Therapy

188 29 1
                                    

"Saya terima nikahnya Aninda Zahra binti Tomi Prataya dengan seperangkat alat shalat dan uang tunai tersebut dibayar tunai!"

"Saksi bagaimana? Sah?" Tanya penghulu

"SAH..." sorak semua tamu undangan di dalam ballroom salah satu hotel milik keluarga mempelai laki-laki yang baru saja selesai melakukan ijab kabul.

Kedua mempelai berdoa bersama para undangan dipimpin oleh penghulu. Jantung keduanya benar-benar berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Sekarang istrinya bisa cium tangan suaminya" ucap Mc membuat wanita dengan balutan dress putih sederhana itu berbalik dan meraih tangan lelaki di sebelahnya lalu menciumnya lembut. Lelaki itu pun berangsung mengecup lembut kening wanita yang baru saja menjadi istrinya. Kecupannya turun ke ke dua pipi dan terakhir di bibir membuat para tamu bersorak heboh terutama teman-temannya yang duduk tak jauh darinya.

"Anjir sabar woi" teriak Hema membuat Rara yang duduk disampingnya mencubitnya gemas.

Mendengar teriakan heboh tamu undangan membuat Ninda si mempelai wanita menunduk dengan wajah yang memerah. Sementara Charliee melemparkan senyum bangganya pada teman-temannya.

"Kedua mempelai bisa duduk di atas pelaminan" ucap Mc dan keduanya pun di tuntgn untuk naik ke atas pelaminan yang sudah di hias seperti singgasana kerajaan.

Semua orang sudah mengantri untuk memberikan ucapan selamat pada Ninda dan Charliee. Acara resepsi memang diadakan langsung setelah akad karena malam nanti Ninda dan Charliee akan langsung berangkat untuk berbulan madu sesuai dengan arahan ibunda dari Charliee yang terus memaksa mereka pergi honeymoon secepatnya.

Flashback on
Keluarga Charliee saat ini sudah berada di rumah Ninda, lelaki itu segera menghubungi kedua orang tuanya yang memang berada di China untuk segera ke Indonesia sesaat setelah Ninda setuju untuk menikah dengannya.

"Jadi pernikahannya diadakan pekan depan yaa jeng. Untuk segala macam persiapan biar kami yang atur Ninda sama Charliee tinggal terima jadi aja" ucap ibu Charliee penuh semangat.

"Tante ninda gak papa kok kalo harus bantu urus semua persiapannya" ucap Ninda tidak enak
"No no sayang Baby Reksa butuh kamu di sampingnya, kamu fokus aja yaa" balas ibu Charliee "dan lagi jangan panggil tante, tapi Mommy" sambungnya membuat Jinda tersenyum lalu mengangguk.

"Oke jeng untuk persiapan nanti aku bantu buat persiapin, lagupula ibu ibu kayak kita ini emang harus di kasih sibuk" ucap Ibu Ninda dan di setujui ibu Charliee.

Melihat hal itu Charliee bersyukur karena Mommy nya mau menerima Ninda dan anaknya. Bahkan beliau bisa langsung akrab dengan calon ibu mertuanya.

"Artinya acaranya udah selesai kan?" Tanya Charliee
"Aku izin dulu buat ngomong sama Ninda sekalian main sama Reksa boleh kan?" Tanyanya lagi

"Yaudah sana mommy masih mau ngobrol, tapi ingat yaa jangan macem-macem tahan aja dulu seminggu doang" peringatan Mommynya.

Akhirnya Charliee menarik Ninda menjauh dari ruang tamu dan berjalan ke arah kamar gadis itu dimana Reksa masih nyaman tidur di boxnya.

"Mau ngomong apa?" Tanya Ninda begitu mereka duduk di pinggir ranjang di dekat box bayi Reksa.

"Kamu beneran siap buat nikah kan Nin? Kalo emang belum kita bisa bicarain ulang tanggalnya" Pertanyaan Charliee membuat Ninda mengangguk yakin.

"Kenapa sih kak? Kemarin-kemarin kakak yang ngebet mau nikah kok sekarang gini?" Bukannya menjawab Ninda malah bertanya membuat Charliee menunduk bingung.

"Aku cuma gak mau kamu terpaksa dan jadi tertekan" jawabnya Ninda pun tersenyum lalu menggenggam tangan Charliee.

"Aku siap kak, aku mau nikah sama kakak" ucapnya dan Charliee langsung merengkuh Ninda membawa gadis itu ke dalam pelukannya.

Flashback off
Acara pernikahan Ninda dan Charliee berlangsung hingga pukul tiga sore. Setelah memastikan semua tamu sudah pulang Charliee dan Ninda berjalan ke arah kamar mereka tapi sebelumnya Ninda menghampiri Yuna yang sedari tadi menggendong Reksa di remani Jinan di sampingnya.

"Yun ini beneran selama pergi Reksa gak papa sama lo?" Tanya Ninda memastikan

"Iyaa Nin, tenang aja gue jagain dengan sepenuh hati seperti malika" jawab Yuna namun Ninda masih menatap Yuna tidak enak.

"Kalo nanti dia rewel bawa ke rumah mama aja yaa" katanya "Gak akan rewel Nin, udah lo beres-beres deh nanti malem kan udah mau berangkat" ucap Yuna "Yaudah titip reksa yaa" katanya lagi dan Yuna mengangguk sebagai jawaban.

Sesampai Ninda dan Charliee di kamar mereka langsung membersihkan diri. Ninda selesai lebih dulu dan gadis itu sudah merebahkan tubuhnya di atas ranjang empuk yang masih di penuhi bunga indah. Tak lama Charliee keluar hanya memakai celana pendeknya membuat Ninda langsunv mengalihkan pandangannya ke arah lain dengan piii merah merona namun hal tersebut membuat Charliee menatap istrinya khawatir.

"Kamu sakit?" Tanyanya lalu mengecek dahi Ninda tapi suhu gadis itu normal-normal saja.  Melihat gelagat istrinya yang terus menghinddar untuk menatapnya pun membuatnya sadar dan tertawa gemas.

"Kamu malu liat aku shirtless?" Tanyanya membuat wajah Ninda semakin merona. "Jangan malu sayang, kamu harus biasa ini bagian dari terapi" katanya lalu mengarahkan wajah Ninda untuk menatapnya.

"Masih jam segini kita istirahat aja ya, kamu pasti capek kan" katanya lalu ikut naik ke atas kasur dan menarik Ninda berbaring di sampingnya. Gadis itu hanya menurut dengan napas yang sedikit memburu.

"Relax kita cuma istirahat" ucapnya lalu mengecup pelan kening istrinya dan kembali mendekap Ninda dalan pelukannya. Setelah berusaha menetralkan napasnya akhirnya Ninda ikut menutup matanya yang memang sudah sejak tadi ingin istirahat.

*****
Jinan baru saja pulang dari olahraga sore, lelaki itu memilih untuk segera mandi karena badannya sudah benar-benar lengket. Setelah pulang dari acara Charliee Jinan langsung jogging berkeliling kompleks dam membuatkan Yuna bermain dengan Reksa di rumah.

Saat masuk di kamar Jinan melihat Yuna sedang tidur dengan nyenyak bersama Reksa di ranjang. Melihat istri dan anak sahabatnya sedang tidur dengan tenang Jinan pun berjalan pelan menuju kamar mandi agar tidak membangunkan keduanya.

Setelah sepuluh menit Jinan keluar , lelaki itu menyusul Yuna dan ikut berbaring disana dan menciptakan gerakan pada di kasurnya yang mengakibatkan istrinya terbangun.

"Mas udah pulang?" Tanyanya dengan suara serak Jinan mengangguk dan mengelus lembut pipi istrinya.

"Tidur lagi aja" katanya
"Aku mau siapin makan malam mas"
"Gak usah, nanti pesen aja"

Yuna pun akhirnya menurut dan kembali memejamkan matanya karena memang rasa kantuknya masih sangat terasa. Pasangan itu pun tidur dengan Reksa di tengah-tengahnya membuat Jinan hanya bisa memeluk pinggang Yuna jauh dan tidak erat.

*****
Di tempat lain seorang lelaki sedang berdiri di halaman rumah seseorang yang sudah begitu lama tidak mau bertemu dengannya. Nanda masih setia menunggu di halaman rumah Manda. Dia ingin bertemu dan meminta kesempatan pada kekasihnya tapi sampai hari ini pun gadis itu enggan menemuinya bahkan di acara pernikahan adiknya gadis itu hanya menitipkan kado pada Rara.

"Nak Nanda"  lelaki itu mendongak menatap wanita paru baya yang keluar dari rumah Manda.

"Udah yaa, bunda tau maksud kamu baik tapi Manda gak mau Jangan di paksa yaa" ucapnya membuat semangat Nanda semakin meluruh.

"Nanda akan nunggu bun, gakpapa" ucapnya
"Jangan nak, jangan siksa diri kamu sekarang pulang yaa" ucapnya lagi namun lelaki itu masih bergeming. Menatap sendu pada wanita paru baya di depannya. Di otaknya saat ini penuh dengan tanya. Apakah benar-benar tak ada kesempatan? Apa dia harus menyerah? Bagaimana dia melanjutkan hidup jika benar-benar menyerah? Semua pertanyaan pertanyaan itu mengelilingi otaknya. Lelaki itu kembali menunduk dan menghela napasnya lelah.

"Ini resiko, gue gak boleh nyerah Manda pasti maafin gue" batinnya penuh semangat. Melihat keteguhan Nanda pun membuat bunda Manda salut padanya.

******
Lunalim_

De JavuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang