kepalanya semakin menjadi.

"Saya sudah bilang jauhi Rendy! Tapi apa kamu malah keluar bersamanya" ucap Januar lalu menarik kemeja Karin hingga robek.

"Jangan" tolaknya saat Januar sudah mulai membuka celananya membuat amarah lelaki itu semakin besar wajahnya memerah mendengar penolakan dari Karin.

"Semakin kamu nolak semakin semakin saya suka" ucap Januar lalu berusaha terus membuka aksesnya namun Karin terus terusan meronta membuat lelaki itu pun menampar keras Karin sampai ujung bibirnya mengeluarkan darah.

"Jangan pak, sa-saya lagi datang bulan"
"Kamu pikir saya percaya, ini bahkan baru awal bulan" ucapnya tak percaya karena Januar hapal tanggal tepatnya kapan Karin darang Bulan.

"Saya beneran pak, mungkin karna hormon yang lagi gak bagus jadi jadwalnya gak teratur" ucap Karin lagi membuat Januar langsung menyentuh milik Karin yang memang terdapat bantalan tebal disana yang dia yakini adalah sebuah pembalut.

"Shit..." umpatnya lalu menjatuhkan dirinya di single sofa.

"Bangun kamu lalu urus dia!" Perintahnya membuat Karin langsung berdiri dan berlutut tepat di depan Januar duduk. Tangannya dengan lincah mulai membuka sabuk yang di gunakan lelaki di depannya itu gerakannya yang sedikit lebih lambat dari biasanya membuat Januar menggeram dan kembali menarik rambut Karin keras.

"Awhh..."

Bugh

Lemparan benda keras pada kepalanya membuatnya mengaduh. Dia berbalik dan melihat siapa yang berani mengganggu kesenangannya. Lelaki itu mendapati Hema dan Rendy yang menatapnya marah.

Keduanya masuk menghampiri dua orang itu Rendy menarik Karin agar duduk di sofa sementara Hema duduk di samping Januar.

"Mau apa lo?"
"Maen aja Ja, sewot banget sih" jawab Hema

"Lo ganggu tau gak!"
"Lo pulang yaa, kayaknya lo harus istirahat yang banyak deh" ucap Rendy pada Karin yang terlihat lusuh dan lelah.

"Apaan lo!"
"Udah cukup ya Ja, lo udah kelewatan!" Ucap Rendy dan mencoba mengajak Karin untuk pergi.

"Kamu tau akibatnya kalo nekat ikut sama dia" ancaman Januar membuat Karin mengurungkan Niatnya untuk mengikuti Rendy membuat lelaki itu menatap marah.

"Lo apaan sih Ja? Karin udah capek dia harus istirahat" ucap Rendy lagi berusaha sabar "dia bisa istirahat disini lo gak usah sok peduli" balas Januar "Asal lo tau Karin itu lagi Ha..." bunyi ponsel Januar membuat ucapan Rendy terpotong.

"Ja ke RS sekarang, Yuna keguguran" ucapan Charliee di seberang membuat lelaki itu menegang. Dadanya naik turun karena napasnya memburu ketiga orang di dekatnya pun mulai panik melihat reaksi Januar.

"Kenapa Ja?" Tanya Hema namun Januar langsung melempar pinselnya kesembarang arah dan berlari menuju kamarnya. Melihat ponsel Januar yang masih tersambung panggilan Charliee pun diambil Hema.

"Ada apa Char?" Tanya Hema
"Hem tolong bantu cariin Jinan dan bawa dia ke RS, Yuna keguguran" ucapan Charliee membuat Hema terkejut

"What? Kok bisa?"
"Please lah Hem nanti aja tanya-tanyanya" ucap Charliee dari seberang "Okey emang Jinan kemana?" Tanya Hema dan Charliee pun memberitahukan bahwa Jinan sedang menemui client nya tapi entah dimana. Setelah beberapa info di dapatkan telpon pun di tutup bersamaan dengan Januar yang sudah siap dengan jaket dan helmnya.

De JavuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang