Never Forget

342 42 1
                                    

Dengan gerakan cepat Jinan mematikan lampu utama yang ada di dekat meja menyisakan lampu tidur yang menciptakan suasana lebih panas. Jinan melepaskan pangutannya dan menatap wajah istrinya membuat gadis itu sedikit malu karna di tatap seintens itu.

"Gak papa kalo aku lanjut?" Tanya Jinan dengan suara seraknya membuat Yuna merinding dan hanya bisa mengangguk. Melihat respon istrinya Jinan pun tersenyum dan kembali mencium Yuna tak lama dia pun turun ke area leher istrinya, Jinan menenggelamkan wajah nya disana menghirup aroma manis istrinya hingga dia puas. Memberikan beberapa hisapan yang menciptakan tanda kepemilikannya.

Tangan Jinan sudah mulai bergerilya di piyama Yuna membuka kancing baju gadis itu dengan tidak sabar membuatnya menarik paksa piyama itu hingga robek. Lagi-lagi perbuatannya membuat Yuna terkejut tapi lelaki itu hanya melemparkan senyum puasnya pada Yuna.

Ciuman Jinan semakin turun ke bawah membuat Yuna terus-terus mendesah tak karuan, hal yang pertama kali dia rasakan terasa begitu hebat, sampai tak bisa ia jelaskan. Permainan Jinan bahkan belum memasuki intinya tapi dia sudah merasa sangat melayang.

Tangan Jinan terus memberi rangsangan di arean sensitif Yuna menciptakan rasa yang baru untuknya hingga saat dirinya bergetar merasakan gejolak yang memaksa keluar Jinan kembali tersenyum puas melihat istrinya.

"Ini bakal sakit, kamu cakar punggung aku aja ya" katanya dan Yuna hanya mengangguk paham. Jinan pun sudah memposisikan dirinya menuju puncak kebahagian yang sejak tadi menantinya, dan saat seluruh miliknya berhasil menembus pintu itu jeritan Yuna terdengar memenuhi ruangan dengan air mata yang ikut menjadi sakai penyatuan keduanya.

"Arghhh sakit..." ucapnya dengan air mata yang terus mengalir di pipinya melihat hal itu Jinan langsung menggenggam tangan Yuna dan mencium bibir istrinya agar rasa sakit yang ia rasakan perlahan menghilang.

" ucapnya dengan air mata yang terus mengalir di pipinya melihat hal itu Jinan langsung menggenggam tangan Yuna dan mencium bibir istrinya agar rasa sakit yang ia rasakan perlahan menghilang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah Yuna tenang Jinan mulai menggoyangkan pinggulnya membuat rasa nyeri yang di rasakan istrinya berganti menjadi rasa nikmat yang tidak pernah ia rasakan. Keduanya terus larut dalam permainan indah yang membawa mereka melayang sampai di saat mereka sampai di puncak,  desahan keduanya saling bersahutan. Napas keduanya saling memburu berlomba untuk sampai di ujung keindahan.

Jinan menatap Istrinya dengan peluh yang membasahi wajah cantiknya. Lelaki itu tersenyum menatap Yuna yang masih larut dalam pelepasannya.

"Cantik" ucapnya lalu mengecup  bibir singkat sebelum kembali melanjutkan aktifitas mereka hingga langit gelap berubah menjadi terang.

******
Dering ponsel membangunkan Yuna dari tidurnya. Wanita itu mencoba meraih ponselnya dan mengankat telpon.

"Halo"
"Gila lo baru bangun Yun?"
"Hmm knp Nin?"
"Anjir jam segini lo baru bangun, abis unboxing yaa?" Pertanyaan Ninda membuat Yuna sepenuhnya sadar.
"Knp Nin?"
"Gue di rumah lu, kemarin katanya mau di bantuin pindahan gimana sih?"
"Astaga sorry Nin, gue siap-siap dulu deh lo main di kamar aja dulu"

De JavuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang