Hari sudah semakin pagi, sinar dari matahari yang mulai menampakkan cahayanya pun kini mulai masuk ke dalam masing-masing ruangan melalui celah-celah ventilasi dan juga tirai-tirai yang terpasang. Ginela pun segera bangun setelah jam alarmnya berbunyi, dia merasakan badannya sudah lebih baik dari sebelumnya, dia memutuskan untuk mandi dan mengganti pakaiannya.
Ginela merapihkan kamarnya terlebih dahulu setelah mandi dan keluar dari kamarnya, dia berjalan menuju kamar jaya yang terlihat masih sangat sepi dan gelap, seperti biasa jaya masih tertidur dengan lelapnya bersama sahabatnya.
"Heh curut, bangun lo berdua. Udah pagi juga masih tidur aja." Ucap ginela sambil menepuk pantat sahabatnya satu persatu.
Merasakan pukulan yang melayang di pantatnya cukup keras, rendi langsung terbangun dan hendak meluapkan emosinya kepada ginela, namun setelah melihat ginela membawa ponsel miliknya dan hendak membuangnya ke luar jendela, rendi mengurungkan niatnya untuk memarahi gadis dengan rambut yang di gerai tengah berdiri dihadapannya.
"Jangan dong gin, itu salah satu aset berharga gue. Balikin lagi ya?" Pinta rendi.
"Makannya ga usah belagak mau ngamok ke gue."
"Iya-iya maaf ndoro." Ucap rendi, rendi berdiri dari ranjang jaya dan segera pergi ke toilet yang ada di kamar jaya.
"Ini lagi satu curut ga bangun-bangun." Ginela langsung duduk di sebelah jaya dan berusaha membangunkannya dengan cara menggoyangkan bahu jaya.
"Jaya bangun..." Ucap ginela dengan lembut. Mendengar suara yang tak asing di telinganya, perlahan jaya mulai membuka matanya dan tersenyum ke arah ginela yang sudah berada di sampingnya.
"Morning kissnya mana?" Mendengar hal tersebut ginela pun mengerutkan dahinya dan memukul pelan lengan jaya.
"Ga ada morning kiss, ada rendi juga. Nanti malah dia mikir yang engga-engga." Tolak ginela.
"Ck."
Mendengar permintaannya di tolak mentah-mentah oleh ginela, jaya langsung mengangkat selimutnya hingga menutupi wajahnya sendiri.
"Ayolah jay, jangan ngambek gini. Udah di tungguin bunda tau di bawah. Udah siang juga tau." Ginela masih berusaha membangunkan jaya namun masih belum ada respon. Akhirnya ginela menarik selimut jaya dengan kencang sehingga wajah jaya pun ikut nampak. Dengan cepat ginela meraih bibir jaya menggunakan bibirnya, ginela memberikan ciuman sekilas yang membuat jaya membuka matanya lebar dan tersenyum.
"Makasii gin." Jaya tersenyum lebar ke arah ginela, dia langsung bangun dan menuju toilet, namun rendi masih berada di dalam toilet tersebut. Jaya terus menggedor pintu toiletnya karena sudah merasa tak tahan.
"Woy ren cepetan anjing, gue mau berak."
"Sabar bangsat baru aja keluar dua biji."
"Ah lama lo sialan." Jaya langsung keluar kamar dan menuju toilet yang berada di kamar ginela untuk mengeluarkan seluruh beban di perutnya. Ginela hanya terkekeh dan segera membereskan kamar jaya yang cukup berantakan.
Di ruang makan terlihat kamala dan jasver sudah duduk dan menunggu anak-anaknya untuk sarapan, sembari menunggu anak-anaknya turun ke bawah, kamala dan jasver menyempatkan diri untuk mengobrol sebentar.
"Kam, bagaimana dengan pekerjaanmu?" Tanya jasver yang duduk menghadap kamala.
"Berjalan dengan lancar ja, hanya saja setiap kali melihat wajah kaidar, aku menjadi sedikit tidak fokus kepada pekerjaan ku. Rasanya aku ingin berhenti bekerjasama dengan perusahaanya tapi itu juga tidak mungkin."
"Dia menggangu mu?"
"Kau tau sendiri bukan bagaimana dia ingin sekali melihat ginela? Aku masih belum bisa memaafkan dirinya dan mempertemukan ginela dengan kaidar." Mata kamala mulai berkaca-kaca dan air mata pun mulai menetes melewati pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The eternal love of the sun
RomancePerjalan hidup seorang gadis bernama ginela yang sejak kecil sudah di didik untuk menjadi mandiri tanpa rangkulan cinta pertamanya yaitu sang ayah. Ginela tumbuh dewasa dengan caranya sendiri. Kepribadian yang hampir mirip seperti ibunya menjadikan...