Enam bulan sudah berlalu, kehidupan Yuna dan Jinan berjalan seperti pasangan pada umumnya. Setelah putusan sidang mengenai Shella semuanya berjalan kembali normal. Perempuan itu di jatuhi hukuman mati sementara Jimmie di jatuhi hukuman seumur hidup.
Billy dan ibunya sudah pindah keluar kota berkat bantuan dari Charliee. Lelaki itu benar-benar menyelesaikan semua masalah yang terjadi. Charliee juga sudah mulai sibuk di salah satu perusahaan orang tuanya dan membuatnya sibuk dan jarang bertemu teman-temannya.
"Mas Ji" panggil Yuna saat Jinan sedang sibuk membaca proposal di laptopnya, lelaki itu akhir-akhir ini sibuk membantu ayahnya di perusahaan, dan membuatnya terkadang harus membawa perkerjaannya ke rumah.
"Knp?" Tanyanya tanpa mengalihkan pandangannya dari laptopnya.
"Besok aku mau ke bandara ya" izinnya membuat atensi Jinan teralihkan.
"Ngapain?" Tanyanya
"Jemput Ninda, dia udah mau balik" katanya membuat Jinan menatap istrinya heran."Ninda balik? Kok Nanda gak ada ngomong sih?" Tanya Jinan bingung.
"Iya karna kak Nanda katanya mau selesein sesuatu dulu disana" jawaban Yuna membuat Jinan semakin heran.
"Aku anterin ya ke bandaranya" ucap Jinan membuat Yuna memberenggut tak setuju.
"Ihh aku kan mau quality time sama Ninda udah lama juga gak ketemu" ucap Yuna "Iya nanti kalian mainnya di rumah aja, aku gak gangguin kok" katanya karena tidak ingin berdebat panjang akhirnya Yuna setuju.
"Yaudah deh, tapi beneran yaa gak akan ganggu?" Tanyanya lagi memastikan.
"Iya sayang, udah ya sekarang kamu istirahat ini udah malem" katanya lalu menyuruh Yuna kembali ke kamar mereka.
"Mas kerjaannya jangan sampai begadang lo" peringat Yuna sebelum meninggalkan ruang kerja Jinan, lelaki itu mengangguk lalu kembali berkutat pada laptop di depannya.
*****
Yuna dan Jinan saat ini sedang menunggu di loby penjemputan bandara, mereka menunggu Ninda yang katanya sudah berjalan keluar dari bandara. Tak lama Jinan melihat Ninda yang mendorong trolley yang berisi beberapa kopernya. Tapi sesuatu yang aneh membuatnya terus menatap Ninda dengan intens."Yunaaaa, gue kangen banget OMG" teriak Ninda lalu memeluk istrinya yang juga sama terkejutnya dengannya.
"Nin?" Melihat reaksi kaget sahabatnya membuat Ninda melepaskan pelukannya dan memasang senyum manisnya pada Yuna.
"Nanti aja yaa keponya, gue kangen banget ini" ucapnya lalu kembali memeluk Yuna, gadis itu awalnya diam tapi tak lama ikut membalas pelukan Ninda.
"Kak Jinan apa kabar?" Tanya Ninda setelah pelukannya dan Yuna terlepas.
"Hah? Gue baik" jawabnya "kita balik aja kayaknya biar Ninda juga bisa istirahat" ucapnya lalu mengambil trolley dan mendorongnya mendekat ke arah mobil. Sementara Ninda berjalan di belakang bersama Yuna.
Begitu sampai di rumah Jinan langsung menurunkan barang Ninda dan membiarkan gadis itu masuk bersama istrinya. Saat semua barang beres dan sudah di masukkan di kamar tamu di rumahnya akhirnya Jinan menyusul Yuna ke ruang tengah.
"Mas ngapain?"
"Hah?"
"Ihh kemarin kan udah janji gak akan gangguin" ucap Yuna membuat Jinan mengingat janjinya semalam lelaki itu akhirnya menghela napas lalu berdiri dari duduknya."Yaudah aku ke kamar ya, kamu kalo butuh apa-apa bilang" ucapnya lalu berlalu meninggalkan dua sahabat yang masih saling merindukan itu.
Sepeninggalan Jinan, Yuna kembali menelatap sahabatnya, menunggu penjelasan. Melihat tatapan Yuna membuat Ninda menghela napas.
"Seperti yang lo liat Yun, gue sekarang lagi hamil kurang lebih 7 bulan" ucapan Ninda membuat Yuna bungkam.
"Anak Jimmie?" Tanya Yuna saat Ninda tidak lagi mengatakan apa-apa, Ninda menggeleng lalu tersenyum.