Eternal love [04]

593 54 1
                                    

Kedua anak kecil yang sedang bermain terlihat mulai tumbuh bersama, terlihat wajah bahagia terpancar dari keduanya. Ya, siapa lagi kalau bukan jaya dan ginela yang kini tengah asik dengan dunianya sendiri.

Jaya terlihat sangat menjaga ginela agar tidak terluka sedikitpun layaknya seorang kakak yang begitu menyayangi adik perempuannya.

Bermain bersama di mansion sepanjang harinya, canda dan tawa selalu hadir dari diri anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan itu.

"Jaya, ginela ayo cepat makan siang dulu." Panggil kamala dari kejauhan, yang masih bisa di dengar oleh jaya dan ginela.

Mendengar panggilan kamala, keduanya berlari, bertaruh siapa yang paling cepat sampai ke meja makan.

"Eh tidak usah lari-lari seperti itu." Kamala menasehati kedua anak itu sembari menata makanan di meja makan.

"Yey aku sampai lebih dulu dari kamu gin." Ucap jaya dengan senang dan langsung duduk di kursi, terlihat dari wajahnya yang sudah tidak sabar menyantap makanan di meja yang begitu menggoyang lidah.

"Ih jajay curang, tadi jajay bohongin gine." Ginela memasang raut wajah marahnya, namun bukannya terlihat menakutkan dia malah terlihat sangat menggemaskan.

"Jajay ga curang tau, kan jajay udah bilang kalau ada kelinci di taman. Jadi jajay ga salah wlleee." Jaya berusaha terus mengelak atas perkataan Ginela tersebut.

"Tapi gine nda lihat tau, pokoknya jajay curang, gine kesel sama jajay, huhh." Ginela melipat kedua tangannya dan menaruhnya di depan dada, dia mengalihkan pandangannya dari jaya yang masih terduduk di kursi, tak luput ginela juga mengerucutkan bibirnya.

"Gine tidak baik seperti itu, sudah sini makan bersama. Jaya pasti juga tidak sengaja." Kamala yang tadi duduk di sebelah jaya kini berdiri dan mendekati ginela.

Tak lama setelah itu jaya ikut turun dari kursi yang ia duduki dan mendekat ke arah ginela yang terlihat masih marah pada kejahilan yang jaya buat.

"Gine... Maafin jajay ya, sekarang kita mam dulu." Ucap jaya dengan wajah yang menggemaskan.

"Ndaa." Tolak ginela dengan raut wajah yang masih sama.

"Ih gine ayo mam dulu, nanti jajay temenin gine buat lihat kelinci deh. Jay janji." Jaya mengacungkan jari kelingkingnya ke arah ginela, tak lama ginela berbalik badan sehingga menghadap ke arah jaya.

"Jajay janji ya." Ginela meraih jari kelingking jaya menggunakan jari kelingkingnya yang dimana itu merupakan tanda persetujuan.

"Jajay janjii."

"Nah sekarang kalian berdua makan, ginela ga boleh ngambek-ngambek lagi ya." Kamala terus menasehati Ginela agar tidak menjadi pribadi yang egois nantinya.

"Siapp bunda." Ginela langsung berlari menuju ke kursinya, dia duduk di sebelah jaya. Kini mereka dengan lahap menyantap makanan yang kamala masak.

Tiba-tiba jaya memecah keheningan dengan tingkahnya yang suka meledek ginela.

"Gine kalau lagi ngambek bukannya serem tapi lucu, pipinya jadi bulet kaya donat. Jajay suka hihi." Ucap jaya dengan wajah yang menggemaskan tidak kalah dengan ginela.

"Apasi jajay, jajay ngeselinn. Padahal gine udah serem tau, nih gine bisa kaya joker." Ginela memperlihatkan raut wajah yang katanya mirip joker. Jaya yang melihat hal tersebut langsung tertawa terbahak-bahak, tidak lupa dengan ibunya yang ikut menertawakan tingkah lucu ginela.

"Kaya monyed."cetus jaya sembari melanjutkan tawanya.

"Ih ngeselin, gine mau keluar aja, males main sama jajay." Ginela berjalan meninggalkan jaya yang masih sibuk dengan tawanya, kamala hanya tertawa kecil melihat tingkah putrinya dan putra jasver yang benar-benar seperti tom & jerry kala itu.

The eternal love of the sun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang