Eternal love [10]

351 36 2
                                    

Sinar matahari mulai menembus tirai-tirai kamar milik ginela, terlihat dua orang sedang tertidur dengan pulasnya di atas ranjang yang sama. Ginela masih memeluk erat tubuh jaya begitupun dengan jaya yang memeluk bahu ginela dengan erat.

Jaya mulai membuka kedua kelopak matanya cukup lebar, karena sinar matahari yang cukup terang berhasil menembus tirai kamar milik ginela dan mengenai kelopak matanya. Dia melirik ke arah jam yang terpasang kuat di salah satu sisi dinding kamar milik ginela, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam pagi.

"Gin bangun, udah pagi." Jaya menggoyang-goyangkan bahu milik ginela berharap ginela segera bangun dari tidurnya.

Perlahan ginela membuka matanya, dia melepas pelukannya dari jaya dan mengusap kedua kelopak matanya. Melihat ke arah jam dan beralih menatap wajah jaya yang sedang memainkan rambut milik ginela.

Ginela melihat jaya seperti sedang melihat anak kecil yang memainkan rambut milik adiknya, begitu lucu sampai tak sadar dirinya terkekeh pelan. Jaya yang mendengarnya langsung menatap ginela dengan raut wajah bingung dan bertanya-tanya.

"Gine kenapa eum?" Tanya jaya sembari mengembangkan kedua pipinya. Ginela hanya tersenyum dan mencubit pelan pipi jaya yang seperti bakpao tersebut. Sangat menggemaskan, begitulah yang ada di batin ginela.

"Ih gine, kok cubit-cubit jajay sih, sakit tau." Jaya melanjutkan kegiatannya yang sedari tadi memainkan rambut panjang milik ginela, tidak memperdulikan waktu yang terus berputar, jaya masih belum beranjak dari kamar ginela.

Tak lama terdengar suara langkah kaki yang semakin terdengar jelas menuju ke arah kamar ginela. Gagang pintu mulai bergerak dan perlahan pintu terbuka sedikit demi sedikit, seorang wanita terlihat berada di balik pintu tersebut.

"Eh kalian sudah siang malah bercanda terus, ayo cepat mandi dan sarapan." Ucap kamala dari luar pintu kamar, ginela dan jaya mengiyakan ucapan kamala, sedangkan kamala berjalan meninggalkan kamar ginela dan menuju ruang bawah.

"Dah jajay mandi sana, gine mau mandi." Ginela beranjak bangun dari tempat tidurnya, namun tangannya di tahan oleh jaya, jaya menarik kuat tangan ginela hingga ginela jatuh di pelukan jaya. Mata mereka saling bertemu, tatapan jaya semakin dalam dan tak terasa bibirnya hampir menyentuh bibir milik ginela. Ginela yang menyadarinya langsung menutup mulut jaya dengan kedua telapak tangannya.

Ginela berniat mendorong badan jaya supaya melepaskan dekapannya namun kalah dengan tenaga jaya yang jauh lebih besar dari dirinya.

"Ih jajay apaan si, udah lepasin. Gine mau mandi tau." Ginela terus berusaha melepaskan dekapan jaya yang semakin kuat.

Jaya mendekatkan bibirnya ke telinga ginela dan berbicara dengan lembut tepat di telinga kanan milik ginela.

"Mandi bareng gin." Hembusan nafas hangat milik jaya yang mengenai leher ginela membuat bulu kuduk gadis itu berdiri dan timbul pikiran yang cukup negatif, belum lagi dengan apa yang di katakan oleh jaya.

Tanpa satu katapun yang terucap dari mulut ginela, ginela kini menatap sinis jaya sambil berusaha melepaskan tangan jaya dari pinggangnya. Akhirnya dia bisa terlepas dari tangan kuat milik jaya.

"Ke kamar jaya sendiri sana, mandi buruan." Ginela mengambil handuk yang berada di dalam lemarinya. Jaya hanya diam mendengarkan ucapan ginela.

Ketika ginela sedang mengambil handuk, tak lama terasa ada tangan yang melingkar di pinggangnya, tidak lain dan tidak bukan itu adalah tangan jaya. Jaya menyandarkan kepalanya di pundak milik ginela, hembusan nafas yang berat milik jaya yang mengenai leher ginela kini terasa sangat berbeda. Ginela merasakan tubuh jaya menempel di tubuhnya, jatung jaya pun terasa berdegup dengan kencang. Ginela hanya terdiam, badannya kini mematung karena ulah jaya, jantungnya berdegup dengan kencang dan keluar keringat dingin dari pori-porinya.

The eternal love of the sun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang