Eternal love [08]

403 48 1
                                    

Ginela berjalan lebih dulu meninggalkan jaya yang sedang pergi ke toilet. Dia berjalan melewati tepi lapangan basket yang cukup luas, sesekali lamunannya tersadar oleh suara beberapa anak yang sudah datang dan berkumpul untuk mengikuti ekstrakurikuler.

Dugg...

Tak sengaja ginela menabrak seseorang yang juga berjalan dari arah yang berlawanan, perlahan dia mendongakkan kepalanya ke arah wajah orang tersebut. Betapa terkejutnya dia ternyata orang itu adalah marva, cowok yang dia temui di toilet tadi pagi saat dia mengerjakan hukuman.

Karena malu, ginela pun berpura-pura kesakitan dan memegang kepalanya dengan kedua tangan miliknya, lumayan sedikit bisa menutupi wajahnya yang sekarang sudah memerah seperti buah tomat yang sudah matang.

"Aduhh, maaf kak ga sengaja." Ginela menundukkan kepalanya dan masih memegang ujung kepala miliknya sendiri.

Marva yang melihat hal tersebut langsung memegang dan memeriksa kondisi kepala ginela yang tentu saja membuat ginela sedikit gugup, keringat dingin mulai keluar dari tangannya. Kakinya yang sedari tadi berdiri tegak, kini menjadi lebih lemas, namun dia tetap berusaha untuk tetap berdiri tegak sembari menutup kedua matanya, sembari memohon agar jaya lekas datang dan menemuinya.

"Yaelah kenapa pake di pegang segala, bikin anak orang ketar-ketir aja ni makhluk satu." Batin ginela

"Eh kamu gpp dek? Coba sini saya liat mana yang sakit." Ucap marva dengan nada suaranya yang lembut.

"Ha? Oh gpp kok kak tadi cuma kaget aja, salah saya juga tadi jalan ga liat-liat." Mendengar ucapan ginela, marva melepaskan tangannya dari kepala ginela. Ginela pun menurunkan tangannya yang sudah basah dengan keringat dingin.

"Ga kok saya juga salah, tadi ga fokus lihat jalan."

"Em gitu ya, berarti sama-sama salah dong?" Tanya ginela dengan raut wajah yang terlihat canggung dan malu yang masih dia tahan.

"Hhhh ga gitu dek, berarti ga ada yang salah, itu yang bener."

"Oh gitu ya." Ginela mengangguk-anggukkan kepalanya, sesekali dia menggaruk kepalanya sembari tersenyum karena masih merasa malu.

Tidak seperti biasanya, kini ginela terlihat lebih lemah lembut saat di depan marva, sangat berbeda jauh saat bersama dengan jaya.

"Kotoran kodoknya udah dibersihin?" Tanya marva dengan nada meledek ginela.

"Kakk... Jangan di inget-inget ya please." Pinta ginela dengan memasang wajah memesal dan reflek memegang tangan marva. "Eh maaf kak, reflek." Ginela langsung melepaskan kembali tangannya dari tangan milik marva.

"Hahaha iya gpp kok dek, oiya kita dari tadi ngobrol malah belum kenalan." Marva menyodorkan tangannya ke arah ginela. Ginela yang melihat marva menyodorkan tangan langsung ikut menyodorkan tangannya dan berjabat tangan.

"Saya Marva Bramantyo." Marva melemparkan senyuman khasnya ke arah ginela, yang pastinya membuat jantung ginela berdegup lebih kencang dari biasanya.

"Ginela Maheswari kak, kelas 11 IPA 2." Ginela cepat-cepat menarik tangannya agar tidak semakin berkeringat.

Ketika sedang mengobrol asik tiba-tiba ginela di kagetkan dengan suara yang memanggil namanya dari arah belakang. Suara itu tak asing bagi ginela, karena dia sering mendengar suara itu bergema sepanjang hari di kelas.

"Gi, ayo pulang bareng." Ajak kavita sambil memegang tangan ginela.

"Eh kav, gue ga bisa tadi udah janji sama jaya buat pulang bareng, lain kali gue pasti pulang bareng lo lagi deh." Wajah kavita terlihat cukup kecewa dengan apa yang di ucapkan ginela, dia menundukkan wajahnya sembari memasang wajah kecewa yang tak bisa disembunyikan lagi.

The eternal love of the sun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang