Sorot cahaya dari sang rembulan semakin menerangi bumi, jaya masih terus mengamati wajah ginela yang sudah tertidur lelap. Dengan perlahan dan hati-hati, jaya bangun dari ranjang dan beralih ke arah jendela yang terbuka, dia memandangi langit malam yang terang, terlihat bintang yang bertaburan di segala penjuru langit, sesekali jaya melihat ke arah ginela yang tersorot sinar rembulan sembari tersenyum.
Hal yang sangat aneh dan baru bagi jaya, beberapa minggu belakang ini setiap dia melihat wajah ginela, jaya selalu merasa aneh pada dirinya sendiri, denyut jantungnya seringkali berdetak lebih kencang dari biasanya, terkadang juga keluar keringat dingin dari tubuhnya, dan jaya juga sering merasa salah tingkah ketika bertatapan dengan ginela.
Ntah apa yang terjadi padanya, dia juga sangat tidak rela jika ginela dekat dengan laki-laki yang asing dan baru saja di kenal. Sebelumnya jaya tidak pernah merasakan hal seperti ini, dia selalu mengacuhkan siapapun yang dekat dengan ginela, karena dia tahu bahwa ginela memiliki sifat yang friendly, dia mudah berteman dan bergaul dengan siapapun tanpa memandang gender orang tersebut, tidak seperti dirinya yang lebih sulit untuk bergaul dan sering merasa risih jika didekati oleh wanita yang baru saja di kenalnya.
Jaya terus menatap sang rembulan sembari memikirkan sebenarnya apa yang terjadi pada dirinya saat ini, apakah ini hanya sekedar perasaan yang singgah ataukah perasaan yang akan menetap untuk waktu yang cukup lama? Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi untuk waktu kedepannya. Ginela pasti juga memiliki perasaan untuk laki-laki lain dan jaya akan berusaha untuk mengerti dan tidak ingin mengekangnya hanya karena perasaannya sendiri yang belum tentu perasaan ginela juga sama seperti dirinya.
"Gue ga akan pernah maksain perasaan lo buat gue, meskipun gue punya pikiran buat milikin lo gi, lo adek gue, jadi gue harus buang jauh-jauh pikiran ini." Batin jaya tanpa memalingkan pandangannya dari rembulan yang samar-samar mulai tertutup awan.
....
"Pagi bunda." Sapa ginela sembari menarik kursi dimana dia akan duduk untuk menikmati sarapan di pagi hari yang cukup cerah ini.
"Pagi juga sayang, jaya kemana?" Kamala masih sibuk menyiapkan sarapannya dibantu oleh para maid namun dia tetap menyempatkan untuk membalas sapaan dari putrinya tercinta.
"Ga tau bun, mungkin lagi siap-siap. Tadi pas gine bangun, jaya udah ga ada di kamar gine." Sembari memakan roti yang di olesi selai kacang ginela menjawab pertanyaan dari kamala.
"Loh kalian tidur bareng?" Kamala sedikit terkejut saat mendengar ucapan dari putrinya, karena sudah sangat lama mereka berdua tidak tidur satu kamar dan baru kali ini kamala mendengar bahwa mereka kembali tidur sekamar.
"Yes, kemarin jajay yang minta bun, nanti kalau gine nolak yang ada jajay ngambek tujuh hari tujuh malam." Ginela masih terus memakan roti yang ada di tangannya itu.
"Ada-ada saja kalian ini." Kamala hanya menggelengkan kepalanya saat mendengar penjelasan ginela.
"Pagi bunda." Sapa jaya yang sedari tadi sudah berdiri di belakang ginela, ginela cukup terkejut karena kedatangan jaya yang tiba-tiba, karena terkejut ginela tersedak dan buru-buru mengambil susu coklat hangat yang dibuatkan oleh kamala.
"Pagi juga putra bunda."
"Ohokk...ohokk" ginela langsung mengambil susu coklat yang ada di depannya.
"Pelan-pelan makannya, gue ga akan minta juga." Jaya menarik kursi yang berada di sebelah ginela dan duduk dengan tenang untuk menikmati sarapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The eternal love of the sun
RomancePerjalan hidup seorang gadis bernama ginela yang sejak kecil sudah di didik untuk menjadi mandiri tanpa rangkulan cinta pertamanya yaitu sang ayah. Ginela tumbuh dewasa dengan caranya sendiri. Kepribadian yang hampir mirip seperti ibunya menjadikan...