Eternal love [20]

236 23 0
                                    

Sang mentari sudah mulai malu-malu untuk menampakkan dirnya, menyembunyikan seluruh cahayanya, kini giliran sinar dari sang rembulan lah yang menyinari bumi, menunjukkan betapa indahnya alam di sekitar yang terkena sorot sinarnya. Angin sepoi-sepoi yang berhembus menambah suasana malam yang sunyi dan tenang. Terdengar suara ketukan pintu yang lembut dari luar kamar ginela. Perlahan gagang pintu itupun bergerak begitupun dengan pintu yang semakin terbuka. Kamala tersenyum ketika melihat putrinya yang sedang terduduk di atas ranjang dengan sebuah buku di tangannya, perlahan kamala menutup pintu kamar milik ginela dan berjalan mendekati putrinya itu, ginela yang sadar akan kedatangan bundanya pun memberikan senyuman yang hangat, kamala duduk di salah satu sisi ranjang ginela.

"Anak bunda rajin banget sampai jam segini belum tidur." Ucap kamala sambil mengusap ujung kepala putrinya itu.

"Cuma baca novel doang kok bun, gine juga kan nunggu bunda hehe." Ginela pun meletakkan novel di meja yang letaknya tak jauh dari ranjang miliknya.

"Loh besok kan kamu sekolah, nanti kalau kesiangan gimana?"

"Kan ada bunda yang bangunin gine."

"Ada-ada aja anak bunda ini."

"Eum bun..."

"Iya kenapa gin?"

"Gine boleh tanya sesuatu ke bunda?"

"Boleh dong, mau tanya apa sayang?" Kamala menatap wajah putrinya dengan penuh kasih sayang. Ginela memeluk sang bunda dan menyembunyikan seluruh wajahnya di dada kamala.

"Bunda sama ayah akhir-akhir ini sibuk banget ya? Gine kangen banget suasana kebersamaan kaya dulu bun, gine kangen kita ke alun-alun bareng, habisin weekend buat jalan-jalan bareng, makan bareng di rumah, gine kangen semuanya. Sekarang waktu bunda buat gine semakin sedikit setelah bunda balik ke kantor." Keluh ginela sambil memainkan ujung rambut panjang milik kamala.

"Bunda minta maaf ya sayang, setelah proyek ini selesai bunda janji akan habisin waktu weekend buat kamu dan jaya, kita lakuin semua yang dulu sering kita lakuin sama-sama ya." Ucap kamala sambil mengusap ujung kepala ginela dan mengecup kening gadis berponi itu.

"Kalau bunda masih sibuk banget gapapa kok bun, kan masih ada jaya yang ada buat gine. 24/7 jaya ada buat gine, gine juga tau kok kalau proyek bunda kali ini bener-bener penting banget, jadi gine ga mau ganggu bunda sering-sering."

"Bunda akan luangin waktu sesering mungkin buat kamu dan jaya, gin. Bunda juga ga mau tanggung jawab sebagai ibu harus hilang hanya karena pekerjaan."

"Iyaa bunda, makasii bunda udah jadi bunda yang terbaik buat gine, gine sayang banget sama bunda." Ginela mempererat pelukan kepada kamala, begitu juga dengan kamala yang mempererat pelukannya.

"Terimakasih juga sudah menjadi anak yang baik dan hebat sayang. Bunda juga sayang banget sama kamu, bunda berharap kehidupan kamu kedepannya jauh lebih bahagia ya." Ginela tersenyum lebar ketika mendengar hal yang di ucapkan kamala.

Mereka saling memberikan pelukan yang hangat untuk satu sama lain, ibu dan putrinya yang sudah lama merindukan suasana kehangatan seperti ini, kini merasakan kembali hal tersebut, pekerjaan yang tidak dapat di tunda tidak menghalangi mereka untuk tetap saling menjaga dan memberikan kehangatan lewat sebuah pelukan dan curahan hati dari keduanya. Sudah terlalu lama ginela memendam rasa rindu kepada ibundanya dan sangat ingin merasakan pelukan dari ibundanya tersebut. Ginela dan jaya sudah terbiasa di tinggalkan oleh jasver dan kamala karena urusan pekerjaan, namun kali ini ginela benar-benar merindukan mereka, baik jasver maupun kamala. Menghabiskan waktu 2 sampai 3 jam saja sudah cukup bagi ginela untuk melepas kerinduan yang mendalam, dan malam ini ginela mendapat kesempatan untuk kembali menjadi anak yang manja terhadap bundanya.

The eternal love of the sun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang