Eternal love [06]

456 45 1
                                    

Terdengar suara nafas yang terengah-engah dari seorang remaja yang mulai beranjak dewasa tersebut. Wajahnya memerah, bukan karena malu ataupun jatuh cinta, namun raut wajah yang benar-benar kesal terpancar dari wajah remaja yang kini berdiri tepat di belakang bangku paling pojok belakang di kelasnya.

"SANJAYA BRATAJAYA!" teriak ginela dari dalam kelas. Ginela mengejar jaya yang berlari keluar kelas.

Jaya yang tidak perduli dengan sekitarnya hanya berlari berusaha menghindari kejaran ginela yang semakin mendekat ke arahnya.

"GA AKAN GUE BIARIN LO MENANG JAY!" Teriak ginela sekali lagi.

"BODOAMAT GUE GA DENGER!" Teriak jaya sembari menutup telinga dan melanjutkan larinya.

Jaya tidak memperhatikan langkahnya dan tidak sengaja menginjak kaki milik rendi yang sedang asik duduk di lantai dengan meluruskan kakinya, sembari menggambar.

"WOY JAYA!" Teriak rendi dengan telinga yang sudah memerah bak banteng yang sudah siap menyeruduk mangsanya.

"APA LO? NGEFANS SAMA GUE HA?" Balas jaya dengan kepdan tingkat tinggi yang dia miliki.

"CUIH NAJIS. SINI LO MINTA MAAF KE GUE, GARA-GARA LO KAKI GUE JADI TERNODAI!" Ucap rendi dengan segala amarahnya. Digigit semut saja rendi sudah marah-marah apalagi jaya yang menginjak kakinya.

Tak segan-segan rendi melemparkan buku gambar miliknya ke arah jaya, karena dia sudah muak dengan tingkah jaya dan ginela yang selalu membuat kericuhan di dalam kelas hampir setiap hari.

Ternyata buku milik rendi jatuh tidak tepat sasaran, buku itu mendarat di kepala milik guru bk yang terkenal sangat garang dan tidak segan memberikan hukuman hingga jam sekolah berakhir, sekecil apapun kesalahan itu tidak akan di maafkan sebelum guru tersebut puas dengan hukuman yang diberikannya.

"Bangsat kena kelapa pak yuda." Ucap rendi pelan tapi masih bisa terdengar pak yuda.

Seketika suasana luar kelas yang tadinya ramai kini hening, tidak terdengar suara apapun kecuali hembusan angin yang mengenai dedaunan. Jaya yang berdiri tepat di samping pak yuda kini hanya tertunduk dengan raut wajah yang cukup takut, detak jantungnya kini berdegup lebih kencang dari sebelumnya dan tak luput badannya pun ikut gemetar.

Rendi sebagai sang pelaku pelemparan buku gambar tersebut hanya tertunduk dengan badan yang gemetar dan raut wajah yang tidak bisa di jelaskan, keluar keringat dingin dari pori-pori miliknya.

Ginela yang baru sampai di tempat kejadian hanya bingung melihat keheningan tersebut dan bertanya-tanya sebenarnya apa yang terjadi sebelum dia sampai.

"Sssttt har ada apa?" Tanya ginela pelan di samping Haris. Haris yang mendengarnya sedikit kaget dan langsung menoleh ke arah ginela.

"Astaga monyet." Latah haris.

"Gue ginela bangsat." Ginela seketika menoyor mulut milik haris yang kini berdiri di sampingnya.

"Bangsat sakit cok, lo cewek tapi sialan banget."

"Ssstt diem deh nanti kalian ikutan kena, mending nyimak aja tu." Lerai yesha yang sudah kesal dengan umpatan-umpatan haris dan ginela.

"Nyesel gue tanya sama kodok bule." Ginela melirik ke arah haris dan berpindah tempat ke sebelah yesha.

"Liat gi, rendi sama jaya bakal kena amarah pak yuda." Yesha sedikit menunjuk ke arah rendi dan jaya yang terlihat sangat bahagia saat berhadapan dengan pak yuda

Ginela yang mendengar ucapan yesha sangat tidak tertahankan untuk tertawa terbahak-bahak, dia tidak menyadari kalau di depannya ada pak yuda yang hanya berjarak beberapa mil.

The eternal love of the sun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang