Pemandangan yang indah di kanan dan kiri jalan, banyak pepohonan rindang yang menghiasi sepanjang jalan yang mereka lewati. Tak butuh waktu lama akhirnya keluarga tersebut sampai di sebuah danau yang terletak cukup jauh dari bisingnya ibu kota. Suasana pedesaan masih sangat terasa khas, udara bersih dan sejuk kini dapat mereka hirup sepuasnya. Angin sepoi-sepoi mulai berhembus dan kicauan burung ikut menambah suasana alami yang membuat pikiran menjadi lebih tenang.
Mereka mempersiapkan segalanya untuk piknik kecil, jaya mulai menggelar alas untuk duduk sedangkan ginela dan orang tuanya mengeluarkan dan membawa segala perlengkapannya ke tempat yang sudah tertata. Setelah semuanya terlihat rapih, mereka memutuskan untuk duduk dan menikmati makanan beserta indahnya danau yang terhampar luas. Sesekali ginela melihat sekelilingnya untuk mencari spot foto yang indah, tak lama dia menemukan sebuah ayunan yang bagus di tepi danau.
"Ayah, bunda. Gine boleh kesana kan? Nanti juga pingin sekalian jalan-jalan di sekitar danau." Pinta ginela sambil menunjuk ke arah ayunan yang berada di tepi danau. Kamala dan jasver langsung melihat ke arah yang ginela tunjuk tadi.
"Boleh, tapi nanti kalau jalan-jalan jangan jauh-jauh ya gin." Ucap kamala.
"Iya siap bunda."
"Kan ada jaya yang jaga bun, yah." Sambung jaya.
"Dih ga mau, gue mau menikmati pemandangan sendiri tanpa gangguan lo ya jay." Ginela melemparkan tatapan sinis kepada jaya.
"Jalan-jalannya sama jaya ya gin, kamu kan baru sembuh." Ucap jasver yang duduk di samping kamala.
"Dengerin tuh kata ayah." Sahut jaya.
"Heem, iya iya nanti sama jaya, yahh." Ucap ginela dengan berat hati. Niatnya ingin menenangkan pikiran sendirian harus gagal karena jaya harus selalu menemaninya. Buntut yang tidak bisa lepas dari kepalanya, seperti itulah jaya dan ginela.
"Yasudah, kalian kalau mau jalan-jalan boleh, tapi nanti pukul 3 sore kita pulang ya. Kalau lapar langsung kesini." Ucap kamala.
"Siap bunda." Jawab ginela dan jaya secara bersamaan.
Ginela langsung berdiri dan berjalan menuju ke arah ayuna yang sedari tadi ingin dia sambangi, disusul oleh jaya yang berjalan di belakang ginela. Ginela memutuskan untuk duduk di ayunan tersebut dan memejamkan matanya sambil menikmati udara pagi yang segar di tempat yang sekarang dia kunjungi. Udara sejuk di pedesaan memang sangat berbeda dengan udara kota yang terlalu banyak mengandung polusi. Disini terasa lebih tenang dan nyaman, terhindar dari polusi udara maupun polusi suara, ingin rasanya ginela pergi ke tempat ini setiap hari, namun tidak akan mungkin, selain jarak antara rumah dan danau ini terlalu jauh, sekolah ginela juga tidak bisa di tinggalkan.
"I really miss you dad." Ucap ginela dalam hatinya sembari tersenyum kecil.
"Enak ya gin buat nenangin pikiran apalagi deeptalk." Ucap jaya yang sudah duduk pada akar pohon yang berada di sebelah ginela. Ginela hanya membalas ucapan jaya dengan anggukan dan senyuman manisnya. Jaya masih menatap air danau yang berombak karena batu yang dia lemparkan ke dalam danau. "Mau deeptalk gin?"
"Hm? Tentang apa?"
"Ya random aja, bisa tentang hubungan lo sama marva atau yang lainnya." Ginela terdiam sejenak saat jaya menyebutkan nama marva.
"Hm... Gimana ya jay, gue bingung sama marva, sebenarnya gue ini prioritas dia atau malah yula yang prioritasnya? Makin kesini dia makin ga ada waktu buat gue dan malah terus-terusan sama yula."
"Kemungkinan marva lagi sibuk sama urusan kampusnya gin, dan mungkin juga dia ada project kampus sama yula jadi mereka bareng terus. Lo jangan nethink terus, sayang pikiran lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
The eternal love of the sun
RomancePerjalan hidup seorang gadis bernama ginela yang sejak kecil sudah di didik untuk menjadi mandiri tanpa rangkulan cinta pertamanya yaitu sang ayah. Ginela tumbuh dewasa dengan caranya sendiri. Kepribadian yang hampir mirip seperti ibunya menjadikan...