4 tahun kemudian
Hari ini adalah hari ulang tahun Jinan yang ke 34 tahun. Yuna mengadakan acara kecil-kecilan beesama teman-teman dan keluarganya. Setiap tahun memang Yuna selalu membuat acara untuknulang tahun Jinan. Saat ini semua berkumpul di ruang keluarga di kediaman Yuna, beberapa dari mereka saling bertukar cerita karena sudah jarang bertemu satu sama lain.
"Ini dimakan kuenya" ucap Yuna sambil membawa nampan berisi Kue yang di buatnya kemarin bersama dua adik iparnya.
"Ehh Ji nih kado dari gue sama Hema, selamat ulang tahun yaa" ucap Rara menyodorkan sebuah bingkisan yang langsung di buka Jinan dan isinya setelan kemeja berwarna Biru tua.
"Makasih ya Ra Hem"
"Kalo ini hadiah dari gue sama Ninda" ucap Charliee sambil menyodorkan sebuah amplop berisi dua tiket pesawat ke India "gue bingung mau beliin kalian tiket kemana soalnya kalian kan udah traveling keliling hampir banyak negara, dan setau gue kalian belum pernah ke India jadinya gue beliin tiket itu deh" jelas Charliee membuat semua temannya menggeleng tak percaya dengan ide pasangan suami istri di depan mereka sekarang."Thanks yaa"
"Nih buat lo Ji" ucap Januar sambil menyodorkan paper bag mini yang berisi jam tangan mewah keluaran terbaru.Nanda dan Manda memberikan Jinan sepatu, Rendy dan Julia memberikan Jinan lukisan dari pelukis ternama yang dimenangkan Rendy di acara lelang saat ia dan istrinya sedang berlibur di Eropa.
"Thanks yaa, gue berasa anak kecil yang lagi ulang tahun semua orang ngasihin kado" ucap Jinan membuat semua tertawa. Tradisi memberikan kado saat ulang tahun sebenarnya berlaku untuk anak-anak mereka namun karena Jinan dan Yuna belum punya anak jadilah semua temannya memberikan jatah kado itu pada Yuna maupun Jinan saat keduanya sedang merayakan ulang tahun."Yuna gak kasih hadiah nih?" Tanya Karin membuat Yuna yang sejak tadi membereskan seluruh hadiah Jinan pun menoleh dan tersenyum. "Ada kok, tapi nanti yaa" katanya membuat Jinan penasaran karena melihat gelagat aneh istrinya.
"Onty Laka boleh minta jajan yang itu nda?" Tanya anak kecil pada Yuna sambil menunjuk setoples cemilan di meja makan membuat Yuna tersenyum hangat.
"Boleh sayang, Raka kalo mau makan aja minta Bibi ambilin yaa" ucap Yuna lalu Anak yang di panggil Raka pun mengangguk antusias, anak berusia tiga tahun itu pun beejalan ke arah meja makan namun baru selangkah anak itu berbalik kembali mendekat kearah Yuna.
"Kenapa sayang?" Tanya Yuna Raka terus mendekat sampai tangan kecilnya meraih perut rata Yuna membuat semua orang kaget.
"Adek nanti kita ketemu yaa, nanti kaka Laka ajakin main" ucapnya sambil mengelus perut Yuna. "Onty ini ada adeknya sama kayak pelut Mama" katanya membuat Yuna menatap Ninda.
"Raka, gaka boleh gitu udah kamu ke sana ambil makanannya trus balik main sama kakak Reksa" ucap Ninda membuat Raka cemberut lalu pergi menuju meja tempat makanannya berada.
"Maafin Raka ya Yun" ucap Ninda tak enak namun Yuna hanya tersenyum maklum "gak papa kali Nin, lagian ucapan Raka kan doa" katanya "lo hamil udah berapa bulan?" Tanya Yuna
"Udah masuk minggu ke lima Yun" jawab Ninda "sehat-sehat Nin" katanya lagi.
Suasana ruang tengah itu pun menjadi agak canggung, sehingga Hema yang tidak pernah tahan dengan suasana seperti ini pun mencoba mencairkan.
"Ehh gimana kalo Kita gabung sama Jina dan Yuna ke India, sekalian liburan gitu" ucap Hema membuat yang lainnya berpikir.
"Tiketnya emang kapan Ji?" Tanya Januar
"Minggu depan nih" jawabnya
"Gue sih bisa" ucap Januar "gue juga bisa mumpung anak-anak lagi sama neneknya" ucap Rendy "Gue sama Manda sih gas aja" tambah Nanda membuat Charliee mengangguk."Okeylah gue bakal siapin tiketnya, kita liburan lagi" ucap Charliee membuat semuanya bersorak gembira karena tidak perlu mengeluarkan banyak budget.
Acara berlangsung cukup lama hingga Yuna dan Jinan baru bisa beristirahat ketika waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Keduanya sudah masuk di kamar dan bergantian untuk membersihkan diri. Saat Jinan sudah bersih lelaki itu pun duduk di atas kasur sambil memainkan ponselnya sekalian memeriksa beberapa email yang masuk. Tak lama Yuna keluar dari kamar mandi kemudian membuka lemarin dan mengambil kotak besar yang merupakan kado yang disiapkannya untuk suaminya.
"Ini hadiahku buat Mas" ucapnya sambil memberikan kotak tersebut.
"Ini apa?" Tanya Jinan "buka aja!" Balas Yuna membuat Jinan langsung membuka kotak tersebut namun sayangnya di dalam kotak itu masih ada kotak lagi dan begitu terus sampai Jinan lelah. Lelaki itu mulai membuka kotak ke delapan dan ternyata masih ada kotak lagi di dalamnya. Yuna yang melihat suaminya frustasi pun hanya bisa terkikik geli.
"Niar banget ya kamu ngerjain aku" ucap Jinan lalu kembali membuka korak yang akhirnya menampakkan isinya yang berbentuk batangan yang di bungkus bubble wrap, Jinan membukanya dengan tidak sabar sampai akhirnya dia menemukan sebuah tespack dengan dua garis merah yang terlihat begitu jelas.
Jinan menatap Yuna memastikan apakah yang dilihatnya sungguhan atau hanya halusinasi semata.
"Itu beneran mas, aku hamil" ucapan Yuna membuat Jinan seketika menitikkan air mata, lelaki itu menutup wajahnya lalu menangis sesenggukan.
Yuna yang ikut terharu pun mendekat untuk memeluk suaminya, "jangan nangis dong ini kan kabar bahagia" kata Yuna sambil mengusap lembut rambut Jinan. Lelaki itu pun menarik Yuna memperbaiki posisi mereka. Jinan terus mengecup kening istrinya sambil memeluknya begitu erat.
"Makasih sayang, Makasih" ucapnya tanpa henti "ini hadiah terbaik yang pernah aku terima" sambungnya lalu semakin mendekap erat Yuna.
"Jangan kenceng-kenceng peluknya mas nanti dede nya kegencet" ucapan Yuna membuat Jinan menjauhkan dirinya dan menatap Yuna penuh rasa bersalah.
"Maafin papa ya nak, papa terlalu bahagia" ucapnya di depan perut rata Yuna membuat gadis itu ikut tersenyum. "Iya papa, tunggu dede lahir yaa" ucap Yuna menirukan suara anak kecil, Jinan yang mendengarnya pun mendongak menatap istrinya lalu mensejajarkan wajah mereka.
"Hari ini aku bahagia banget" katanya dan Yuna mengangguk mengiyakan "Aku sayang banget sama kamu" katanya lagi dan kembali membawa Yuna kedalam pelukannya. Keduanya menikmati rasa bahagia yang sudah sangat lama di tunggu, bahkan mereka mengusahakan berbagai cara agar kebahagiaan itu segera datang namun ternyatavtugan memanv menetapkan takdirnya di waktu yang tepat.
******
3 tahun kemudian"Kaka Laka, jangan tinggalin Luna" ujar seorang gadis yang sedang tergopoh mengejar anak laki-laki yang sibuk bermain mobil-mobil.
"Luna kalo lama kaka tinggalin yaa" ancam Raka membuat Luna mempercepat langkahnya.
"Sini Lun naik punggung kakak biar Kak Reksa gendong" Ucap anak lelaki yang baru saja keluar dari kamar mandi. Melihat satu kakaknya itu membuat senyum Luna merekah kemudian langsung naik di punggung Reksa untuk menyusul Raka.
"Yun kita jodohin gak sih, mereka lucu tau" ucapnya membuat Yuna memitar bola mata malas. "Biarin mereka pilih jalan masing-masing jangan maksa byat jodoh-jodohin kasian, ini kan bukan jaman siti nurbaya" timpal Jinan membuat Ninda berdecak.
"Kamu kenapa sih ngebet banget jodohin mereka?" Tanya Charliee "aku gak rela Luna jadi mantu orang lain, Luna di dunia ini cuma satu" katanya membuat membuat Charliee gemas.
"Jadi atau nggaknya Luna jadi mantu kita dia bakalan tetap jadi anak kita juga" ucap Charliee "Jadi jangan paksain kehendak kamu buat mereka" sambungnya membuat Ninda mengangguk.
"Kalo emang jodoh Nin, bakalan jadi kok tanpa kita paksa" ucap Yuna menbuat Ninda kembali mengangguk. Kedua pasang orang tua itu pun kembali bercengkrama membahas banyak hal sambil sesekali mengawasi anak-anak mereka.
*****
The last, cerita ini udah bener-bener end ya. Untuk sequel atau spin off masih aku pikirin, semoga ada ide buat plotnya biar bisa balik lagi dengan cerita para anak-anak kece nya Jinan dkk.Sampai ketemu lagi, dan jangan lupa mampir ke work aku yang lain ya, kalian bisa kasih saran dan masukan buat semua ceritaku biar aku bisa lebih berkembang lagi.
Terima kasih untuk semua yang udah dukung aku selama menulis cerita ini. Akhir kata
Salam Hangat dan Cinta
Lunalim_