Eternal love [13]

283 29 2
                                    

Ginela berjalan berdampingan bersama dengan jaya yang sedari tadi tertawa kecil melihat tingkah ginela yang sibuk menutupi bibir miliknya yang sedikit membengkak karena ulah jaya semalam.

"Ngapain lo ketawa gitu? Ada yang lucu ha?" Ucap ginela sedikit dengan nada tinggi.

"Lucu lo, singkirin aja itu tanganya kenapa sih." Ucap jaya sembari melepas jaket miliknya sambil terus berjalan.

"Dih goblok, malu gue." Reflek ginela memukul lengan berotot milik jaya.

"Oh berani mukul gue? Tunggu aja nanti malam." Jaya berjalan lebih cepat dan meninggalkan ginela yang masih sibuk menutupi bibirnya.

"Ih ngeselin banget lo jay, kalau bukan karena orang tua kita deket udah gue tendang aset berharga lo." Gerutu ginela kesal.

Tak terasa ginela sudah sampai di depan kelas, dia berhenti sejenak sebelum memasuki ruang kelasnya, menyiapkan mental karena dia sudah memiliki firasat yang tidak baik jika dia membuka tangannya. Ginela menarik nafasnya panjang dan menghembuskannya perlahan.

Perlahan dia mulai melangkahkan kakinya memasuki ruang kelas, akhirnya seluruh tubuhnya sudah masuk kedalam kelas dan seperti biasa disambut oleh sahabat dekatnya yaitu kavita, nalendra, dan rendi.

"Nah nyonya besar sudah sampai, kenapa tidak bersama dengan tuan besar datangnya?" Ucap kavita yang sedari tadi sudah menunggu kedatangan ginela.

"Numpang makan dimana lo gi?" Rendi beranjak dari tempat duduknya dan berjalan melewati ginela.

"Nal lo ga ikutan tanya juga?" Ucap yesha yang duduk di meja samping ginela yang sedang berdiri. Mendengar suara yesha, ginela sedikit terkejut dan mundur satu langkah.

"Gua ga kepoan kaya dua curut itu." Sahut nalendra yang sibuk memainkan ponsel yang berada di tangannya.

Ginela tak menghiraukan pertanyaan dari sahabat-sahabatnya, dia langsung berjalan dan duduk di sebelah kavita. Kavita yang melihat tingkah ginela sedikit aneh, langsung memasang raut wajah heran dan bertanya-tanya sebenarnya ada apa dengan ginela. Biasanya jika banyak pertanyaan dari teman-temannya dia langsung meluncurkan jurus suara lumba-lumbanya namun kali ini ginela terlihat sedikit pendiam.

"Gi, lo kenapa? Ada masalah?" Tanya kavita dengan nada yang lembut.

"Gue gapapa kav, oh iya gue boleh minta bantuan lo ga?" Ginela menatap kavita dengan serius.

"Ya, ya boleh lah masa ga boleh sih."

"Jadi gue kan di ajakin kak marva jalan nanti pulang sekolah, sedangkan jaya ga suka ke kak marva, gue minta tolong sama lo buat bilang ke jaya kalau gue nanti mau pergi jalan-jalan sama lo, biar jaya percaya, please mau ya?" Pinta ginela dengan di iringi puppy eyes.

"Gue lagi yang jadi kambing hitam, iya iya nanti gue bantu bilang." Kavita melontarkan pandangan terpaksa ke arah ginela.

"Makasih sayangku." Ginela memeluk kavita dengan sangat erat sehingga kavita jadi sedikit sulit bernafas.

"Udah woy lepasin." Mendengar ucapan kavita, ginela langsung melepaskan pelukannya.

"Sorry hehe."

Tak lama kavita sadar ada yang berbeda dari wajah ginela, dia terus mengamati apa yang berbeda dan akhirnya dia menemukan hal yang mengganjal tersebut.

"Wait, itu bibir lo kenapa agak bengkak gitu gi?" Reflek ginela membuka matanya lebar dan kembali menutup bibirnya menggunakan telapak tangan. Ginela langsung menatap ke arah kavita.

Nalendra yang mendengar ucapan kavita entah mengapa langsung menatap jaya yang duduk di sebelahnya. Dia melihat bibir jaya juga sedikit membengkak, melihat hal tersebut nalendra hanya tersenyum kecil dan melanjutkan permainan yang ada di ponsel miliknya.

The eternal love of the sun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang