Hujan sudah berhenti dan telah digantikan oleh mentari yang masih terlihat malu-malu untuk menampakkan sinarnya, langit hari ini masih cukup gelap dan waktu pun masih menunjukkan pukul 05.00 . Perlahan wanita yang masih memeluk laki-laki itu mulai membuka kedua kelopak matanya, dilihatnya wajah laki-laki yang dia cintai masih tertidur dengan pulas sembari memeluk pinggang miliknya. Perlahan dia mengusap wajah laki-laki itu dengan lembut, senyuman mulai terukir di kedua sisi bibirnya saat melihat wajah suaminya yang terlihat lucu saat tertidur.
Dia melayangkan kecupan sekilas pada bibir sang suami dengan lembut agar tak membangunkan laki-laki kesayangannya itu. Dengan sangat hati-hati ginela melepaskan pelukan haedar dari pinggangnya dan berusaha meraih piyama yang ada di atas nakas disebelahnya. Dia bergegas memakai piyama itu dan berusaha bangun dari tempatnya duduk, namun rasa sakit itu menahan dirinya untuk bangun, bagian bawah sana benar-benar sakit, sedikit pergerakan pun sangat terasa sakit. Dia masih mencoba untuk berdiri dan melangkah kakinya namun dia gagal, langkah kakinya selalu terhenti karena rasa sakit yang terasa setiap kali dia melangkahkan kakinya.
Ternyata sedari tadi haedar sudah terbangun dan mengamati sang istri yang berusaha bangun dan berjalan menuju kamar mandi. Haedar hanya terkekeh dan bangun menghampiri sang istri tanpa sehelai kain pun, spontan ginela menutup kedua matanya menggunakan kedua telapak tangan mungil miliknya, melihat tingkah ginela, haedar hanya tertawa kecil. Kini dia sudah tepat berada di depan sang istri dan berusaha membuka telapak tangan ginela yang menutupi matanya sendiri, namun usahanya sia-sia.
"Buka sayang, untuk apa kamu seperti itu."
"Pakai baju kamu dulu, jangan harap kamu bisa apa-apain aku ya." Ucap ginela yang sontak membuat haedar tertawa.
"Loh? Hahaha lalu semalam apa sayang? Kamu pikir semalam kita main api unggun? Lalu sakit yang kamu rasakan itu apa? Itu dari ulahku semalam. Bahkan benihku sudah ada didalam rahim milikmu. Cepat lihatlah aku." Pinta haedar.
Perlahan ginela menyingkirkan telapak tangan yang menutup matanya itu. Haedar terlihat berdiri tegap di depannya masih tanpa sehelai benangpun ditubuhnya. Pipi ginela terlihat mulai memerah saat mengingat kejadian yang mereka perbuat semalam. Dia melihat ke arah batang besar milik haedar di bawah sana. Dia masih tidak menyangka bahwa batang tumpul itu semalem masuk kedalam mulut dan lubang dibawah sana.
Dengan jahil haedar menggerakkan batang miliknya itu hingga ginela terkejut dan mundur beberapa langkah dari haedar. Haedar sadar bahwa ginela mengamati adik kecilnya itu. Batang haedar sebenarnya masih tegang dan butuh di tidurkan kembali, namun dia tidak ingin menyiksa sang istri yang semalam sudah dia gempur terlalu kasar.
"Nakal banget kamu." Protes ginela.
"Lagipula kamu lihat ini terus, kamu mau lagi hm?"
"Lain kali lagi aku mau." Ucap ginela sembari mengusap pelan batang tegak milik haedar itu.
Haedar hanya terkekeh dan mengangkat tubuh ginela, menggendong ala bridal style dan membawanya ke dalam kamar mandi. Dengan hati-hati haedar membuka pintu kamar mandi dan masuk kedalam, perlahan dia menurunkan ginela di bathtub dan membantu istrinya untuk membuka piyama yang dikenakan. Air yang di bathtub mulai terisi, haedar masih terus mengamati tubuh ginela yang penuh dengan kissmark yang dia buat semalam.
"Keluar sana, aku bisa mandi sendiri."
"Ayolah aku ingin memandikanmu sayang." Pinta haedar memelas.
"Gak, kamu ada tujuan lain. Lagipula aku belum mati jadi bisa mandi sendiri. Udah sana keluar sayang, kalau udah selesai nanti aku panggil lagi." Ginela mendorong tubuh haedar yang tengah duduk dipinggir bathtub.
"Iya iya aku keluar."
Haedar beranjak dari tempat dia duduk dan berjalan keluar kamar mandi yang berada di kamar itu, ginela pun memulai kegiatannya untuk mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The eternal love of the sun
RomansPerjalan hidup seorang gadis bernama ginela yang sejak kecil sudah di didik untuk menjadi mandiri tanpa rangkulan cinta pertamanya yaitu sang ayah. Ginela tumbuh dewasa dengan caranya sendiri. Kepribadian yang hampir mirip seperti ibunya menjadikan...